Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Tulisan Tak Utuh

Menjemputmu di kala gelap memuncak, menebar asa di segenap hela napas. Menarik tunggu yang tak usai baik raga maupun jiwa. Berharap datang seulas senyum merekah terselip di rona merah penghujung cahaya.  Benar saja kata Sang Sufi, Jalaludin Rumi bahwa cinta seharusnya menjadi kendaraan yang membawa kita bepergian tanpa batas. Tak kenal waktu maupun jarak. Pertemuan kita yang singkat selalu jadi momen yang rasanya sulit diungkapkan dengan sebatas kata-kata namun lebih kepada rasa itu sendiri. Dengan berbekal keyakinan hati di ujung malam sunyi ku rasa tak perlu ragu menjemput cahaya itu.  Menunggu semenit saja terasa begitu lama untuk seorang yang dilanda asmara. Seperti kata Rhoma Irama, Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga. Ku tak ingin bunga itu layu karena haus akan perjumpaan dan kering akan keraguan. Menunggu dan menunggu sampai akhirnya terlihat cahaya itu.  Menerobos pekatnya malam serta dinginya bayu berhembus kala itu. Membawa cahaya menuju dimensi tempat

Sebuah Surat; dari Sahabat untuk Sahabat

Halo, apa kabar? Sepertinya sekadar menyapapun sudah lama begitu sulit untuk saling kita utarakan. Kita tidak bicara lagi, tertawa bersama lagi, bahkan sudah tak pernah lagi sekedar duduk bersama menikmati rekah senja kesukaanmu. Jika boleh aku jujur, perlahan aku mulai melupakan masa-masa itu. Hatiku sudah tak lagi bergetar saat mendengar namamu. Ya, kesalahan tentang mencintaimu perlahan mulai hilang seiring waktu. Maaf, aku tak berani mengatakannya langsung sedari dulu. Saat itu aku hanya terlalu takut untuk kehilanganmu. Terlalu khawatir jika harus menjalani hari-hari tanpa perhatianmu. Maaf, aku tidak tahu jika itu akan menjadi suatu alasan di masa depan untuk kita tidak lagi saling menyapa. Satu hal yang ingin aku katakan padamu adalah kamu salah saat diam-diam rupanya telah menemukan seseorang yang berhasil memenangkan hatimu. Saat itu aku bahkan mesti berpura tersenyum saat mendengarkan kisahmu dengannya, meski sebenarnya perlahan aku merapalkan do’a-do’a supaya kamu

Karhutla Sebab Kabut Asap

Gambar
Belum lama ini Indonesia kembali mendapatkan suatu musibah yang cukup besar, yaitu Kebakaran Hutan dan Lahan atau Karhutla. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana  (BNPB), titik panas (hot spot) yang terdata pada 19 September 2019 berjumlah 4.077. Titik panas tersebut tersebar di 6 provinsi, meliputi Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Karhutla menjadi hal yang santer dibicarakan di segala tempat karena dampak yang dihasilkannya. Kebakaran tersebut menghasilkan kabut asap yang mencemari udara, menghambat aktivitas, dan juga mengganggu kesehatan. Begitu parahnya kabut asap yang terbentuk bahkan sampai membuat beberapa sekolah terpaksa diliburkan. Dari 66 provinsi yang terkena karhutla itu, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) rerata diatas 300 yang artinya pencemaran tersebut dapat dikategorikan dalam kategori berbahaya. Kabut asap mengandung beberapa zat berbahaya  yaitu Karbon Monoksida (CO), Su

Resensi Film "Pretty Boys"

Gambar
Identitas Film Judul Film : Pretty Boys Sutradara : Tompi Produser    : Deddy Mahendra Desta dan Vincent Ryan Rompies Penulis Naskah : Imam Darto Pemain : Deddy Mahendra Desta               Vincent Ryan Rompies               Danilla Riyadi             Roy Marten              Onadio Leonardo            Imam Darto              Torra Sudiro Genre : Drama Komedi Studio : The Pretty Boyss Pictures Durasi : 100 menit Sinopsis Pretty Boys menceritakan tentang dua orang sahabat bernama Anugrah dan Rahmat yang memiliki impian untuk menjadi terkenal. Bersama sejak kecil membuat mereka memiliki chemistry yang sangat kuat. Hal tersebut pula yang membuat mereka begitu mumpuni untuk disandingkan menjadi presenter. Saat di kampung keduanya biasa menjadi presenter di acara acara dangdut. Meski tak dapat restu, berbekal perasaan ingin mendapatkan pengakuan berangkatlah mereka ke ibukota. Mengundi nasib, berh

Pada Manis Jari Keempat

Gambar
Setelah perjalanan yang amat mengalir Menguras daun-daun maple dan buah peach Langit dan senja menyamai faham Berderai dandelion yang menggerai berdo'a Kepada-Mu ku bercerita Pada perjalanan panjang yang belum usai Kepada-mu ku mendengarkan Pada perjalanan jauh yang ingin kembali

