Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Oleh Nida Aulia
Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), PTM menyumbang sekitar 74% dari seluruh kematian di dunia pada tahun 2021, dengan 41 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit seperti penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes. Di Indonesia, situasinya serupa; data menunjukkan bahwa PTM merupakan penyebab utama kematian, dengan prevalensi yang terus meningkat.
Perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan pola makan yang tidak sehat telah berkontribusi pada peningkatan prevalensi PTM. Faktor-faktor risiko seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan tinggi gula dan lemak menjadi penyebab utama. Tanpa intervensi yang efektif, beban PTM diperkirakan akan terus meningkat, membebani sistem kesehatan dan ekonomi negara.
PTM tidak hanya menyebabkan kematian, tetapi juga menurunkan kualitas hidup individu. Di Indonesia, prevalensi diabetes meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 10,9% pada tahun 2018. Selain itu, obesitas menjadi masalah yang semakin serius, dengan prevalensi mencapai 25% pada tahun 2022.
Faktor-faktor risiko seperti merokok dan kurangnya aktivitas fisik juga menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Sebuah studi menunjukkan bahwa prevalensi empat atau lebih faktor risiko PTM meningkat secara bertahap dari waktu ke waktu, mencapai 14,8%. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang komprehensif dalam pencegahan PTM.
Pencegahan PTM memerlukan pendekatan multifaset yang mencakup intervensi individu, komunitas, dan kebijakan publik. WHO merekomendasikan pengurangan faktor risiko utama melalui promosi gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengadopsi pola makan seimbang.
Di tingkat kebijakan, intervensi seperti pengenaan pajak pada produk tembakau dan alkohol, serta regulasi iklan makanan tidak sehat, telah terbukti efektif. Sebagai contoh, WHO mencantumkan intervensi seperti pajak dan larangan iklan untuk tembakau dan alkohol, serta reformulasi kebijakan untuk makanan dan minuman yang lebih sehat sebagai langkah-langkah efektif dalam menangani PTM.
Di Indonesia, strategi nasional untuk pencegahan dan pengendalian PTM telah dikembangkan, dengan fokus pada promosi kesehatan, deteksi dini, dan penguatan sistem kesehatan. Namun, tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan infrastruktur kesehatan masih menjadi hambatan dalam implementasi strategi ini.
Penelitian terbaru menyoroti bahwa perubahan gaya hidup, seperti peningkatan aktivitas fisik dan pola makan sehat, dapat secara signifikan mengurangi risiko PTM. Selain itu, kajian tentang determinan sosial kesehatan menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti pendidikan, pendapatan, dan lingkungan sosial memainkan peran penting dalam prevalensi PTM. Oleh karena itu, pendekatan lintas sektor yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan diperlukan untuk mengatasi determinan sosial ini.
👍👍👍
BalasHapus👍👍👍
BalasHapus