PERAN VAKSINASI DALAM PENANGGULANGAN KLB CAMPAK DI INDONESIA


Kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang. Namun, kesehatan seringkali menjadi hilir (dampak) dari berbagai permasalahan yang dialami individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan merupakan modal awal bagi perkembangan potensi individu dalam hidup. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industrial mendorong masyarakat dalam perubahan gaya hidup kurang baik yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit tidak menular maupun penyakit menular. Menurut data riset kesehatan dasar, penyakit menular memiliki prevalensi cukup tinggi menyebabkan kematian. Pada penyakit menular  dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Timbulnya penyakit terjadi karena ketidakseimbangan antara host (penjamu), agent (penyebab), dan environment, yang telah disebutkan dalam segitiga epidemiologi.  Dalam penyakit menular ini digambarkan dengan segitiga epidemiologi atau trias epidemiologi yang menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Penyakit menular ini banyak jenisnya, salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yaitu campak. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bayi dan anak.
H.L Bloom menyatakan dalam teori bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu, gaya hidup (life style) dengan perubahan gaya hidup kita yang tidak baik dan tidak sehat  dengan mengikuti perkembangan akan mendatangkan penyakit. Kemudian lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan jika lingkungan disekitar kita tidak bersih maka lingkungan tersebut dapat mendatangkan pemyakit. Faktor ketiga yaitu pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan tidak dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan pelayanan kesehatan yang tidak dapat diakses maka masyarakat yang tidak dapat diobati. Determinan keempat faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan seseorang 
Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh beberapa indikator yang dianggap signifikan dalam menggambarkan derajat kesehatan. Salah satu indicator derajat kesehatan masyarakat yaitu, Angka Kematian Bayi (AKB), di Indonesia masih dianggap sensitif dalam mendeteksi ada atau tidaknya perbaikan pada sektor pelayanan kesehatan. Angka Kematian Bayi menggambarkan banyaknya kejadian kematian pada anak usia 0-11 bulan per 1.000 kelahiran hidup di populasi. Pada tahun 1991-2017 angka kematian Neonatal, bayi dan balita di Indonesia banhwa kasus kematian bayi, dan angka kematian balita cenderung menurutn sampai tahun 2015. Angka kematian bayi dna balita dapat disebabkan oleh infeksi, asfiksia, dan PD3I.
Campak merupakan salah satu penyakit yang tergolong PD3I, dikenla juga sebagai Mesles, camapk ini merupakan penyakit yang sangat menular  atau infeksius. Pada tahun 1980, sebelum dilakukannya imunisasi, diperkirakan lebih dari 20 juta orang yang terkena campak. Namun, sejak tahun 2000 dinegara-negara bereisko tinggi terkena campak telah dilakukan vaksinasi melalui program imunisasi, sehingga pada tahun 2012 kematian akibat Campak telah mengalami penurunan sebesar 78% secara global. Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara dengan kasus campak terbanyak di dunia. Masa penularan penyakit Campak terjadi pada 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash. Gejala Campak ini ditandai dengan terjadinya demam dengan selama 3 hari atau lebih, dengan gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair, kemudian mengalami bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga.
Penyakit campak adalah infeksi menular yang disebabkan oleh virus. Sebelum imunisasi campak digalakkan, campak adalah salah satu penyakit endemic yang menyebabkan kematian terbanyak setiap tahunnya. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak-anak, meski bisa juga terjadi pada orang dewasa yang belum pernah terkena di masa anak-anak. Penyakt ini disebabkan oleh virus dalam keluarga Paramyxovirus yang biasanya ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita atau lewat udara. Virus menginfeksi saluran pernapasan dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
            Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus campak. Indonesia sampai saat ini belum bisa menurunkan kasus campak padahal kementrian kesehatan telah melakukan program pemberian vaksin DPT sebagai upaya pencegahan kasus campak. Sampai saat inibelum ada antivirus untuk membasmi virus campak, dalam pengobatan simtoamtik diberikan hnaya untuk mengurangi gejala dan keluahan, dan daya tahan tubuh ditingkatkan dengan memberi gizi tinggi. Namun, pemerintah lebih menekankan kepada upaya pencegahan dengan pemberian vaksinasi menggubakan virurs camapk hidup yang dilemahkan, pada vaksinasi diberikna pada semua anak berumur diatas 9 bulan yang memberikan perlindungan hingga 4-5 tahun
Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes, dan 1 dosis campak/MR. Penentuan jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas penyakit-penyakit yang timbul. Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia dalam lima tahun terakhir selalu di atas 85%, namun masih belum mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan yang ditentukan. Pada tahun 2018 imunisasi dasar lengkap di Indonesia sebesar 90,61%. Angka ini sedikit di bawah target Renstra tahun 2018 sebesar 92,5%. Sedangkan menurut provinsi, terdapat 13 provinsi yang mencapai target Renstra tahun 2018.
