Cerita Ber-Episode


Rumah dulu dan kini

Episode 1

Tak seperti hari biasanya, aku akan menghabiskan waktu di luar rumah mengantar makanan dengan motor tuaku menuju alamat masing – masing. terkadang setelah mengantar makanan siap saji restoran fastfood tempatku bekerja aku akan menatap langit biru yang menenangkan.lalu memikirkan makan malam apa yang akan disiapku dirumah.
 Berebeda dengan  beberapa hari ini aku berada di ruang kecil yang pengap ini memandang pada sebuah ventilasi yang cukup besar di dinding bagian atas menerawang jauh kepada kejadian beberapa hari ini. semoga ibu bahagia pikirku dan aku berharap ia dapat bebas seperti masa muda kebanyakan orang, masa dimana ibuku pernah berharap kemana pun ia inginkan, berteman dengan siapaun dan bisa jatuh cinta terhadap orang yang memiliki perasaannya yang sama dengannya. Yap, ketika semua keinginan ibuku tercapai tentu tidak sia - sia aku berada disini, di penjara.
Dipojok ruangan di dekat jeruji besi aku suka duduk menerawang pada ventilasi yang terletak berlawanan arah denganku. Sedangkan para tahanan yang lain di siang hari seperti ini lebih memilih tidur sampai makan malam  tiba. Di suatu waktu aku juga berpikir apa yang dilakukan ibu sekarang, mungkinkah ia telah pindah rumah sekarang atau sudah pindah ke kota baru. Terakhir kali aku mendapatkan kabar ibu dari tetangga yang menjenguk kerabat lai yang ada dipenjara, mengatakan bahwa ibu Tapi setelah aku ditahan disini ibu belum pernah menjengukku, aku tersenyum lirih mau tak mau aku mengingat suatu hari yang membuat aku berada disini. 
“pergi sana!” ujar ibuku sambil terisak. Aku pun yang waktu itu sudah sangat paham apa yang dikatakan ibuku hanya bisa melangkah masuk ke dalam kamar. Kala itu ibuku baru dipukuli ayah karena ibu selalu bertanya siapa perempuan yang jalan dengan ayah yang ibu lihat beberapa minggu yang lalu. Bukan kali pertama ayah seperti itu. Tidak peduli siapa yang sebenarnya benar – benar salah ayah akan memukuli ibu. Lalu ketika ibu melalakukan hal yang sama seperti ayah, ayah tak segan – segan memukul ibu bahkan mengusir ibu. Aku amat kesal dengan perbuatan ayah tapi tak bisa berbuat apapun karena aku masih bocah berumur 10 tahun di kala waktu. Sedangkan ibuku hanya wanita lemah yang hanya bisa bergantung kepada kaum lelaki, memang ibuku amat muda saat menikah dengan ayah dan ibuku wanita yang sering sakit – sakitan.

To be continue......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16