KUMPULAN ULASAN PEMATERI SANTRI SUMMIT 2025




KUMPULAN ULASAN PEMATERI


ULASAN MATERI SANTRI SUMMIT 2025 - Dinda Juniarahma Try Effendy

ULASAN MATERI SANTRI SUMMIT 2025: INARA RUSLI 

Informasi Singkat tentang Pembicara 

Inara Rusli dikenal sebagai seorang public figure, mantan personel girlband, dan kini  aktif sebagai content creator serta muslimah inspiratif. Di balik kehidupannya yang  sempat disorot media karena persoalan pribadi, Inara kini menjelma menjadi sosok  yang banyak dibicarakan karena proses hijrah dan keteguhannya mempertahankan  prinsip sebagai seorang muslimah. Ia juga kerap membagikan konten-konten dakwah  ringan di media sosial dan menjadi narasumber di berbagai acara keislaman yang  menyasar anak muda, khususnya generasi muslimah. 

Materi atau Topik yang Disampaikan 

Dalam sesi yang ia sampaikan di Santri Summit 2025, Inara Rusli membawakan  materi bertema “Berani Hijrah, Berani Bangkit”. Ia menceritakan perjalanan hidupnya  dari dunia hiburan hingga memutuskan berhijrah, mengenakan niqab, dan mulai  mendalami ilmu agama. Topik yang disampaikan menyentuh berbagai aspek, mulai  dari tantangan mental saat berhijrah, bagaimana menghadapi komentar dan cibiran  orang lain, hingga pentingnya membentuk komunitas yang saling mendukung dalam  proses perbaikan diri. Ia juga menyinggung peran media sosial dalam membentuk  citra diri dan bagaimana seorang muslimah harus bijak bersikap di ruang digital. 

Kesan atau Insight Pribadi 

Saya pribadi sangat terkesan dengan cara Inara menyampaikan materi. Gaya  bicaranya lugas, terbuka, dan sangat membumi, tidak menggurui, tetapi justru  membuat audiens merasa relate. Kejujurannya saat menceritakan masa lalu dan  proses jatuh-bangun dalam berhijrah membuat saya merasa lebih percaya diri bahwa  setiap orang berhak berubah, apapun latar belakangnya. Insight paling dalam yang  saya dapat adalah bahwa hijrah bukan berarti sudah sempurna, melainkan sedang  dan terus berusaha menjadi lebih baik setiap hari. 

Manfaat atau Dampak dari Materi yang Dibawakan 

Materi yang disampaikan oleh Inara Rusli membawa dampak psikologis dan spiritual  yang cukup besar. Banyak peserta, termasuk saya, merasa termotivasi untuk  mengevaluasi kembali perjalanan diri. Terkadang kita terlalu fokus menilai orang lain,  tanpa sadar bahwa perubahan diri sendiri pun butuh konsistensi dan dukungan. Inara  mengajarkan bahwa keberanian dalam mengambil keputusan hijrah bukan hanya  tentang mengubah penampilan, tapi juga mengubah cara berpikir, cara bersikap, dan  pola hidup yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ini sangat relevan bagi para  santri dan mahasiswa yang sedang berada dalam masa pencarian dan pembentukan  jati diri. 

Opini Kritis (Jika Ada) Disertai Alasan

Walaupun materi yang disampaikan sangat menyentuh dan bermanfaat, saya merasa  sesi bersama Inara Rusli terasa terlalu singkat. Banyak peserta yang masih ingin  bertanya dan mendalami isu-isu yang diangkat, terutama soal dinamika kehidupan  muslimah di era digital dan bagaimana menanggapi kritik publik secara islami. Akan  lebih baik jika ada sesi diskusi interaktif atau talkshow dua arah, agar peserta bisa  menyampaikan kegelisahan atau pertanyaan langsung kepada pembicara. Selain itu,  akan sangat menarik jika di sesi selanjutnya Inara bisa berbicara berdampingan  dengan seorang ustazah atau pakar psikologi untuk melengkapi sudut pandang  spiritual dan ilmiah. 