Dalam kurun waktu tahun 2010-2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus Campak dan 30.463 kasus Rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih rendah dibanding angka sebenarnya            di lapangan, dengan banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah. Jumlah kasus Campak yang dilaporkan dapat dibandingkan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dengan menggunakan Incidence Rate.
Penyebab penyakit campak tidak pernah terselesaikan kasusnya di Indonesia yaitu, anak yang tidak melakukan vaksinasi, jika anak tidak melakukan vaksinasi terhadap penyakit campak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidapnya karena sistem imun yang masih rendah dna rentan terhadap penyakit. Hal ini disebabkan karena anak-anak belum terpapar penyakit-penyakit sheingga perlawanan sistem imun belum kuat. Dengan penyebab lainnya yaitu ketidaklengkapan vaksinasi (missed booster shot), kelengkapan vaksin menjadi sangat penting untuk menjaga jumlah antibodi dalam tubuh agar tetap kuat. Jika individu tidak melengkapi vaksinasinya karena kelalaian atai ketidaktahuan orang tua akan pentingnya vaksinasi untuk campak, booster shot pengganti di luar usia yang ditetapkan dianggap tidak enfektif lagi dalam menjaga kestabilan antibodi. Untuk menanggulangi hal teserbut, fasilitas kesehatan berperan penting untuk mengingatkan orang tua mengenai vaksinasi yang dianjurkan pada setiap rentang usia dan agara orang tua segera membawa ke pelayanan kesehatan untuk diberikan vaksinasi.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehtan mastarakat. Mengingat besarnya beban dan permasalahan penyakit Campak dan Rubella, maka Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dari upaya bersama seluruh negara di dunia dalam mencapai eliminasi penyakit Campak dan pengendalian penyakit Rubella pada tahun 2020. Pemerintah melakukan Imunisasi campak untuk menurunkan angka kejadian penyakit campak.
Pada tahun 2014 untuk lebih meningkatkan kekebalan pada anak-anak, maka dikeluarkan kebijakan pemberian imunisasi Campak lanjutan pada anak usia 24 bulan dan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 pemberian imunisasi Campak lanjutan dosis ke-2 diberikan pada anak usia 18 bulan. Selain pelaksanaan imunisasi, salah satu strategi untuk mencapai eliminasi dan pengendalian Campak di Indonesia adalah pelaksanaan surveilans Campak Rubella berbasis individu yang dikenal juga dengan CBMS (case based measles surveillance).
Dengan mempertimbangkan situasi beban penyakit rubella dan CRS di Indonesia, yang mengancam bayi dan anak-anak Indonesia, maka direkomendasikan agar dilakukan kampanye imunisasi MR dengan sasaran usia 9 bulan sampai dengan. Cakupan Imunisasi Campak menunjukkan kecenderungan peningkatan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Namun kecenderungan penurunan terjadi dari tahun 2012 sebesar 99,3% menjadi 89,8% pada tahun 2017. Kampanye imunisasi tersebut bertujuan untuk untuk memberikan kekebalan tambahan terhadap Campak dan Rubella sehingga dapat mengurangi kasus dan kejadian KLB Campak. Hal ini dibuktikan adanya penurunan kasus dan tidak adanya laporan KLB Campak pada bulan Oktober 2017 sampai dengan Maret 2018 di wilayah pelaksanaan imunisasi. KLB Campak dalam tiga tahun terakhir hampir di setiap provinsi dengan jumlah provinsi melaporkan KLB meningkat dari 27 provinsi tahun 2015 menjadi 30 provinsi tahun 2017. Peningkatan ini di antaranya disebabkan perbaikan kewaspadaan dini terhadap kasus Campak, yaitu petugas lebih cepat menangkap adanya peningkatan kasus.
Dalam hal tersebut bahwa pemerintah lebih terus melakukan upaya pemberiaan vaksinasi kepada anak agar dapat merunkan kasus Campak di Indonesia, selain itu Pelayanan Kesehatan baik dari biaya maupun pelayanan nya juga harus lebih ditingkatkan, diperbanyak agar masyarakat dapat melakukan pengobatan dengan mudah dan murah serta dapat drasakan manfaatnya oleh masyarakat. Serta kepada masyarakat agar lebih menjaga kesehatannya dengan mengubah perilaku hidup yang lebih baik dan rutin untuk melakukan vaksin kepada anaknya.



Daftar Pustaka

Dara dan Informasi Kesehatan di Indonesia. Diakses dari https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf. Pada tanggal 27 Desember 2019 Pukul 18.00 WIB
Situasi Campak dan Rubella di Indonesia. 2018. Diakses dari https://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-data-pusat-data-dan-informasi pada tanggal 22 Desember 2019 Pukul 15.00 WIB
IMUNISASI MR MASSAL DI PULAU JAWA PADA 2017 BERHASIL TURUNKAN KASUS CAMPAK DAN RUBELLA. 2018. Diakses dari www.depkes.go.id. Pada Tanggal 24 Desember 2019
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2017. Secara Keseluruhan Cakupan Imunisasi Campak dan Rubella Capai 87,33 persen. Diakses dari http://p2p.kemkes.go.id/secara-keseluruhancakupan-imunisasi-campak-dan-rubella-capai-8733-persen/ pada tanggal 22 Desember 2019 Pukul 19.00 WIB
Irwan. 2017. Epidemilogi Penyakit Menular. CV Absolute Media. Krapyak Kulon Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta. Diakses dari http://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/1782/irwan-buku-epidemiologi-penyakit-menular. Pada Tanggal 23 Desember 2019 Pukul 20.00 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16