Negeri CatDog
Tentu bagi generasi milenial era 90-2000an tak asing dengan tokoh kartun bernama cat dan dog. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena memang satu badan. Kerjaan mereka berbeda paham, kemauan, hasrat sampai selera. Apa saja diperebutkan dan saling berkompetensi untuk jadi pemenang.
Dalam kondisi tertentu si cat selalu ingin berjalan ke kanan tapi si dog tak mau lantas memilih jalan ke kiri. Apa yang terjadi ketika mereka sama-sama keras kepala, tak bergerak semili pun karena keegoisan mereka. Lagi-lagi ya mereka beda paham beda mau. Lantas bagaimana? Bagi gen milenial tentu paham kadang sesuatu yang indah bisa dipilih harus dengan mengorbankan sesuatu yang kita ingin, hasrat, ambisi dan juga keegoisan. Cat dan Dog lagi-lagi dipaksa keadaan untuk menemukan solusi, menemukan titik temu dari kesalahan persepsi diantara mereka sehingga suatu saat seusai berdebat panjang mereka mengalah salah satunya terkadang dengan metode diskusi saling melempar argumen sampai sebuah kompetisi. Tentu dengan segala konsekuensi.
Cat dan Dog merupakan sebuah analogi untuk bangsa kita dewasa ini. Banyak diantara kita tak beda jauh dengan cat dan dog, kita saling beda tapi tinggal di negara yang sama. Perbedaan boleh diartikan sebagai pemanis untuk hidup kita. Karena berbeda menjadi kontrol kita dalam melakukan hal menjadi lebih efisien dan penuh pengawasan, maka timbul istilah pihak pro dan oposisi. Hal tersebut bukan hal yang mengerikan justru menciptakan harmonisasi.
Dalam keseharian banyak sekali keragaman yang kita temui. Tak perlu jauh ke belakang, urusan selera memilih pemimpin kita saja banyak perbedaan. Saya ingin si A kalian ingin si B. Masing-masing punya jagoan dengan beribu alasan mengapa kita mendukung nya. Jelas bukan perbedaan kita.
Tapi belakangan ini sungguh aneh rasanya ketika berbeda kita saling cakar dan saling tendang padahal kita satu tubuh (negara) yang sama layaknya catdog. Ketika sudah saling berbeda kita tak lagi mendengar masukan tak lagi ikut aturan. Sikat, bakar, usir, dan berbagai sumpah serapah lain sering kita lantunkan seakan jadi ayat suci bagi umat manusia dewasa ini. Cukup tersentak mengetahui bahwa banyak yang kita korbankan dari perbedaan bangsa kita hari ini dan yang paling parah kita korbankan akal sehat dan kemanusiaan yang harusnya penuh landasan hati nurani.
Aneh sungguh aneh ketika kita hanya perduli mau kita tapi kita melukai satu tubuh kita ini. Bukanya dalam hadis Nabi "sesama muslim itu satu tubuh satu sakit, maka semua sakit"?. Dalam konteks kebangsaan kita juga bukanya satu tubuh, satu tujuan untuk membangun bangsa ini? Mengapa hanya urusan perbedaan membuat kita lupa bahwa kita satu bangsa satu saudara untuk mencapai kemajuan.
CatDog sebuah tokoh fiksi yang mengajarkan kita bahwa perbedaan kadang tak perlu disesalkan, perbedaan bukan sesuatu yang membuat perpecahan. Temukan persamaan, mari kita saling merangkul bukan memukul, saling berbagi bukan mencaci saling mendengarkan bukan saling menjatuhkan dan saling menebar rahmat bukan laknat. Tentu perbedaan itu nyata tapi bukan pertengkaran tujuannya.
Dengan perbedaan kita saling melengkapi eaa
BalasHapusGa ada nama penulis min?
BalasHapus