Secara keseluruhan, kehadiran Inara Rusli di Santri Summit 2025 menjadi nilai  tambah yang luar biasa. Ia bukan hanya berbagi cerita, tapi juga menghadirkan  semangat dan harapan baru bagi para peserta, terutama kalangan santri dan  mahasiswa yang sedang meniti jalan hijrah. Materinya menyentuh hati, dan pesannya  jelas: tidak ada kata terlambat untuk berubah, dan setiap langkah kecil menuju  kebaikan adalah bentuk kemenangan.

Siva Sauqina

Dalam Talkshow Santri Summit 2025, Kak Raihan Habib menjadi salah satu pembicara yang  meninggalkan kesan mendalam. Dengan tema “Motivasi Hidup Generasi Muda Berbasis  Kesehatan Mental dan Spiritualitas Islam”, beliau membagikan pengalaman pribadi yang tidak  hanya menyentuh, tapi juga penuh makna dan pelajaran hidup. Sosok pemuda suku melayu ini  membagikan kisah nyata yang begitu menyentuh dan menyadarkan kita akan pentingnya  keimanan, kesabaran, dan ikhtiar dalam menghadapi ujian hidup. 

Kak Raihan mengawali ceritanya dengan mengungkap titik terendah yang pernah dialaminya yaitu  masa sulit ketika sedang merantau kuliah di Medan. Dalam kondisi benar-benar tak punya uang  dan sudah seharian belum makan, ia memberanikan diri menelpon ayahnya, berharap ada bantuan.  Namun jawaban sang ayah justru membuat hatinya runtuh: "Sabar ya nak, bapak juga lagi nggak  punya uang." Hati Kak Raihan kian hancur ketika ibunya juga mengatakan akan berusaha mencari  pinjaman agar bisa mengirimkan uang. Mendengar itu, Raihan mengaku hancur dan menangis 

sejadi-jadinya, merasa bahwa ia berada di titik terendah dalam hidupnya. 

Namun titik terendah itu justru mhttps://docs.google.com/document/d/1s4CmMcQniQPP_a5VoqVr06yct6XEcnlfBnW20FprBM8/edit?usp=drivesdkenjadi titik balik. Ia tetap memilih mendekatkan diri kepada  Allah. Kak Raihan melangkah ke masjid terdekat, dan tanpa direncanakan, ia justru menjadi  muazin dan imam karena tak ada orang lain yang maju. Seusai shalat, seorang bapak menghampiri  dan menanyakan kabarnya. Ternyata, dari percakapan sederhana itu, sang bapak mengetahui  bahwa Raihan belum makan dan langsung memberinya makanan. Momen itu menjadi titik terang 

sebuah pelajaran bahwa pertolongan Allah bisa datang dari arah yang tak disangka-sangka. 

Kisah ini menyampaikan pesan yang dalam. Bahwa dalam menghadapi tekanan mental, rasa  gelisah, atau sedih, kita perlu mengalihkan fokus kepada usaha dan penguatan diri. Kak Raihan  menekankan bahwa manusia hanya perlu melakukan ikhtiar maksimal, tanpa perlu menciptakan  kegelisahan atau kesedihan tambahan. Menariknya, ia juga menyampaikan teknik sederhana  namun bermakna yaitu dengan menarik napas dalam-dalam, lalu mengucap Alhamdulillah. Sebuah  cara untuk menghadirkan kesadaran diri dan ketenangan batin di tengah kesulitan. 

Bagian yang paling membekas adalah ketika ia berkata, “Jangan fokus pada kekuranganmu.  Fokuslah pada kelebihanmu dan kembangkanlah itu.” Pernyataan itu bukan hanya motivasi  kosong, tetapi lahir dari pengalaman nyata yang membentuk karakter spiritual dan mentalnya. Menurut saya, kisah Kak Raihan sangat relevan dengan kondisi generasi muda hari ini. Di tengah  tekanan sosial, akademik, dan ekspektasi hidup, kita butuh narasi yang membumi namun  membangkitkan. Kak Raihan bukan hanya berbicara soal teori kesehatan mental, tapi  menyentuhnya lewat pengalaman personal yang diresapi spiritualitas Islam. Pesan moral dan nilai  spiritual yang ia sampaikan sudah sangat menginspirasi. 

