Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Senyum Perempuan itu Sungguh Menawan

  Senyum Perempuan itu Sungguh Menawan Oleh: Muhammad Akmal Ala Uddin        Senyum perempuan itu sungguh menawan. Aku sangat ingin meminta sepotong senyum itu dan memasukkannya ke saku untuk kubawa pulang ke rumah. Sesampai rumah aku tempelkan senyum itu lebar-lebar di dinding kamarku dekat dengan jam dinding itu biar setiap jam berdentang aku selalu tersenyum melihat senyum itu.      Senyum perempuan itu sungguh menawan. Jika tidak boleh aku meminta potongan-potongan senyum itu, aku akan meminangnya saat itu juga biar aku bisa memiliki senyumnya. Akan kubawa seluruh keluargaku dari kampung untuk bersama-sama melihat senyum itu. senyum tulus dari wajah yang begitu manis cantik tanpa minus.           Senyum perempuan itu sungguh menawan. Jika pinanganku tidak diterima, aku akan memotretnya biar aku memiliki senyum itu. Akan kubawa foto itu di setiap kali aku berdoa, melihat senyum itu disetiap saat. Tuhan, maaf buatmu cemburu, ciptaanmu sungguh indah.

Surat Milik Wanita di Ujung Jalan

Surat Milik Wanita di Ujung Jalan Oleh: Muhammad Akmal Ala Uddin Hari ini adalah hari senin, hari terburuk dalam hidupku, hari dimana jiwaku terguncang seakan hari kiamat itu datang, hari dimana telingaku memerah mendengar cemoohan orang orang bajingan itu, hari dimana mataku dipenuhi air yang entah dari mana asalnya, hari dimana tanganku bergerak tak terkontrol memegang paku, silet, bahkan beling untuk menggambar pola di urat nadiku. Tepat 2 bulan lalu, hari itu kuberjalan seorang diri tanpa ada orang di kanan kiriku, berjalan menuju suatu tempat yang dalam bayanganku akan terlihat indah, mataku akan termanjakan dengan taman taman yang dipenuhi bunga bermekaran dengan wangi semerbak, keindahan itu juga akan ditambah dengan indahnya pelangi yang muncul membentang dari ujung timur hingga barat yang terbentuk tanpa adanya hujan yang seram, lebat, dan berpetir. Aku juga membayangkan akan berteduh di bawah pohon beringin yang lebat ditengah teriknya matahari menikmati agung indahnya pe

Kembali kepada Padasan

  Kembali kepada Padasan Oleh: Andy Evan Sejak awal tahun 2020 kita kembali dihadapkan pada wabah virus sebagaimana yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Virus Corona (Covid-19) telah melanda segala aspek kehidupan dan kita dituntut mampu beradaptasi dengan berbagai gaya hidup baru. Menyusun kembali reruntuhan dari peradaban sebelumnya. Memakai masker, menjaga jarak, bertemu, belajar, bekerja secara virtual, juga yang tak kalah penting yaitu mencuci tangan. Yang terakhir disebutkan bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa bukanlah hal baru. Kita punya kearifan lokal serupa yang sudah ada sejak lama dalam budaya masyarakat kita, yang hampir ditinggalkan, yaitu tradisi Padasan. Kini wabah covid-19 mendorong kita untuk kembali menghidupkan tradisi membersihkan diri tersebut. Bahkan World Health Organization (WHO) juga menganjurkan mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri agar terhindar dari virus Corona. Apalagi setelah beraktifitas di luar rumah. Kita kemba

Penolakan

  Penolakan “Gus, kenapa tampak murung begitu. Ada masalah?” Bagus hanya diam, tidak menjawab. “ A neh. Ketika orang- orang senang melihat langit se n ja, kamu malah sedih.” Bagus masih terdiam. Butiran air mata mengalun perlahan . Dia terjebak dilema apakah menceritakan masalahnya atau tidak. Sedangkan Fitri tidak menghiraukannya. Dia malah asyik menikmati keindahan langit senja. Dan dia percaya ketika Bagus punya masalah pasti akan cerita nantinya. Ketika langit sudah gelap, orang-orang bergantian meninggalkan pantai. “Gus, ayo pulang. Hari sudah gelap.” “Aku masih belum ingin pulang, Fit.” Bagus berkata pelan. “Mau nongkrong dulu?” Bagus menganggukkan kepala . “Baiklah. Ayo ke warung kopi biasanya.” Mereka berdua pun meninggalkan pantai. *** Satu bulan yang lalu , tanpa diduga Bagus mendapatkan chat dari orang yang dia taksir belakangan ini. Nama perempuan itu F airuz. Dia berada di jurusan yang berbeda dengan Bagus. Rapat koordinasi BEM fakultas memper

Bukan Rumah

Bukan Rumah Harusnya aku tidak berpikir sejauh ini Berkhayal tentang masa depan  Berpikir untuk selalu bersama Dan melangkah jauh dari tempat ku berasal Sampai ku temukan dirimu dan ternyata  Kau bukan rumah  Yang dengan kenyamanan aku bisa tinggal  Dengan kehangatan aku tak merasakan dingin  Yang awalnya aku anggap asing untuk ku singgahi  Sampai aku tak merasakan ternyata lama sekali -airind