Hari Ini dalam Beberapa Paragraf

Setelah beberapa lama tak berkegiatan, saya tak memiliki kesempatan untuk berbicara ketika kembali. 15 September 2019, tepat di hari minggu, ketika saya memutuskan untuk datang, menghadiri acara AWS 1. Lama sekali, antusiasme dan kemeriahan ini, kembali menemui saya. Dan pada hari itu, saya mengerti, bahwa selain post power syndrome yang sering diderita oleh para pendahulu, kukira, satu hal lain yang ada dipikiran saya adalah “masa saya adalah yang terbaik”, tak ingin tersaingi apalagi didahului, dan hari itu saya mengakui, selamat kepada kalian, meriah, hangat, dan penuh haru, saya merasakannya meski air mata saya masih tak dapat menetes, namun saya merasakan. Sekali lagi selamat, kalian benar-benar hebat. Post power syndrome benar-benar usai, saya rasa. Oh iya, barangkali tak mengerti, ini bukan essai atau cerita pendek, beberapa saat yang lalu, saya menjumpai bahwa di denta kita bahkan dapat berkirim surat bukan, ya, ini surat keterbukaan saya untuk kalian. Oke lanjut y

Review Buku Nonfiksi; Gerpolek

Gambar
Oleh: Ahmad Faiz Muzaki     Identitas Buku       1. Judul Buku : Gerpolek       2. Penulis  : Tan Malaka       3. Penerbit : Narasi       4. Cetakan : ke-4       5. Tebal Buku : 140 halaman       6. Tahun Terbit   : 2019  Sinopsis Buku    Gerpolek merupakan akronim dari Gerilya Politik Ekonomi. Buku ini merupakan karya monumental dari seorang Revolusioner, Tan Malaka. Buku yang ditulis pada tahun 1948 adalah buku yang dikonsep dan ditulis sendiri oleh Tan Malaka ketika dirinya berada di penjara Madiun. Hebatnya ia menulis buku ini tanpa disertai dengan referensi manapun. Tan Malaka hanya mengandalkan pengetahuan, ingatan, dan semangat kepemimpinan untuk tetap memikirkan kelangsungan kemerdekaan Republik Indonesia. Alasan Tan Malaka menyusun buku ini adalah kerisauan ia atas munculnya wilayah Republik Indonesia dengtan berdirinya negara boneka bentukan Belanda. Tentu hal tersebut terjadi akibat adanya dua sidang pasca proklamasi yaitu Perjanjian Linggarjati

Sepertiga di bawah-Nya

Gambar
Pada bintang yang meraup wudhu Geligiku menggelitik pada beku Biar ku dapati pecah air mata Pada atap langit yang membuka Semalam kau bercerita Menarik sesak karbon dioksida dada Susah, Katamu Pada diam kau memilih Diam yang kemudian menapak Pada harap yang membuat aku diam Sampai pada banyak kata yang berjumpa ma.ms

Mungkin Semesta Lebih Tahu

Mungkin semesta lebih tau Kapan aku mulai mengenal sosokmu Menengok arah dan waktu Ternyata mengingatnya pun aku tak mampu Entah kapan hati mulai mengerti Ada bagian dari cerita hidupku dalam dirimu Mungkin semesta lebih tau Kisah yang kita lalui Malu tapi rindu  Rindu tapi enggan bertemu Tapi menjagaku adalah hal utama bagimu Kau lebih kerap membagi peduli dan bahagia Sedang ku sibuk bercerita tentang keluh kesah semata Mungkin semesta lebih tau Sebuah ikatan yang semu Yang saling menunggu tanpa mengganggu Berawal dari ragu Bertemu dengan belenggu Berpaku dalam doa dan restu Mungkin semesta lebih tau Persinggahan kapal kita memang sama Namun biarkan takdir mengabarkan dimana pelabuhan akhirnya Mengenalmu mungkin sebuah kebetulan Namun bersamamu adalah kehormatan Mungkin semesta lebih tau Harapanku dan harapanmu demikian Namun Sang Pemilik Semesta Yang Paling Tau Kemana harapan ini akan menjadi kebaikan 19-08-19 pus

Selesaikan Tanggungan, Impianku dan Impianmu; I Still Love You

Jika ada yang mengenalku saat menjadi siswa tahun lalu, dan sekarang menjadi mahasiswa baru pasti tahu seberapa drastisnya perubahanku. Sejak menjadi mahasiswa baru, aku dikenal dengan pribadi ekstrovet dan menyukai berbagai hal. Kemudian, langkahku berbelok menjadi seorang penulis. Semenjak menuntut ilmu di fakultas Psikologi, banyak sekali hal yang aku dapatkan terutama love and motivation, menjadi pribadi yang positif. Iya benar, aku adalah anak beasiswa bidikmisi angkatan 2016. Aku harap amanat ini kujalankan dengan baik sampai aku lulus gelar sarjana Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.  Semester 4 aku mulai menulis berbagai hal yang aku ungkapkan dengan tinta bergenre love and motivation. Semangat itu tak pudar ketika 2015 lalu aku mendapatkan predikat 10 karya tulis ilmiah terbaik bersaing dengan siswa peminatan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial kelas XI MAN 14 Jakarta Timur. Aku mulai mengasah kemampuanku, mengikuti berbagai lom