Sembilu



Aku mengutuki diri
Tentang memori-memori pilu,
yang sembilu

Dimana kecil tak peduli tangis
Dimana air mata tak peduli rasa
Dimana cinta tak peduli rupa,
lagi
dan aku masih mengutuki diri
Mengutuki rasa benci dalam diri
Mengutuki suasana yang masih saja sama

Dan akhirnya, memang tetap sama
Suasana masih begitu-begitu saja
Tentang air mata yang nengaliri kisah
Dari muara biru,
yang merebahkan diri
di senja jingga

Ahh !
Manis sekali memang
Seperti pasir pantai di pesisir
Bermain ombak yang memecahi sunrise
Sampai sunset yang mengantar bintang

Manis !
Sampai akhir memang akan tetap manis.

Hingga angin malam mulai bersiul-siul,
memori-memori pilu masih berlomba terbang
Bagai kunang-kunang saja
Hanya,
memorinya tidak berkelip
tidak bersuara
tapi menangis
Menangis.
Layaknya bayi tanpa dosa
yang membalurkan cerita,
di antara puing-puing reruntuhan
Bersama kunang-kunang tak berkelip,
yang mengutuki diri.

-Mutiara Senja

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16