Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

"Surat Cinta Pertama Kita"

Untukmu yang masih dalam janin lauhul mahfudz. Kusampaikan salam dari bumi, semoga tuhan senantiasa mempertemukan kita dalam naungan rahmat-Nya.   Untukmu yang kelak kupanggil sayang dan selalu kusayangi. Sebelum akhirnya kau pandai membaca, kutuliskan malam ini, surat pertama kita.. ____________________________  Sebelumnya, ibu minta maaf karna ibu tak sehebat bunda hajar.. Sehingga kemungkinan kamu untuk tumbuh menjadi Ismail juga menipis..  Ibu juga tak bisa menghadirkan ayah seperti Ibrahim untukmu. Sebab ibu bukan hajar yang pantas untuk Ibrahim.  Satu yang ibu usahakan untukmu adalah  Walaupun ayahmu bukan Ibrahim, setidaknya ia mirip dengan Luqman Al-Hakim, agar kau punya figur untuk kau jadikan panutan. (Ayo bilang amin) Ibu berusaha meningkatkan kualitas diri, agar semoga bisa menurun padamu nanti.  Ibu siapkan cerita" pembangun jiwa, agar kau tumbuh dalam naungan ilmu, pengetahuan, sejarah dan cinta. Ah ibu begitu jatuh cinta padamu, Bahakan s

Serumpun Mawar yang Tidur

Matahari menggigit kulit. Pada masing-masing hati saling mengumpat kepada waktu yang begitu terik. Jalanan-jalanan yang lengang pun bertambah panas. Terlebih dahan-dahan pinggir jalan yang biasa rimbun sudah patah. Tertebas pisau-pisau kepentingan bersama katanya. Tidak masuk akal. Danang berjalan di atas tanah yang terik itu. Tangannya naik turun menutupi cahaya matahari. Barangkali bisa membuat wajahnya lebih dingin dari suhu di sekitarnya. Ransel yang memeluk punggungnya bergoyang-goyang di bawa kakinya yang setengah berlari. Tap tap tap. Kakinya akhirnya sampai di depan toko bunga yang sedari tadi sudah dicari-cari. Wajah Danang yang hampir hitam terpapar terik menyipitkan kedua matanya. Mencari-cari seseorang di dalam toko lewat kaca bening yang menjaei pembatas. Setelah matanya belum jua menemukan yang dicari, kepalanya menengok ke kanan dan kiri. Tak ada jua yang dicari. Akhirnya tangan kanannya bergerak merogoh saku. Mengambil ponsel dan mengetik sesuatu. Setelah

Kolong Waktu

Daun-daun kering yang kosong Terinjak masa dan waktu Soal cemburuku kepadamu Kepada penjatuh daun Siapa pula yang mengaduh Sedang mata sudah tak dapat menutup Di bawah atap tanah liat yang menjadi merah Di bawah mangga hijau yang menggantung-gantung Juga daun-daun yang bergoyang Lihat Daun-daun yang masih kering Meski setelah tersiram Rupanya, Siram matahari yang membuatnya enggan -ma.ms

Review Buku Nonfiksi; Pemikiran Karl Marx

Gambar
Oleh: Ahmad Faiz Muzaki Identitas Buku Judul Buku : Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme  Penulis : Franz Magnis-Suseno Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Cetakan : ke-12 Tebal Buku : xvi + 292 halamn Tahun Terbit : 2018 Sinopsis Buku Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar kata Marxis, sosialis, atau bahkan komunis? Mungkin kita akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tabu dan momok yang mengerikan sebagai sarana pembebasan umat manusia dari ketidakadilan maupun sumber segala subversi. Meskipun demikian, Karl Marx merupakan seorang filosof, ekonom, dan sosiolog abad ke-19 yang berkat pemikirannya berimplikasi besar pada cara berpikir masyarakat luas pada abad ke-20. Pemikiran Karl Marx atau lebih dikenal dengan Marxisme sangat mendasari semangat kebanyakan gerakan pembebasan sosial. Setelah terjadinya gerakan 30 September 1965 yang dipelopori oleh Partai Komunis  Indonesia (PKI). Pemerintah orde baru saat itu me

