Review Buku Nonfiksi; Gerpolek

Oleh: Ahmad Faiz Muzaki 
  

Identitas Buku 
     1. Judul Buku : Gerpolek 
     2. Penulis  : Tan Malaka 
     3. Penerbit : Narasi 
     4. Cetakan : ke-4 
     5. Tebal Buku : 140 halaman 
     6. Tahun Terbit   : 2019 

Sinopsis Buku  

Gerpolek merupakan akronim dari Gerilya Politik Ekonomi. Buku ini merupakan karya monumental dari seorang Revolusioner, Tan Malaka. Buku yang ditulis pada tahun 1948 adalah buku yang dikonsep dan ditulis sendiri oleh Tan Malaka ketika dirinya berada di penjara Madiun. Hebatnya ia menulis buku ini tanpa disertai dengan referensi manapun. Tan Malaka hanya mengandalkan pengetahuan, ingatan, dan semangat kepemimpinan untuk tetap memikirkan kelangsungan kemerdekaan Republik Indonesia. Alasan Tan Malaka menyusun buku ini adalah kerisauan ia atas munculnya wilayah Republik Indonesia dengtan berdirinya negara boneka bentukan Belanda. Tentu hal tersebut terjadi akibat adanya dua sidang pasca proklamasi yaitu Perjanjian Linggarjati dan Renville. Maksud hati dengan melalui dua perjanjian tersebut kedaulatan wilayah Republik Indonesia dapat diakui secara utuh dan penuh oleh Belanda, nyatanya berbeda tak sesuai dengan harapan. Belanda akan mau mengakui kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat bahwa negeri tersebut memiliki negara boneka dari beberapa wilayah Republik Indonesia. Dengan kata lain, Belanda ingin merebut kembali kekuasaan atau imperialisme atas wilayah-wilayah Indonesia yang dulu pernah dijajah. Menurut Tan Malaka, proklamasi atas kemerdekaan kita pada 17 Agustus 1945 tidaklah berarti apa-apa jika masih berbuat hal demikian. Tan menambahkan kemerdekaan kita harus dicapai 100% tanpa adanya kompromi dengan kekuatan kolonialisme dan imperialisme. Ia sangat tidak menyetujui berbagai perundingan apapun dengan lawan karena hal tersebut merupakan sikap mengorbankan kedaulatan dan kemerdekaan rakyat. Inilah yang dinamakan ia sebagai pengkhianatan proklamasi.  

Sesuai dengan judul bukunya, Tan Malaka memaparkan secara gamblang dan komprehensif mengenai gerilya, politik, dan ekonomi yang bebas dan merdeka. Buku ini juga cocok untuk para kalangan militer sebab di dalamnya terkandung siasat dan strategi perang yang harus diketahui dan digunakan. Sebab adakalanya seorang militan mesti juga harus menjadi seorang gerilya yang cerdik dan bijak. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang mumpuni mengenai siasat dan strategi berperang, mustahil kita akan dapat meraih kemenangan dalam peperangan. Buku ini diawali dengan bab yang menjelaskan secara garis besar tentang politik, ekonomi, dan kemiliteran (gerilya) sebagai pengantar awal untuk mempermudah dalam memahami bab-bab berikutnya.  

Buku ini terdiri dari 15 bab yang menjelaskan pokok-pokok gagasan Tan Malaka mengenai gerilya, politik, dan ekonomi. Ajab tetapi, bab-bab yang paling mendominasi ialah mengenai peperangan khususnya gerilya dengan berbagai siasat, strategi, maupun praktiknya. Kendati demikian, tidak mengurangi sedikit pun esensi dari buku ini. Menurut Tan Malaka, aspek inilah sebagai fondasi untuk mempertahankan kedaulatan rakyat yang mencakup aspek politik, ekonomi, dan sosial. Terlebih dari itu, politik tidak bisa dipisahkan dengan ekonomi. Maju atau mundurnya ekonomi suatu bangsa tergantung dari kualitas politiknya. Tan Malaka juga berpendapat bahwa politik merupakan kelanjutan dari ekonomi. Politik berkewajiban untuk menjamin keberesan jalannya ekonomi. Tidak bisa suatu negara yang politiknya 100% di tangan bangsa sendiri tetapi ekonominya 100% di tangan bangsa asing. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan antara keduanya.  

Berbeda dari karya-karya sebelumnya, dalam buku ini Tan Malaka hanya berfokus terhadap sikap untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah hampir 3 tahun kala itu. Gagasan-gagasan tersebut mendasari atas keutuhan kedaulatan rakyat Indonesia atas kekecewaannya terhadap dua perundingan yang dilakukan antara Ratu Diplomat Indonesia dengan Belanda yang dianggap sebagai pengkhianatan atas proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tan Malaka menutup bab dalam buku ini dengan menyatakan serba-serbi mengenai gerilya dan kemiliteran. Sebab dengan kedua hal tersebut diharapkan dapat mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia yang telah merdeka dari ancaman kolonialisme dan imperialisme yang mungkin akan hadir kembali. Dengan demikian, barulah kemerdekaan 100% dapat terwujud tanpa terkecuali.   

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16