Sebuah Surat; dari Sahabat untuk Sahabat


Halo, apa kabar? Sepertinya sekadar menyapapun sudah lama begitu sulit untuk saling kita utarakan. Kita tidak bicara lagi, tertawa bersama lagi, bahkan sudah tak pernah lagi sekedar duduk bersama menikmati rekah senja kesukaanmu. Jika boleh aku jujur, perlahan aku mulai melupakan masa-masa itu. Hatiku sudah tak lagi bergetar saat mendengar namamu. Ya, kesalahan tentang mencintaimu perlahan mulai hilang seiring waktu.

Maaf, aku tak berani mengatakannya langsung sedari dulu. Saat itu aku hanya terlalu takut untuk kehilanganmu. Terlalu khawatir jika harus menjalani hari-hari tanpa perhatianmu. Maaf, aku tidak tahu jika itu akan menjadi suatu alasan di masa depan untuk kita tidak lagi saling menyapa.

Satu hal yang ingin aku katakan padamu adalah kamu salah saat diam-diam rupanya telah menemukan seseorang yang berhasil memenangkan hatimu. Saat itu aku bahkan mesti berpura tersenyum saat mendengarkan kisahmu dengannya, meski sebenarnya perlahan aku merapalkan do’a-do’a supaya kamu berpisah dengannya. Aku terlalu terluka untuk tinggal, namun terlalu enggan untuk meninggalkan.

Sampai pada waktu kita harus berpisah untuk melanjutkan pendidikan. Kita menjadi lebih jarang bercerita karena waktu yang kita punya juga semakin sedikit. Saat itulah aku bertemu dengan orang baru yang berhasil meyakinkanku untuk membuka hati. Caranya berbicara dan sikapnya padaku berhasil membuatku luluh dan mulai melupakanmu. Benar, pada akhirnya aku melupakanmu dan tenggelam pada jatuh cinta dengan lelaki itu. Dan disaat yang sama kamu menjauh dengan sempurna.

Sebelumnya aku terlalu sibuk menyalahkanmu yang tidak pernah menyadari perasaanku. Aku bahkan tidak mengerti kenapa tiba-tiba kamu menjauh, memberikan jarak seolah tak ingin pernah lagi mengenalku. Tapi sekarang aku sangat berterimakasih karena dengan itu aku dapat bertemu dengannya dan merasakan rasanya benar-benar dicintai.

Aku kirimkan surat ini karena beberapa hari yang lalu temanmu memberitahu jika sebenarnya kamu pun mencintaiku sejak dulu, setelah memiliki kekasih setelah putus dengan kekasihmu bahkan saat ini. Maaf aku tertawa saat mendengarnya, kurasa cukup lucu dan bodoh diri kita dulu. Oleh sebab itu, izinkan aku untuk memberitahumu kelegaan hatiku karena rupanya rasaku berbalas. Terakhir, izinkan pula aku memberitahumu jika kini aku telah berbahagia dengan orang lain, dan telah benar-benar melupakan rasa untukmu yang dulu pernah ada. Aku harap, kamupun segera berbahagia.

-Fa-

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16