Akhirnya, dari kisah ini saya belajar bahwa keajaiban bisa muncul setelah kita  menyerahkannya kepada Allah, setelah kita berusaha sekuat tenaga dan tetap bersyukur. Talkshow ini bukan hanya memotivasi, tapi menyentuh dan rasanya akan terus teringat sebagai  bekal hidup kita ke depan dan mengingatkan bahwa tidak ada usaha yang sia-sia jika kita ikhlas  dan terus bersandar pada-Nya.

 

Nama : Selvi Nur Hamidah

Jurusan : Kesehatan Masyarakat

Angkatan : 2023

 

Rian Fahardhi adalah seorang kreator konten dan aktivis muda yang dikenal sebagai "Presiden Gen Z" di media sosial, terutama TikTok. Ia berasal dari Sulawesi Selatan dan merupakan alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dengan gaya bicara khas dan logat Makassar, Rian aktif menyuarakan isu sosial, budaya, dan politik yang relevan bagi generasi muda Indonesia. Ia juga pendiri komunitas Distrik Berisik yang menjadi wadah diskusi anak muda Rian Fahardhi membahas pentingnya konsistensi dan keberanian generasi muda dalam menyuarakan aspirasi melalui media sosial. Ia menekankan bahwa media sosial bukan hanya tempat hiburan, melainkan alat strategis untuk menyuarakan kritik konstruktif dan perubahan sosial. Rian juga mengingatkan pentingnya memiliki nilai dan prinsip yang kuat agar tidak mudah terpengaruh tekanan eksternal serta membagikan pengalamannya menjaga keseimbangan hidup antara aktivitas digital dan kegiatan membumi seperti bermain game dan memancing Dari sudut pandang pribadi, materi Rian memberikan insight bahwa suara anak muda sangat penting dalam membentuk masa depan bangsa. Keberaniannya untuk mengangkat isu-isu yang sering dianggap tabu atau sensitif menjadi inspirasi bagi banyak orang agar tidak takut menyuarakan pendapat. Hal ini juga menunjukkan bahwamedia sosial bisa menjadi alat yang efektif untuk edukasi dan aktivisme jika digunakan dengan tepat dan bertanggung jawab. Materi yang disampaikan Rian memberikan motivasi dan edukasi bagi generasi muda agar lebih aktif dan berani dalam berpartisipasi di ranah sosial dan politik. Dengan pendekatan yang terstruktur dan data yang akurat, Rian membantu membangun kesadaran kritis anak muda terhadap isu-isu penting yang sering diabaikan. Dampak positifnya adalah munculnya komunitas diskusi seperti Distrik Berisik yang menguatkan suara anak muda dan menginspirasi mereka untuk berkontribusi nyata bagi masyarakat. Selain itu, pendekatan "viral with value" yang diusung Rian membantu mengedukasi masyarakat luas tanpa kehilangan daya tarik konten yang mudah diterima oleh audiens muda Secara kritis, meskipun keberanian untuk speak up sangat penting, tantangan yang dihadapi Rian, seperti ancaman dan tekanan sosial, menunjukkan bahwa ruang berekspresi di Indonesia masih memiliki keterbatasan. Hal ini mengindikasikan perlunya dukungan lebih besar dari berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi anak muda dalam menyuarakan pendapatnya. Selain itu, penting bagi para aktivis muda untuk

tetap menjaga keseimbangan antara keberanian dan kehati-hatian agar pesan yang disampaikan tetap efektif dan tidak menimbulkan konflik yang tidak perlu.

 

 

Neisya Shabina

Kelompok 10

CSSMoRA angkatan 2023

Pemateri: kak uta bicara pede

 

Dalam konteks Kak Uta, banyak sekali masukan dan umpan balik (feedback) yang datang dari berbagai orang yang mengikuti atau mengenal konten Kak Uta. Hal ini menunjukkan bahwa nilai dari konten tersebut lahir melalui proses, bukan langsung sempurna sejak awal. Yang kedua, penting untuk memastikan bahwa teman-teman yang menjadi audiens atau pengikut juga memahami dan mempelajari konten yang disampaikan. Khususnya dalam penggunaan teknologi seperti AI, sering kali terjadi kemiripan ide atau pengetahuan antara satu kreator dengan kreator lainnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk menambahkan sentuhan atau ciri khas pribadi dalam setiap karya, agar dapat memberikan nilai yang berbeda dan lebih bermakna.

