EMPAT SAJAK PULANG KAMPUNG



/1/
Aku berlayar ingin pulang
Dengan arah yang buta dan setitik samar senyummu yang kian tenggelam

Aku berlayar ingin pulang
Dengan bising mesin kapal dan gelak tawamu yang kian menggema

Aku berlayar ingin pulang
Dengan pena hitam dan cerita yang blom terselesaikan

/2/
Ku berlayar pada sebuah laut
Tak berpenghuni dan beku
Terombang ambing dingin
Yang tertiup seperti angin

Ku berlayar pada sebuah laut
Yang asing dan ganas
Lepas dari perindukan pantai
Mengantung takdir hidupnya sendiri

Ku berlayar pada sebuah laut
Yang buta arah dan sepi
Jauh dari bibir-bibir pasir
Yang lembut, perahu melaju
Pada setitik kenang yang samar
Dan bayang yang bernama rindu

/3/
Aku berada pada sebuah harap yang besar
Di laut yang diam dan penuh keasingan
Mataku berisi air yang besar, deras, dan juga menenggelamkan
Udara-udara udang-ikan membaur dalam lubang hidungku yang kecil dan mulai kotor
Juga telingaku yang akrab pada gemuruh mesin perahu yang nakal dan sedikit bising
Bekas-bekas merah bibirmu pun mulai samar tersapu kering di bibirku
Kemudian tanganku yang menangkap butiran cahya, menghambur ke udara, keluar dari batas-batas kota
Lalu tubuhku, yang basah, wadah badai semalam berpesta riah

/4/
Pulang kampung
Berarti diam tak tau apa di jalanan yang padat berdebu

Pulang kampung
Berarti jatuh dalam udara yang banyak dan tak terhingga

Pulang kampung
Berarti mabuk tak sadar diri bersama lautan yang luas dan asing

Pulang kampung
Berarti usaha mencapai rindu yang tlah lama tumbuh dan mengerutu

~Syee nee, 2018

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16