Seseorang Untuknya


 Lagi-lagi aku terlambat, mentari telah lebih dulu menyinari bumi. Padahal tadi malam aku sangat yakin akulah pemenangnya, dengan rasa kantuk yang di buat-buat, tidur lebih cepat, walau akhirnya aku telat. Ku pandang lagi hamparan air garam di depanku, yang tadinya kuingin sambut mentari di sana. “ah, lain kali aku harus lebih cepat” ungkapku dalam hati sambil menarik senyum penuh harap di wajah. Kulirik jam tangan di tangan kiri ku, jarum panjang diantara angka 10 dan 11, sedangkan jarum terpendek menunjukkan angka 5. Artinya 2 jam 7 menit lagi aku harus sudah berada di tempat itu,aku membutuhkan waktu 30 menit dari kosan ku, mandi dan siap siap kebutuhkan waktu 30 menit. untuk pulang ke kosku dari tempat ini kubutuhkan waktu 15 menit, membaca lagi tumpukan catatan yang sudah kusam yang aku buat khusus untuk hari ini, kemungkinan macet dan hal-hal lain di luar prediksi, aku harus bergegas sekarang, bertemu seseorang yang aku nantikan bertahun-tahun yang akhirnya aku temukan. Bukan, dia bukan kekasihku. Bahkan aku baru mengenalnya tadi malam. Tapi aku sangat yakin dialah orang yang aku cari selama ini. Ku goes sepeda yang kusewa beberapa hari lalu ini menuju kos ku yang terletak di antara jalan raya dan sungai. 'kreeekkk' kira-kira begitulah bunyi pintu kosku saat aku membukanya. Pandangan pertamaku tertuju pada tumpukan diary di atas meja belajarku, tepat di sebelah buku kalkulus. Ya, aku adalah mahasiswa semester 3 jurusan pendidikan matematika. Bukan karena otakku aku disana, bukan karena citaku pula, tapi ini adalah impiannya. Ku hampiri meja belajarku, ku buka perlahan diary paling atas, ku usap tanpa ku baca. 'semoga semua berjalan lancar, semoga dia orang yang tepat, semoga kita dapat hidup bahagia selamanya' dan berbagai bentuk semoga yang selalu aku lafalkan tanpa bosan. 'ah, enam lima belas. Aku harus mandi' gumamku setelah melirik jam dinding di atas tempat tidurku yang menghadap ke Utara. Ku pandangi lagi cermin di depanku, sudah pantaskah penampilanku untuk menemuinya. “haha, aku lumayanlah” hiburku dalam hati. Tahun 2019 ini umurku 2 dasawarsa. Tapi aku harus berpenampilan 3 tahun lebih muda, dan model baju monyet yang kukenakan membantu menambah kesan ku didepannya. Beberapa buku diary yang ku perlukan kumasukkan dalam ransel coklat milikku, ku pandang cermin sekali lagi untuk memastikan aku siap. Ibu kota memang akan pindah dari Jakarta ke Kalimantan, ah tapi tetap saja Jawa padat penduduk, seperti kota yang aku tempati ini. Jalanan macet tak dapat kuhindari, namun keuntungan tersendiri karna aku menggunakan sepeda. Jam 7 kurang 10 menit aku tiba di cafe tempat yang dia janjikan semalam, aku memilih kursi dekat jendela karena kegerahan. mengayuh sepeda dengan jarak yang tak dekat memang menguras tenaga, bedak yang tadi pagi ku pakaipun rasanya tak berguna. "pesan apa mbak?" Tanya pelayan menghampiriku "Es jeruk aja mbak" jawabku sambil tersenyum "Ada lagi" lanjutnya setelah menulis pesananku. Aku menjawabnya dengan gelengan lalu dia pergi, sepergiannya aku mulai merancang kembali kalimat apa yg baik untuk kusampaikan pada orang yang sedang ku tunggu ini. “ah semoga berjalan dengan lancar” lagi lagi kumpulan doa semoga ku lafalkan. Jam 7 lewat 7, seharusnya dia sudah disini.. “ah dimana dia” ucapku setelah melihat jam di tangan. Akupun mulai menyesal tak meminta nomor ponselnya, "permisi" ku dongak kan kepalaku pada orang di depanku "Ya, ada apa ya mas?" Tanyaku. "Dengan mbak ayu?" Tanyanya, oh tuhan.. aku lupa dia bilang tadi malam bahwa dia akan memakai kemeja biru, topi hitam. "Iya, silahkan mas.." dia pun duduk di kursi sebrangku. "Mau pesan dulu?" Tanyaku lagi. "Hmm, es jeruk aja.. saya tidak bisa lama lama mbak, krna mau berangkat kerja" jelasnya yang ku sambut dengan senyuman. "Mbak, es jeruknya satu lagi ya" ucapku pada pelayan setelah meletakkan es jeruk yang tadi aku pesan "Saya rasa semuanya sudah sangat jelas di postingan saya yang mas baca. Apa ada lgi yang ingin ditanyakan?" Tanyaku memulai percakapan Dia tersenyum, "Alhamdulillah sudah, saya menyukainya.. dimana tinggalnya dia sekarang?" "Negri asap, saya sangat setuju jika mas membawa dia untuk tinggal dsini. Disana berbahaya" kelasku. "Riau? Saya juga mempunyai rencana seperti itu. Baiklah, seminggu lagi saya jemput dia. Kami akan menikah disini" lagi lagi dia tersenyum. "Mas sudah yakin? Tolong jaga dia baik-baik, saya ga sanggup melihat dia menderita lagi" mohonku yang berubah sendu "Saya tidak pernah seyakin ini" jawabnya yang lagi lgi sambil tersenyum "Permisi mas, mbak.. ini es nya" seorang pelayan meletakkan es jeruk pesanannya "Tolong jangan panggil saya mas, saya tak semuda itu. Dan saya tidak bisa berlama-lama, saya harus kerja.. ini nomor telfon saya, tolong kirimkan alamat lengkapnya" ucapnya setelah meminum beberapa teguk es jeruk di depannya. "Baiklah pak, selamat menjadi ayahku. Tolong jaga mamaku baik-baik, Jangan khawatir" kami berjabat tangan, lalu diapun pergi. Semoga ini yang terbaik. 

Karya : Cahyu Guswita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16