Selain itu, sebagai seorang santri, kita juga hadir dengan hati dan nilai-nilai yang mungkin belum banyak diketahui atau dipahami oleh masyarakat luas. Kita ingin menunjukkan bahwa santri bukanlah sosok yang konservatif, tetapi mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, termasuk dalam hal digitalisasi. Menjawab pertanyaan mengenai momen terbaik selama menjadi kreator konten, Kak Uta menyampaikan bahwa banyak kesempatan yang datang seiring dengan komitmen dan prinsip yang dipegang teguh: "Jangan memaksakan diri untuk meraih sesuatu, tetapi

biarkanlah kesempatan itu datang pada waktu yang tepat, saat kita telah siap untuk menerimanya." Kak Uta juga membagikan pengalaman pribadi, di mana sebelumnya pernah mencoba mengikuti berbagai program namun selalu gagal dan tidak lolos. Namun setelah mulai serius membuat konten, justru banyak kesempatan berdatangan. Dalam pengalaman kak uta kita bisa belajar bahwa untuk menjadi seorang konten harus menjalani proses dalam membentuk nilai sebuah karya, peran umpan balik dari audiens, serta pentingnya orisinalitas dalam menghadapi kemiripan ide di era AI. Kak Uta juga menyoroti bahwa santri tidak selalu identik dengan pandangan konservatif, melainkan mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman. Momen terbaik dalam perjalanannya adalah saat berbagai kesempatan datang setelah ia konsisten berkarya, menunjukkan bahwa kesabaran dan kesiapan akan membawa peluang yang tepat pada waktunya.

 

 

Dewi Astuti

Dalam pandangan ini, karier tidak hanya dipahami sebagai pencapaian duniawi, melainkan sebagai bagian integral dari ibadah. Setiap langkah yang kita ambil dalam pekerjaan, bahkandalam mengembangkan karier, adalah wujud pengabdian kepada Allah SWT. Keyakinan ini menuntun pada pemahaman bahwa pada hakikatnya, kita tidak pernah benar-benar mengetahui takdir kita; semuanya telah diatur oleh Allah. Kunci untuk memahami segala sesuatu ada pada-Nya. Penting untuk memiliki kemampuan membaca kepekaan dan mengenali peluang (opportunity), karena dari sanalah potensi karier dapat muncul. Ambil contoh Wirda, yang menemukan penulisan sebagai cara untuk menyembuhkan luka batinnya. Dari proses ini, ia berhasil menerbitkan tujuh buku. Bagi Wirda, reward terbaik dari sebuah karya adalah ketika ada orang yang terinspirasi dan termotivasi olehnya. Selain buku, Wirda juga mengembangkan karyanya menjadi podcast, menunjukkan bagaimana berbagai bentuk dakwah dapat diciptakan. Dalam menjalani hidup dan karier, kita akan menghadapi ujian. Ini adalah bagian dari rencana Ilahi untuk melihat siapa di antara kita yang paling baik dalam merespons cobaan. Janganlah mengaku beriman jika belum diuji, karena tidak ada seorang pun yang beriman yang tidak diuji. Bahkan, penundaan (delay) dapat dianggap sebagai anugerah dari Allah. Jika suatu hadiah atau kesempatan belum datang, itu berarti belum waktunya, dan Allah akan memberikannya pada saat yang tepat. Pada akhirnya, dakwah memiliki banyak bentuk, dan memulai segala sesuatu karena Allah akan mencegah kita dari kekecewaan, terlepas dari apakah ada yang menyukai atau tidak menyukai usaha kita. Dorongan untuk bertindak segera juga ditekankan: mulailah hari ini, karena kiamat sudah dekat.

 

Siti Sa’diyyah

Mengenal sosok Rinaldi Ibrahim

Dalam Festival Santri Summit 2025 yang mengusung tema “Kontribusi Santri untuk Negeri”, ribuan peserta berkumpul di Auditorium Harun Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di antara deretan pemateri yang sangat menginspiratif dikalangan generasi muda , salah satu sosok yang mencuri perhatian adalah Kak Inal seorang apoteker muda yang aktif, profesional, dan penuh semangat pengabdian. Kak Inal tumbuh dengan prinsip kuat: “Ilmu harus dikembalikan kepada umat.” Bagi Kak Inal, ilmu bukan sekadar untuk diri sendiri, tapi harus berdampak, memberi arti, dan menyentuh kehidupan banyak orang.

