Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Seseorang Untuknya

 Lagi-lagi aku terlambat, mentari telah lebih dulu menyinari bumi. Padahal tadi malam aku sangat yakin akulah pemenangnya, dengan rasa kantuk yang di buat-buat, tidur lebih cepat, walau akhirnya aku telat. Ku pandang lagi hamparan air garam di depanku, yang tadinya kuingin sambut mentari di sana. “ah, lain kali aku harus lebih cepat” ungkapku dalam hati sambil menarik senyum penuh harap di wajah. Kulirik jam tangan di tangan kiri ku, jarum panjang diantara angka 10 dan 11, sedangkan jarum terpendek menunjukkan angka 5. Artinya 2 jam 7 menit lagi aku harus sudah berada di tempat itu,aku membutuhkan waktu 30 menit dari kosan ku, mandi dan siap siap kebutuhkan waktu 30 menit. untuk pulang ke kosku dari tempat ini kubutuhkan waktu 15 menit, membaca lagi tumpukan catatan yang sudah kusam yang aku buat khusus untuk hari ini, kemungkinan macet dan hal-hal lain di luar prediksi, aku harus bergegas sekarang, bertemu seseorang yang aku nantikan bertahun-tahun yang akhirnya aku temukan.

Bungkam

Sampai pertengahan musim hujan, Tak ada satupun sajak yang terlahir Dari jari seorang penulis, yang kehilangan cintanya. Sampai pertengahan musim hujan, Tak ada satupun sajak yang keluar Dari seorang pelajar, yang sibuk berfikir tanpa merasa. Sampai pertengahan musim hujan, Tak ada satupun sajak yang muncul Dari seseorang yang menyimpan rasa dan kata Karna ia tau, kadang sajak yang ia buat memperburuk perasaan pembaca setianya. By: -kafein

Kembang-Kembang Paling Cantik

Kembang desa di tengah-tengah kota Tangkapan mataku di pinggiran jalan Mengenakan gaun hijau putih Lengkap kembang bibir yang menempel Di bawah keringatnya yang menjadi peluh Diam-diam ku menangis Pada mereka ingin sekali ku berupa Pada mereka ingin sekali ku juga sama Pada mereka ku menyiasati diri pada iri tak harus Jawab seorang berkopyah Apa adanya pada diri sendiri Mengabdi dengan cara kita sendiri Maka jadilah penolong yang mengabdi dengan hati Lewat genggam niatmu pada negeri Ku raup jawab yang merasuk rumah keong di pendengaran pemberian-Nya Meski masih cemburu Pada beberapa dentang Berharap kemampuanku bercengkrama Menceritakan apa saja kau ku punya Lalu katamu; kita harus bersabar Esok kita bakal berbagi; perihal apa yang kau ku punyai

Gadis Mungil dan Tujuh Belas Buku yang Gagal

Mulutku menganga lebar. Tidak peduli siapa yang akan melihat karena toh aku memang tengah sendiri. Sedang mataku yang jika kau tatap akan tampak sangat mengantuk berusaha tak menyerah meski sudah berkali-kali wajahku hampir jatuh menabrak pinggiran meja. Ku lirik jam tanganku sekali lagi. Di kamar seukuran empat kali tiga meter ini jarum jamku itu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Leherku sudah mulai lelah menunduk sedari delapan jam yang lalu tapi hasrat untuk merebahkan badan masih tertahan oleh jari-jari tanganku yang tengah sibuk mengetikki papan keyboard laptop mini berwarna putih kucel milikku. “Aihh! Sudah halaman seratus empat belas?” bibirku menyeringai lebar. “Tik!” Suara klik bernada keras itu pun berhasil mengakhiri tulisanku hari ini. Sebuah buku pertama yang sudah sejak lama ingin ku akui sebagai milik sendiri. Di bawah sekotak persegi panjang yang menyemburatkan terangnya purnama malam ini aku merasa bahagia sekali. Berhasil menyelesaikan tulisan p

Kekurangan Tanda Baca

forc o Sebuah lagu Dmasiv-diantara kalian menyala mengisi kamar itu dengan kisah-kisah. Sedikit mengantuk namun ia masih terjaga Renung berasa malam air mata bergantian mendengarkan tanpa apa-apa (balasan atau tanda) hanya menyimak bagaimana caranya cinta bekerja disana sebuah kamar bagai sungai jeram yang gelap tanpa dasar dan ia bernapas disana dengan seluruh kebingungan di peluknya. "Ku akui ku sangat-sangat menginginkanmu Tapi kini ku sadar ..." Malam lewat jendela mengetuk ia sudah terlalu dalam kenang-bayang beriringan barangkali batas nyata ia bersama keinginan hanya satu hal kecil bernama kenyataan. Satu foto digenggamnya erat-dalam upaya mengenang hal yang indah adalah dengan mata ia ukir diri wanita itu disana di sisi luar kesadaran kepala sebelum nantinya... "...lupakan aku..." Sial!! Ia bergumam kencang sembari air mata turun mengusir kata-makna yang sedari ada di hadapan kepala menghapus sisa-sisi cerita sebelum akhirnya ia

