Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Menara Siger

Kau.. Yang datang menjelma di tengah kota metropolitan ini.. Kau yang datang dalam wujud tangan darwis di masa kini.. Kau yang menarikku ke dalam sebuah kerumunan jas merah ini.. Kau jua yang selalu menyalakan api semangat ini..  Namun kini.. Kau beregenerasi menjadi tempatku memecahkan tawa.. Bercengkerama tentang masa.. Dan berbincang mengenai cita..  Hai kau.. Si hitam dari Menara Siger.. Tetaplah ikat tali dengan gadis kota bercahaya ini.. Jangan kau sampai tega hati untuk memutuskan tali ini..

Sembilu

Aku mengutuki diri Tentang memori-memori pilu, yang sembilu Dimana kecil tak peduli tangis Dimana air mata tak peduli rasa Dimana cinta tak peduli rupa, lagi dan aku masih mengutuki diri Mengutuki rasa benci dalam diri Mengutuki suasana yang masih saja sama Dan akhirnya, memang tetap sama Suasana masih begitu-begitu saja Tentang air mata yang nengaliri kisah Dari muara biru, yang merebahkan diri di senja jingga Ahh ! Manis sekali memang Seperti pasir pantai di pesisir Bermain ombak yang memecahi sunrise Sampai sunset yang mengantar bintang Manis ! Sampai akhir memang akan tetap manis. Hingga angin malam mulai bersiul-siul, memori-memori pilu masih berlomba terbang Bagai kunang-kunang saja Hanya, memorinya tidak berkelip tidak bersuara tapi menangis Menangis. Layaknya bayi tanpa dosa yang membalurkan cerita, di antara puing-puing reruntuhan Bersama kunang-kunang tak berkelip, yang mengutuki diri. -Mutiara Senja
Gambar
October 15 2017 , 9:59 PM bagaimana mungkin kala itu senyumku tak bertumbuh, sementara kau trus saja mengenggam erat diriku kala awan menjadi mendung dan hari mulai jatuh bahkan untuk hujan, hadirmu tak lagi melahirkan sebuah obrolan, awalnya kubertanya, perihal hilangnya kata kata itu. ternyata, aku mengetahui, berada dibersamamu membuat semua kata itu meluluh, kemudian layu bahkan dengan guyuran hujan yang kian menderu, aku tetap membisu, menyukuri segala hariku denganmu bahkan jika waktu harus berhenti melaju, untuk saat itu, akulah orang yang paling semangat berseru, setuju!

Bertemu Denganmu (Lagi)! Apa Maksud Tuhan?

oleh: LBM                 “Saya sudah sampai di lokasi” pesan dari driver uber yang sudah bersiap menunggu di depan pagar rumah. Sudah beberapa minggu ini aku beralih status dari “anak kos” menjadi “anak PP (pulang-pergi)”. Masih ada urusan yang harus aku kerjakan sehingga aku harus bolak-balik ke rumah.                 Selama perjalanan menuju kampus, aku terus membuka handphone untuk mempelajari materi yang nanti akan aku presentasikan, sesekali menengok ke arah jalan sambil memikirkan sesuatu yang begitu saja terlintas di fikiranku. Kali ini, untuk kesekian kalinya, sosok lelaki itu lagi-lagi “numpang lewat”.                 “Hai hati! Bolehkah aku bercerita kepadamu? Sudah beberapa minggu ini aku tak bertemu dengannya. Aku selalu berdo’a kepada Tuhan kalau lelaki itu jodohku maka pertemukan kembali aku dengannya. Tetapi aku tak tau sekarang dia berada dimana.” bisikku kepada hati, teman paling setia untuk meluapkan segala rasa.                 Beberapa bulan lalu

Surat

September 25, 2017 10 :24 PM yang menjadi harapanku kepada hujan siang tadi Jadilah deras menyirami bumi ini sampai puas Jadilah berkah yang jatuh kemudian tertanam subur ditanah Jadilah  penyejuk bagi orang yang sedang gerah dengan pikirannya sendiri Jadilah penghibur bagi hati yang sedang mengukir laranya sendiri Jadilah anugrah bagi padi yang sedang puasa mengeluarkan keringatnya sendiri Jadilah panggung bagi bocah yang sedang membidik mangga tetangganya sendiri Jadilah tirai bagi gadis yang sedang menutupi air matanya sendiri Kepada hujan siang tadi Jadilah alasan bagiku tuk memandangnya tanpa peduli terhadap waktu Kepada hujan siang tadi Jadilah hujan yang selalu menyertakan pelangi diteras rumah berdinding putih ini ~komplek rumah bahagia, 2017

pesona sunrise bendungan batu bulan

Gambar
oleh : Mita Kartina

MABA

Cipt: kartikasb. Dengan rindu dan abu, Masa depan yang masih biru. Mimpi dan pengorbanan yang baru. Sebuah dorongan, Akan keinginan yang tidak berharap. Menggarap jiwa, menggarap karya. Langkah kaki dan hentakannya, Menaiki anak tangga yang diam meratapi, Menjadi saksi. Akan tetapi mimpi akan nyata kali. Tiap ampun dan resiko, Serta jiwa dan nafas, Akan dibayar dengan MIMPI YANG BARU

KAMU

Gambar
Laut itu luas, gelombangnya pun ganas. Maka, izinkan aku tetap melaju, dengan perlahan tapi tetap bergerak maju, Berarak pelan menuju pemberhentian terakhir, sebuah pelabuhan di pulau bagian pesisir. Pedomanku bukanlah rasi bintang malam, pun kompas angka berjarum hitam. Aku tahu arah, karena aku menuju rumah . Aku tahu jalan pulang, karena rindu menuntun perlahan. Setidaknya jika engkau tidak mau berlayar di bidukku yang sederhana, izinkan aku mengantarmu menuju nahkoda tampan yang kau impikan disana. ______________ Gemerisikk Daunnn

Tertikam kiloan waktu

Gambar
Pagi hanya dapat menyapa memberi hangatnya sinar lentera dengan sekilat cahaya yang menyelinap sederhana Siang menjelang kurasa rindu tak pernah berkurang kini jauhnya semakin terasa karena rengkuh napas semakin asa Malam pun mencumbu tali tali kekuatan mulai menyeruak tak kurasa telah menggenggam erat namun nyatanya semua menyebabkan sesak Kata menunggu terngiang apa yang bisa ku perbuat? memeluk serat bibir fotomu menari diatas kenangan yang membekas dan menulis cerita indahnya cinta

Gengsi

Gambar
A: Bersama senja di bulan Juli Kuungkapkan suara hati Akan rindu yang tersembunyi Terkurung bersama sepi Padamu yang tak bisa kumiliki Salahkah bila aku menanti Kamu yang tak lagi sendiri Bukan maksud menyakiti Aku-pun tak bisa memaksa hati Di mana ia akan berhenti Kuharap kamu mengerti Untuk izinkan aku tetap di sini Menyimpan rasa ini Sampai kamu memintaku berhenti Yang sebenarnya kuharap tak pernah terjadi B: Bersama senja di bulan Juli Kau lihat-ku telah pergi Dengan dia pinangan hati Mengapa kau selama ini Bersembunyi dalam gengsi Hingga jujur kau lucuti Aku pun ingin memiliki Dirimu yang selalu ku-nanti Tak kunjung juga kau mengerti Hingga hatiku lelah menanti Sampai datang sang bidadari Gadis lain di depan diri Kuberi izin kau tetap di sini Karena separuh hati diri ini Masih bersemayam namamu abadi Ingin ku juga bersamamu nanti Namun tak inginku menyakiti diri Dirinya yang kini di hati