Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018
Karena Berbeda Itu Satu (Sevira Wulandari) Semua orang itu berbeda. Tak ada yang sama dalam setiap hal nya. Dengan perbedaan itu lah kita semua bisa saling melengkapi satu sama lain, menutupi semua kekurangan dengan kelebihan . Meski berbeda, tentunya kita harus saling menghargai dan menghormati . Jika saja perbedaan menjadi suatu penghalang, tentunya hidup kita tak akan bisa berjalan dengan baik . Karena dimanapun kita berada, perbedaan adalah hal yang sudah pasti akan kita temui. Oleh karena itu, kita harus siap menghadapi semua perbedaan yang ada dalam hal apapun. Dalam kenyataannya, banyak orang yang tak bisa menerima perbedaan. Terkadang, tak bisa mengerti menjadi alasan untuk menolak adanya perbedaan itu sendiri. Sedangkan hidup tanpa adanya perbedaan adalah suatu hal yang tidak mungkin, karena sejatinya Allah swt juga menciptakan manusia dengan  berbeda-beda. Karena banyak hal yang berbeda, maka sebagai manusia , tentunya harus bisa menerima perbedaan tersebut . Mes

Cerita Ber-Episode

RUMAH DULU DAN KINI Tindakan ayah yang suka memukul ibu tetap bertahan sampai aku berumur 20 tahun. Kadang aku berpikir apa yang sebenarnya yang ada dalam benak ayahku. Setelah aku berumur cukup dewasa ini aku baru tahu bahwa ayah dan ibu dijodohkan oleh orang tua mereka. Pantasan, tidak ada percikan kasih sayang diantara mereka. Lalu aku menyadari bahwa aku cuma lahir dari hawa nafsu mereka dan aku lah penghalangi rumah tangga mereka untuk berpisah. Ketika aku masih berumur 13 tahun aku pernah meminta  kepada ayah maupun ibu untuk mereka berpisah saja. Tapi keduanya tak mengacuhkan permintaaku. Ntah apa yang mereka pertimbangan untuk berpisah seolah – olah kehancuran rumah tangga mereka terjadi di dunia khayal masing – masing. Aku pun akhirnya muak dengan semua ini dan memilih untuk banyak menghabiskan waktu muda diluar rumah. Berkenalan dengan banyak orang, sampai aku mengenal khania. Gadis kuning langsat berlesung pipi itu. Seolah – olah mejadi air sejuk di kergesagan kehidupank

Cerita Ber-Episode

Gambar
Rumah dulu dan kini Episode 1 Tak seperti hari biasanya, aku akan menghabiskan waktu di luar rumah mengantar makanan dengan motor tuaku menuju alamat masing – masing. terkadang setelah mengantar makanan siap saji restoran fastfood tempatku bekerja aku akan menatap langit biru yang menenangkan.lalu memikirkan makan malam apa yang akan disiapku dirumah.  Berebeda dengan  beberapa hari ini aku berada di ruang kecil yang pengap ini memandang pada sebuah ventilasi yang cukup besar di dinding bagian atas menerawang jauh kepada kejadian beberapa hari ini. semoga ibu bahagia pikirku dan aku berharap ia dapat bebas seperti masa muda kebanyakan orang, masa dimana ibuku pernah berharap kemana pun ia inginkan, berteman dengan siapaun dan bisa jatuh cinta terhadap orang yang memiliki perasaannya yang sama dengannya. Yap, ketika semua keinginan ibuku tercapai tentu tidak sia - sia aku berada disini, di penjara. Dipojok ruangan di dekat jeruji besi aku suka duduk menerawang pada ventil

SATU LAGI

Gambar
Satu Lagi Satu lagi pengingat Menusuk rasa Merobek lapisan demi lapisan Menuai puing puing nan hampir hancur Bekuan kristal kilau di mata pun mencair Berkucur bersama air yang mengguyur Dedaunan yang rindu akan embun Satu lagi pilihan Memaksa lari Menarik nya pergi Kecemburuan pada nir tujuan Yang berimbas kelalaian Yang berujung penyesalan Satu lagi kuasa Berkata, "Merunduklah!" Kau ucapkan kelam dalam silam Tapi ingin tenggelam LAGI ke sekian kalinya Harusnya selalu kau ingat Ada cinta yang diabaikan Ada rindu yang menunggu Ada yang ingin kau jaga dalam setia  -pusPAPEsona- 02092018
Gambar
Hai mawar Aku selalu bangga padamu, Kau tak pernah menunjukkan kau anggun Kau biarkan semua tau dengan mengenalimu Meski beberapa menyangka kau berduri, tak anggun Tapi beberapa lainnya mengagumi keanggunanmu Begitulah hakikatnya manusia Tak perlu menampakkan siapa dia kepada orang lain, hal baik apapun itu Karena yang menyukaimu tak butuh itu Dan yang membencimu tak percaya akan itu -Anonim
Gambar
DUA RUANG YANG MARAH PUKUL lima sore mempertemukan dua marah milik manusia pada sebuah lantai tujuh belas september yang sunyi. Tak seperti biasanya, jalan ditelusuri oleh marah masing-masing, satu dikanan dan satu dikiri, membuat jalanan itu mati seketika. Dedaunan hijau yang layu dan burung-burung yang rontok bulunya. Juga mobil-mobil yang mendadak mogok. Langit sore kehilangan merah dan manjanya. Juga dengan hati-hati yang bahagia, melebur seketika dalam dua marah yang berjalan berjauhan. Ia terlahir dengan kemarahan senja kepada malam yang merengut nyawanya begitu cepat. Sepanjang hidupnya, ia berusaha untuk tersenyum dan berbahagia, seperti manusia kota pada umumnya, menjaga sikap sedemikian rupa, sampai akhirnya tangan-kaki-egonya memberontak. Ia selalu marah, kepada mobil-mobil dengan satu penumpang, kepada motor-motor pelan di tengah-tengah jalan, kepada antrian lift yang memberudak dan tangga yang sepi, kepada kran air yang dibiarkan menyala tanpa tuannya, kepada la

Stasiun Kereta Peron 2

Stasiun kereta peron 2 Ada yang duduk termangu,  menunggu Telepon genggam bergetar Sebuah pesan, 'Aku menunggu kereta, ia belum tiba' Aku atau kamu? Haruskah kita diskusi tentang 'tunggu' Yang telah tiba akan terlihat menunggu Yang belum datang mungkin lebih menunggu - nunggu Jadi, kau tau? Bagiku, menunggu bukan sekedar tempat dan waktu -an

Dongeng Lelaki Bersama Takdir

DONGENG LELAKI BERSAMA TAKDIR Rembulan tersedu awan berkaca Udara membeku siapa merana Dalam tubuh rapuh dibawahi hujan Yang dingin, menusuk kenangan Sayup sayup malam datang Bersama angin yang tak banyak tingkah Mata yang terpana berdarah Sumber embun yang terkekang Suaramu pilu Terdengar deru Pada rombongan pawai hujan Detik detik lepas kurungan Tibalah tiba waktu tiada Tubuh itu rebah di udara Sebab tanah, luka menggenang ; tubuhku kaku mulai usang ~syeenee