Nasihat Orangtua

Karya : Anggraeni Aku pernah diceritakan Tentang indahnya dunia Diajarkan cara bersyukur Sampai pelajaran itu tak mengenal Kata kadaluarsa Baginya cantikmu hanyalah hiasan Jilbabmu adalah pelindung Wajahmu adalah topeng Tapi hatimu adalah mutiara Berharga tak ternilai harganya Baginya Allah adalah yang utama Quran adalah penyejuk hatinya Amal soleh adalah tabungannya Sholat adalah hal utama melebihi Pekerjaannya Tutur untuk anak-anaknya tiada henti Ibadah mu nak, katanya Quran mu nak, tambahnya Serta selalu bersholawatlah Pada baginda tercinta

Entahlah

Entahlah,  lagi fase dimana aku sedang ingin sendiri,  menangis sejadinya menahan luka semua ini,  aku kehilangan rasa percaya diriku, harapanku,  aku seperti tak beharga.  Tak pernah dihargai?  Haruskah aku mengakhiri semua ini?

-Tanpa Judul-

Ini bukan berbicara mengenai kekasih tetapi sahabat Aku boleh jujur? Aku tau kamu tidak nyaman dengan aku .  Aku tau aku terlalu mementingkan diri sendiri sehingga sering mengabaikanmu Aku tau kita seatap namun jiwa kita tak bersama.  Aku tau bagaimana sulitnya kamu menerima keegoisan ku sejauh ini.  Aku terimakasi untuk itu semua.  Tapi aku rasa ada hal yang harus kamu tau .  Aku menganggap kamu satu satunya orang terpercaya di ciputat ini.  Hanya kamu tau bagaimana kelamnya masa lalu aku .  Hanya kamu yang tau pedihnya aku ketika aku mengalami masa mental aku yg lemah,  Menangis semalaman tanpa henti untuk bangkit lagi, hanya kamu yang tau .  Dan terimakasi untuk rangkaian beberapa bulan kita bareng terus Aku belajar dari kamu bagaimana mematikan egois demi sebuah peerahankan persahabatan  Aku belajar dari kamu untuk menjadi diri sendiri Niat kita mungkin memang sama tapi jalanberbeda.  Aku tau aku ga sebaik temen kamu yang sering bareng kamu Aku ga

Just Friend to You..

01 juli 2018 Saat itu benar-benar indah ketika aku menyapamu di pagi hari, aku tak menyangka bahwa hal yang aku pertimbangkan di malam itu benar-benar aku lakukan. Dengan keyakinan penuh, hati berdetak kencang ditambah lagi suara burung yang berkicau seakan memberiku semangat untuk mengatakan hal yang besar kepadamu. Keberanian ku kumpulkan dan aku memuali untuk menekan abjad demi abjad di gawai ku abcd… dan Alhamdulillah bangun pagi ku tak sia-sia kau membalasnya. “Iya kenapa?” Katanya. Tak terasa. Entah,tanganku sudah berlarian kemana-mana. Aku tak sadar aku mengatakan sesuatu. “Aku mengagumimu“ Kata itu bagiku bukan kata biasa; aku bisa menari-nari ketika kau menjawabnya, aku bisa terbang ketika kau menjawab dengan suaramu secara langsung -andai saja-, tapi aku sungguh bodoh yang aku inginkan adalah mawar merah yang indah tapi yang aku pegang adalah durinya. Dalam hati aku berkata, “ Ya Allah sakit sekali“   .  M asihkah ada duri yang aku pegang hingga rasa sakit ini t

Perihal Loyalitas, Kita Semua (Selalu) Pemula

CSSMORA, loyalitas tanpa batas! Salah satu jargon kebanggaan saya. Lahir di ciputat tahun 2015, saya mendapatkan sebuah dogma, bahwa tak melulu pulang adalah tanah kelahiran, eh bukan bukan bukan, pulang memang selalu menuju tanah kelahiran, namun tanah kelahiran tak melulu suatu lokasi geografis. Tanah kelahiran itu adalah suatu massa, kumpulan banyak orang dengan tujuan yang sama, sebuah organisasi. Terdengar abstrak? Dahulu aku berpendapat bahwa ini sungguh bagian dari filosofi yang dipaksakan, sok saya bilang, saya datang untuk kuliah dan lulus, kira-kira begitu. Tumbuh dan kembang di tanah ciputat memaksa saya harus terbiasa bahwa dunia sebagai mahasiswa kurasa sungguh berbeda dengan dinamika saya ketika di pesantren dahulu. Namun saya tetaplah saya, tak peduli eksistensi dan nilai-nilai, hanya menjalani apa yang diberikan sebagai jalan saya. Hingga saya sampai pada tahun kedua-ketiga. Saya mengalaminya. Mendapatkan amanat sebagai pengurus, sungguh naif saya rasa, mer