RANDU BAHTERA

  RANDU BAHTERA Oleh: Nohan Arimbi Namaku Nohan Arimbi. Biasanya Randu memanggilku Kanji. Ah dia memang suka begitu, memanggil namaku seenak dan senyaman dia. Disamping lebih mudah, mungkin panggilan itu menjadikan kami lebih akrab. Setiap kutanya alasan, dia selalu menjawab “kamu itu sulit, berliku, dan jauh” . Sudahlah otakku tak sampai. Dia tidak tau saja, mata bulat dan lesung pipiku membuat ibuku terpana dan memberiku nama Nohan (Rembulan). Kuakui memang aku mempesona, tapi tidak begitu cara pandang Randu. Dia memandangku tanpa melihat parasku, asal usulku, dan tidak canggung menjadi teman debatku. Dia profesional dalam hal apapun. Oiya, dia Randu. Randu Bahtera lengkapnya. Kata dia, nama itu pemberian mbah buyutnya. Cuma aku tidak pernah bertanya lebih dalam mengenai makna nama kebanggaannya itu. Padahal aku tau, di akta kelahiran bukan itu nama aslinya. Itulah Randu, dia berbeda. Dia Randu, lelaki yang mendukungku sejak awal masuk kuliah. Dia Randu, lelaki yang menjad

Katanya

 Katanya Katanya dia akan setia Katanya dia akan selalu ada Katanya dia akan menemaniku selamanya Semua katanya membuat diriku terlena Seakan dunia seisinya milik aku dan dia Laksana Drupadi dan Arjuna Nyatanya semua hanya katanya Yang didengar di telinga Yang berlalu begitu saja Hanya katanya -Nana

Islam Melarang Guru Memukuli Murid Nakal

Islam Melarang Guru Memukuli Murid Nakal Oleh: Muhammad Akmal Ala Uddin Belakangan ini sangat banyak orang tua yang melaporkan guru ke polisi akibat mendapatkan aduan cengeng dari anaknya. Seorang guru di suatu sekolah di Gempol, Pasuruan dilaporkan oleh orang tua muridnya akibat menjitak muridnya yang sedang mengumpat tentang dirinya karena sedang diberi hukuman. Lumayan seru sih membahas pelaporan guru ini. Banyak dari orang di Indonesia sangat tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh orang tua d engan dalih di masa sekolah mereka bahkan lebih parah dari dijitak guru dan mereka tidak mempermasalahkannya. Untungnya kasus di atas ditutup dengan jalan kekeluargaan dan itu sangat melegakan. Awalnya pendapat saya tentang kasus diatas kurang lebih sama dengan komentar kebanyakan orang, tetapi setelah saya membaca kembali kitab kuning yang pernah saya pelajari di Pesantren justru terbalik 180 derajat. Dalam kitab yang berjudul Kaasyifatus Sajaa karya Imam Nawawi Al Jawi disebutk

Fotografi

Gambar
  Fotografer: Elyana

Sebatas Kata Rindu

Sebatas Kata Rindu Pena: Asharii Aku dengan segenap candu Dibawah naungan rindu, Dia mejadi benalu. Aku yang pasrah akan rayu Diantara tatap sayu, Dia telah berlalu. Aku yang layu Tesusur melodi yang merdu, Sedang, ia nada yang menggebu. Aku dengan segenap rindu Hati yang masih menetap terpaku, Tatkala raganya sudah berlalu. Aku dengan selaras rindu Mengemis rasa, yang sangat abu-abu Padahah ini adalah rancu. Aku tidak tahu, Kepada siapa rindu ini tertuju?

Watakmu gumantung saka tindak tandukmu

Gambar
  Watakmu gumantung saka tindak tandukmu Fotografer:  Melina Imroatul Handayaningrum

HARI ITU AKAN TIBA

  HARI ITU AKAN TIBA Oleh: Ct   Di sudut toko itu, senin jam empat sore Kau berdiri di antara kertas yang berterbangan Mata sayumu mencoba mengikuti gerakannya Tangan mu yang kekar meraih kertas demi kertas Rambut ikalmu bergoyang kesana kemari     Aku suka melihatnya Bukan, bukan Kaus hitam yang kau kenakan “Pasukan Anti Libur Kerja” Aku tertawa begitu saja   Aku ingat saat kita berlari mengejar tukang cimol Kau bilang “kenapa harus sampai dikejar?” Saat itu aku tahu bahwa aku hanya ingin Bukan, bukan Aku hanya ingin Menghabiskan waktu denganmu Selama mungkin, karena aku tahu hari itu akan tiba   Saat hari itu tiba, aku tidak bisa melihat keindahan apa pun Awan tidak kelabu, burung-burung justru mengisinya Tempatmu yang baru tidak tampak mengerikan Justru banyak bunga bertaburan dan sangat harum   Saat itu aku sadar Tuhan sangat menyayangimu Aku berpikir, bagaimana jika hari itu tiba padaku?