 

Awal Yakin Pilih Karier

Ketika ditanya tentang apa yang membuatnya yakin memilih karier sebagai apoteker, Kak Inal menjawab: "Saya punya mimpi besar, saya ingin dikenal banyak orang, tapi bukan hanya sekadar dikenal—saya ingin dikenal karena kontribusi yang saya berikan." Mimpi besar itulah yang menjadi bahan bakar semangatnya. Ia mencoba banyak jalur, banyak bidang, berusaha menemukan mana yang paling sesuai dengan dirinya. Hingga akhirnya, jalur PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) menjadi titik terang dan awal mula perjalanan besar itu dimulai. Salah satu hal yang membuat Kak Inal merasa paling hidup adalah ketika orang lain datang dan merasa nyaman bercerita. Ada kebahagiaan tersendiri ketika ia bisa menjadi tempat berlabuh cerita bagi orang lain. “Saya bahagia ketika orang lain merasa didengar. Kadang bukan solusi yang mereka cari, tapi teman yang bisa mengerti. Dari situ saya belajar banyak bahwa menjadi bermanfaat itu bisa dimulai dari hal kecil,” katanya. Kini, Kak Inal dikenal sebagai apoteker muda yang bukan hanya sibuk di dunia profesional, tapi juga aktif memberi dampak lewat edukasi kesehatan, tulisan, dan konten-konten bermakna. Baginya, setiap konten yang ia buat adalah bentuk tanggung jawab. Dan ada satu pesan yang paling kuat dari dirinya untuk generasi muda yang masih ragu terhadap langkahnya, Kak Inal dengan tegas menyampaikan: “Jangan pernah ragu sama dirimu sendiri. Mungkin sekarang belum terasa, tapi suatu hari nanti kamu akan merasakan sendiri dampaknya.”

 

 

 

NAMA : M.Anang Anggi Dwi Putra

PRODI : FARMASI

ANGKATAN : 2024

 

“Mengapa Saya Ingin Menjadi Storyteller dan Penulis”

Awalnya, saya memutuskan menjadi seorang storyteller dan penulis. Karena menulis adalah satu-satunya cara saya bisa mengekspresikan isi hati tanpa harus merasa terhakimi dan dihakimi. Sebagai seorang yang introvert dan pemalu, saya selalu takut jika orang lain tidak menyukai saya. Ketakutan itu membuat saya berusaha menjadi seorang People pleaser– selalu ingin menyenangkan orang lain agar saya bisa terus mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar.

Namun, seiring berjalannya waktu dan ketika saya mulai membangun karir di media sosial sebagai penulis, saya sadar bahwa tidak semua orang akan menyukai karya saya. Ironisnya, justru penolakan dan kritik datang dari orang-orang yang paling dekat dengan saya. Dari situ, saya belajar bahwa lingkungan yang tidak selaras dengan nilai dan impian kita bisa sangat membatasi pertumbuhan diri. Salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat adalah menjauh dari lingkungan lama dan menemukan tempat baru yang bisa menerima saya apa adanya– tempat dimana saya bisa bertumbuh dan berkarya tanpa harus terus menerus membuktikan diri. Tapi justru karena itu saya semakin yakin untuk tetap menulis, walaupun belum ramai dan belum banyak yang membaca. Karena pada akhirnya, saya menulis bukan untuk viral, tapi untuk menyuarakan apa yang penting bagi saya. Satu hal penting yang saya pelajari dalam proses ini : kunci dari konsistensi adalah menyadari bahwa kita sebagai manusia memang tidak benar benar bisa konsisten. Akan

ada hari hari dimana kita tidak semangat, tidak punya ide, bahkan ingin menyerah. Tapi di sinilah pentingnya komitmen. Mood atau tidak mood, kita tetap perlu hadir dan menulis. Karena menulis bukan sekedar soal inspirasi.