1/; 2/ Dosa Pecandu Kopi

(Puisi Denta 19/20) 1/ Tentang apa malam? Ini? Itu? Iti? Inu? Rindu? Randu? Randa? Rendeng? Absurd. Memang. Langit tak cukup mendung Gerimis tak cukup deras Bintang tak cukup banyak Bulan bahkan belum separuh Untuk masuk bagian sajak ini Tentang : Aku yang tak cukup layak Masuk bagian ceritamu -proximacentaury, menunggu bulan penuh 2/ Dosa Pecandu Kopi Seorang laki-laki Hampir dewasa, menyeret langkah Jelang malam, ia masuk gereja "Bapa, berkatilah saya, sebab saat ini saya seorang pendosa" "Dosa apa kau perbuat anakku?" "Saat saya minum kopi bapa" "Apa yang salah dengan kopimu?" "Bukan fajar pun senja, tadi siang terik, saya tenggak kopi saya. Tidak sudah rasa bersalah saya bapa" "Tidak mengapa anakku, kopi itu miliknya Tuhan, begitupun waktu, ia tidak mengikat kopi. Semuanya kembali ke singgasanaNya Tuhan. Berdoalah, engkau telah diampuni." "Terimakasih B

Sebuah Surat

“Assalamualaikum. Hai Apa kabar?” Kuharap kau baik baik saja ya dimanapun kau berada. Bagaimana dengan hari-harimu? Apakah selalu menyenangkan seperti biasanya? Ya, kuharap demikian, kuharap hari-harimu selalu menyenangkan. Kudengar Kau sebentar lagi akan diwisuda ya? Wah. Selamat ya atas usahamu. Akhirnya kau benar benar akan menjadi seorang ekonom handal. Seperti yang dulu kau cita-citakan. Hahahaa, betapa aku masih ingat bagaimana dulu kau menceritakan padaku alasan kau menjadi seorang ekonom handal, alasan yang menurutku unik karena dulu kau selalu saja ditunjuk sebagai bendahara di kelas dan di organisasi yang kau masuki. Semoga saja kau nanti juga bisa menjadi bendahara negara kita. Oh iya, kemaren aku berkunjung ke kota rantauanmu. Yogyakarta. Aku berlibur ke sana. Kamu tahu penginapan Yogya kembali? Aku berada di situ hampir genap tujuh hari. Pelayanan di sana cukup memuaskan. Kamarku berada d tempat yang strategis, aku bisa melihat keramaian jalan melalui jendelanya

Perayaan Hari Lahir, Dapat Apa Pancasila Tahun Ini?

Menjelang 1 Juni, Sang Pancasila akan kembali berulang tahun, sudah siapkah kado kita untuk Sang Pondasi Bangsa? Tidak ada kata terlambat, yuk sama-sama menyiapkan kado terbaik untuk ideologi bangsa kita tercinta ini, toh, biasanya yang spesial, kadonya belakangan, heuheuheu ~ gak gitu juga sih bro. April-Mei merupakan dua bulan, menurut penulis, yang paling nasionalis sepanjang tahun 2019 berjalan. Agenda lima tahunan bangsa indonesia, pemilihan presiden menjadi suatu inisiator bagi hampir sebagian besar rakyat indonesia untuk mulai berpikir dengan negara, pemerintah, kejayaan, sejahtera, dan hal-hal yang berbau nasionalis. Bahkan, momentum nasionalisme yang tercipta sepanjang Bulan April-Mei sepertinya mengalahkan rasa nasionalis dari Bulan Agustus dan Oktober. Isu-isu mulai dari siapa yang paling nasionalis diantara kedua tokoh calon presiden hingga, yang paling terakhir, gerakan kedaulatan rakyat atas nama demokrasi menjadi bahan obrolan sehari-hari masyarakat dan juga p

