Sebuah Surat


“Assalamualaikum. Hai Apa kabar?”

Kuharap kau baik baik saja ya dimanapun kau berada. Bagaimana dengan hari-harimu? Apakah selalu menyenangkan seperti biasanya? Ya, kuharap demikian, kuharap hari-harimu selalu menyenangkan. Kudengar Kau sebentar lagi akan diwisuda ya? Wah. Selamat ya atas usahamu. Akhirnya kau benar benar akan menjadi seorang ekonom handal. Seperti yang dulu kau cita-citakan. Hahahaa, betapa aku masih ingat bagaimana dulu kau menceritakan padaku alasan kau menjadi seorang ekonom handal, alasan yang menurutku unik karena dulu kau selalu saja ditunjuk sebagai bendahara di kelas dan di organisasi yang kau masuki. Semoga saja kau nanti juga bisa menjadi bendahara negara kita.

Oh iya, kemaren aku berkunjung ke kota rantauanmu. Yogyakarta. Aku berlibur ke sana. Kamu tahu penginapan Yogya kembali? Aku berada di situ hampir genap tujuh hari. Pelayanan di sana cukup memuaskan. Kamarku berada d tempat yang strategis, aku bisa melihat keramaian jalan melalui jendelanya. Kau pasti tau Malioboro kan? Aku hampir setiap malam pergi menjelajah ke sana. Entah apa yang kulihat, kurasa setiap berkunjung pasti aku menemukan hal yang berbeda. Aku menyukainya. Penyanyi jalanan yang tampil dengan ciri khas mereka diiringi suara suara gendang, penjual yang tak lelah nya berkata ‘moggo dilihat lihat dulu mbak e’, warung makanan yang tersedia dengan susana lesehan di sepanjang jalan turut meramaikan malam di Malioboro. Suasananya begitu menyenangkan.

Hei, aku juga mengunjungi Taman Pintar. Bentuk bangunannya unik. Aku menyukainya. Letaknya juga tidak terlalu jauh dari Malioboro. Di dalamnya banyak sekali wahana pembelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan. Banyak alat-alat sains yang difungsikan dengan baik dan menarik perhatian pengunjung. Aku mencoba simulator gempa, aku  juga mencoba alat yang dapat mengalirkan listrik hingga ke kepala, dan banyak lagi. Hahhaaha, jangan bilang bahwa kau masih tak suka dengan hal-hal yang berbau sains seperti itu? Tenang, aku menceritakan ini bukan untuk membuatmu takut dengan segala yang berbau sains, tapi hanya sekedar menceritakan penglalamanku. Maaf, kalau aku masih menyukai sains.  Ternyata di belakang gedung terdapat toko buku murah. Berjejer dengan tatanan yang rapi. Wah betapa sangat indah kurasa berada ditengah tengahnya. Orang menyebutnya SHOPING. Aku juga bingung kenapa dinamakan begitu. Apakah kau tau mengapa dinamakan Shoping? Kurasa kau lebih tau banyak. Bagaimana tidak? Kau telah mengenal kota ini lebuh dulu dan lebih lama dibandingkan aku yang baru genap 7 hari berada di Yogyakarta. 

Hmm iya, kau tahu? Hari ketiga aku disini, aku diajak tukang becak jalan-jalan keliling Yogya. Hanya dengan 10 ribu rupiah  mengentarku ke banyak tempat. Ke tempat oleh oleh bakpia, ke tempat pembuatan batik, keraton, dan tempat wisata kuliner yang ada. 

Lalu aku ke masjid Gedhe. Masjid yang terletak di kampung kauman. Masjid yang  terdapat dalam syutingnya film Kyai Haji Ahmad Dahlan. Lucu sekali bangunannya. Balkonnya luas dan betapa sejuk berada disana. Apakah kau sering main ke masjid gedhe ini? Sepertinya tidak, karena kutau kampusmu terletak jauh dari masjid ini. Bapak tukang parkir masjidnya ramah, ia menagajakku ngobrol banyak hal. Ia bercerita tentang asal usul masjid ini. Tentang banyaknya wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang mengunjugi masjid Agung ini. Beliau juga menceritakan tentang organisasi Muhammadiyah yang berawal dari tanah kauman. Beliau juga mengajakku ke dalam perpustakaan Masjid Gedhe. Aku cukup kaget mengetahui bahwa masjid ini memiliki perpustakaan sendiri. Tempatnya tidak terlalu kecil namun tidak terlalu besar pula. Jika saja aku tidak berbincang dengan bapaknya mungkin aku tidak tahu keberadaan perpustakaan Masjid Gedhe.  

Aku juga berjalan ke Alun Alun Kidul, Alun Alun Utara, Keraton, Candi Prambanan, Candi Borobudur dan Parang Teritis. Kumanfaatkan waktuku yang  hanya 7 hari untuk dapat menjelajahi kota rantaumu. Aku penasaran, bagaimana hidup di daerah perkuliahannmu. Ternyata menyenangkan. Yogya memiliki banyak tempat wisata yang seru dan indah. Biaya hidup juga tidak terlalu mahal, untuk taransportasi pun sekaarang sudah sangat dimudahkan.

Hanya satu tempat yang belum berhasil kuwujudkan untuk kesana. Kampusmu. Ya, aku berniat datang ke kampusmu. Tapi aku tak berani. Bagaimana jika saja di tengah jalan atau di spot-spot terntentu aku bertemu dengan kau? Akahkanh kau masih mengenaliku? Ah, sudahlah, kalaupun aku ke sana sudah tak mungkin lagi. Kini aku telah berada di ketinggian beberapa kaki. Aku akan kembali pulang. Begitupun surat ini yang terus menatapku dilayar monitorku akan kubawa serta. 
Semoga kau selalu bahagia 

Ciputat, 29 Agustus 2017
_G-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16