Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018
Gambar

EMPAT SAJAK PULANG KAMPUNG

/1/ Aku berlayar ingin pulang Dengan arah yang buta dan setitik samar senyummu yang kian tenggelam Aku berlayar ingin pulang Dengan bising mesin kapal dan gelak tawamu yang kian menggema Aku berlayar ingin pulang Dengan pena hitam dan cerita yang blom terselesaikan /2/ Ku berlayar pada sebuah laut Tak berpenghuni dan beku Terombang ambing dingin Yang tertiup seperti angin Ku berlayar pada sebuah laut Yang asing dan ganas Lepas dari perindukan pantai Mengantung takdir hidupnya sendiri Ku berlayar pada sebuah laut Yang buta arah dan sepi Jauh dari bibir-bibir pasir Yang lembut, perahu melaju Pada setitik kenang yang samar Dan bayang yang bernama rindu /3/ Aku berada pada sebuah harap yang besar Di laut yang diam dan penuh keasingan Mataku berisi air yang besar, deras, dan juga menenggelamkan Udara-udara udang-ikan membaur dalam lubang hidungku yang kecil dan mulai kotor Juga telingaku yang akrab pada gemuruh mesin perahu yang nakal dan sedikit bising Bekas-

Kata Ibu

Gambar

Perselingkuhan

Malam adalah malam, pagi adalah pagi, tapi dirimu bukan lagi dirimu. Kuingat ingat kertas yang dulu kau tulis namaku disanding namamu. Kuterka terka kanvas yang dulu kau lukis wajahku dengan jemarimu. Kubayang bayang selimut yang dulu kau selimutkan padaku dan padamu. Di detik-detik itu, Kita satu. Kupikir pikir, lalu tersadarlah aku. Itu Dulu, kini hanya kecewa dan rindu. Doa baikku untukmu dan selingkuhanmu. -'AM

Gamang

Sebab rasa ini hadir tanpa karena Mengalir begitu saja membuat terlena Sampai kemudian tercipta sebuah kasih dalam suatu kisah Lengkap dengan sebuah harap tak bertuan bernama cinta Bodohnya, betapapun tau akan terluka Masih saja diri bertahan disampingnya _Fa
Gambar

Panggil

Kemarin namamu terketik begitu saja di hatiku Tersimpan dalam folder tak bernama Dan tidak dapat dihapus begitu saja Aku hanya mengangguk Tepat di spasi terakhir yang terketik Sampai jari melupa Sudah dimana folder itu menyapa Meringkuki rongga yang tak lagi berkata-kata Buta. *ma

Pinta

Malam ini dia meminta Dengan dada kiri penuh debar Antara tak yakin dan cinta . “Kalau memang bukan Tumbuhkan padaku keikhlasan Atau, hilangkan halus perlahan  Tapi aku lebih suka yang pertama—Tuhan” . Sayup sayup, menengadah, dan bercucur air mata. Antara takut, bahagia dan payah, karena tak sanggup berbicara tentang rasa terhadap ciptaan fana terdamba. Selalu ingin ia utarakan, namun hanya menggantung di palatum dan terpaksa kembali ditelan—Bungkam —Ndud

SENJA

SENJA Hai senja.. Kau datang tapi tak menyapa Kau singgah tapi hanya sementara Membawa bermacam duka lara Namun.. Betapa bodohnya aku Masih menunggu tenggelamnya senjamu Dalam penantian yang tiada berujung

Pesan Kami, Anak Negeri

Pesan Kami, Anak Negeri Kita semua yang bertuah Namun mereka punya langkah Dimanakah? Para tikus sedang berumah Dimana kita? Di negara apa kita? Inikah yang namanya merdeka? Dengan pemimpin tak dewasa Gedung tinggi menipu mu Lembar lembar merah menggoda mu Yang kilau di badanmu Hahaha, Engkau malu! Lihat ke belakang! Nikmat siapa yang kau serang Waktu mungkin tak terulang Hanya untuk melihat, siapa yang curang Teman, Bantu kami untuk melawan Datangkan pengetahuan Bukan emosi dan kekuatan