Untuk Ani Yudhoyono

Gambar
Sama seperti engkau, yang biasa menjawab kolom komen di instagram, maka aku akan menjawab pertanyaan yang lahir dari air mata Untuk Ani Yudhoyono Akan aku panggil apa engkau? Putri seorang jenderal? Aku tidak melihat apapun selain kasih Pada tubuh engkau Sejak lama Sejak seribu sembilan ratus tujuh puluh enam. Hanya ayah aku yang memanggil begitu. " berani beraninya menggoda putri seorang jenderal." ayah aku pernah berseru begitu Tapi engkau tetaplah engkau, wanita yang kutemui di Magelang. Lembah tidar barangkali akan selalu cemburu Selalu cemburu Ia mempesona, namun hati engkau tak benar benar sampai disana, karena aku lebih dulu menyandera hatimu Di Magelang Engkau tau Ani? Sempat aku memutuskan untuk memenuhi kamar-kamar kita dengan masa muda kita, busana taruna dan lipstik merah. Entah kenapa aku kurang bergairah dengan aksesoris berupa keriput ini, masa-masa tua ini, meski kita tau, kasih akan tetap muda seperti dahulu. Dan air

Anyir

Aku terbangun karena dingin fajar menusuk lebih dalam dari biasanya. Sudah sejak semalam sebenarnya mataku tak mampu nyenyak karena angin yang menembus tulang-tulangku menggigit sampai ke pembuluh-pembuluh darahnya sekaligus. Tidak ada selimut tidak ada bantal, yang ada sebatas jilbab biru yang terjulur dari atas kepalaku. Aku menarik lengan lalu menarik napas. Pagi ini rupanya udara tak begitu segar. Baunya tidak sewangi tanah yang biasanya merasuk hidungku selepas bergurau ria dengan embun di bawah fajar.  Selesai bersiap diri tanpa bercermin seperti biasanya, jam di tanganku berputar-putar sampai jarum yang lebih pendek dari dua jam lainnya mengetuk-ngetuk angka tujuh. Kakiku melangkah di halaman depan kampus. Membelok kemudian membuka pintu lobby dan kemudian naik tangga. Sampai di kelas, aku memilih duduk di barisan ketiga sayap kanan. Menaiki dua undakan lantai lalu duduk berpangku tangan. Suasana kelas masih sangat sepi. Tentu saja begitu karena perkuliahan ha

Negeri CatDog

Tentu bagi generasi milenial era 90-2000an tak asing dengan tokoh kartun bernama cat dan dog. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena memang satu badan. Kerjaan mereka berbeda paham, kemauan, hasrat sampai selera. Apa saja diperebutkan dan saling berkompetensi untuk jadi pemenang.  Dalam kondisi tertentu si cat selalu ingin berjalan ke kanan tapi si dog tak mau lantas memilih jalan ke kiri. Apa yang terjadi ketika mereka sama-sama keras kepala, tak bergerak semili pun karena keegoisan mereka. Lagi-lagi ya mereka beda paham beda mau. Lantas bagaimana? Bagi gen milenial tentu paham kadang sesuatu yang indah bisa dipilih harus dengan mengorbankan sesuatu yang kita ingin, hasrat, ambisi dan juga keegoisan. Cat dan Dog lagi-lagi dipaksa keadaan untuk menemukan solusi, menemukan titik temu dari kesalahan persepsi diantara mereka sehingga suatu saat seusai berdebat panjang mereka mengalah salah satunya terkadang dengan metode diskusi saling melempar argumen

A Garden of Eden

(C.T) Pintamu berkata Janganlah aku ke sana Bisa luka Bisa berdarah Hanya kau tahu, Cinta Jalan kita Tak ada kuasa - Pine Kutemukan sekuntum luka Menganga dan terbuka Meski begitu, tak kulihat cela Tetap indah dan akan selalu dicinta Ketika ia berlayar di samudera Bahkan tiada alam memberi derita Engkaulah kenanga Di antara buih yang nyata -Petals Merahmu adalah surga Matamu adalah jelita Kusingkap tabir itu Maka kala hadirmu Cipta mengebiri Maka aku menjemput - The Rotten Grape Melodi dan menari Burung berkicau selalu kembali Sayapnya menghalau perih Sehingga datanglah mentari Diam! Bukankah sebentar lagi malam akan tiba? Selamat jalan, Pagi - Chirps