Kita semua bisa menjadi versi terbaik dari diri kita dalam 90 hari. Jika hari ini kamu merasa belum siap atau belum mampu, jadikan hari ini sebagai titik awal. Mulailah hari ini dengan tekad untuk berubah, karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Tapi ingat, jika kita tidak memulainya hari ini maka 90 jari ke depan akan tetap sama seperti sekarang. Menjadi storyteller dan penulis bukan hanya tentang menyusun kata-kata indah, tetapi juga tentang perjalanan menemukan jati diri. Dari ketakutan sebagai seorang introvert dan people pleaser, saya belajar bahwa tidak semua orang akan menyukai kita atau karya kita dan itu tidak apa-apa. Yang terpenting adalah tetap setia pada diri sendiri dan terus berkembang di lingkungan yang mendukung pertumbuhan kita. Perubahan tidak terjadi dalam semalam, tapi dengan komitmen dan konsistensi selama 90 hari, kita bisa menciptakan versi diri yang jauh lebih kuat, percaya diri, dan berkarya dengan tulus.

 

 

NAMA : Anie Savrina Firdaus

PRODI : Kesehatan Masyarakat

ANGKATAN : 2024

 

“Mengapa Saya Ingin Menjadi Storyteller dan Penulis”

By Kak Fardi Yandi

 

Awalnya, saya memutuskan menjadi seorang storyteller dan penulis. Karena menulis adalah satu-satunya cara saya bisa mengekspresikan isi hati tanpa harus merasa terhakimi dan dihakimi. Sebagai seorang yang introvert dan pemalu, saya selalu takut jika orang lain tidak menyukai saya. Ketakutan itu membuat saya berusaha menjadi seorang People pleaser– selalu ingin menyenangkan orang lain agar saya bisa terus mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu dan ketika saya mulai membangun karir di media sosial sebagai penulis, saya sadar bahwa tidak semua orang akan menyukai karya saya. Ironisnya, justru penolakan dan kritik datang dari orang-orang yang paling dekat dengan saya. Dari situ, saya belajar bahwa lingkungan yang tidak selaras dengan nilai dan impian kita bisa sangat membatasi pertumbuhan diri. Salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat adalah menjauh dari lingkungan lama dan menemukan tempat baru yang bisa menerima saya apa adanya– tempat dimana saya bisa bertumbuh dan berkarya tanpa harus terus menerus membuktikan diri. Tapi justru karena itu saya semakin yakin untuk tetap menulis, walaupun belum ramai dan belum banyak yang membaca. Karena pada akhirnya, saya menulis bukan untuk viral, tapi untuk menyuarakan apa yang penting bagi saya. Satu hal penting yang saya pelajari dalam proses ini : kunci dari konsistensi adalah menyadari bahwa kita sebagai manusia memang tidak benar benar bisa konsisten. Akan ada hari hari dimana kita tidak semangat, tidak punya ide, bahkan ingin menyerah. Tapi di sinilah pentingnya komitmen. Mood atau tidak mood, kita tetap perlu hadir dan menulis. Karena menulis bukan sekedar soal inspirasi, tapi juga soal disiplin terhadap diri sendiri.

Kita semua bisa menjadi versi terbaik dari diri kita dalam 90 hari. Jika hari ini kamu merasa belum siap atau belum mampu, jadikan hari ini sebagai titik awal. Mulailah hari ini dengan tekad untuk berubah, karena perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Tapi ingat, jika kita tidak memulainya hari ini maka 90 jari ke depan akan tetap sama seperti sekarang. Menjadi storyteller dan penulis bukan hanya tentang menyusun kata-kata indah, tetapi juga tentang perjalanan menemukan jati diri. Dari ketakutan sebagai seorang introvert dan people pleaser, saya belajar bahwa tidak semua orang akan menyukai kita atau karya kita dan itu tidak apa-apa. Yang terpenting adalah tetap setia pada diri sendiri dan terus berkembang di lingkungan yang mendukung pertumbuhan kita. Perubahan tidak terjadi dalam semalam, tapi dengan komitmen dan konsistensi selama 90 hari, kita bisa menciptakan versi diri yang jauh lebih kuat, percaya diri, dan berkarya dengan tulus.

 

 

Talaita Fidzililla

Berbicara Tanpa Menggurui, Menginspirasi Tanpa Menyudutkan Hati 

WHO IS INARA RUSLI? 

Inara Rusli, nama yang dulu dikenal sebagai anggota girlband dan istri musisi Virgoun, kini menjelma menjadi sosok perempuan tangguh yang menginspirasi banyak orang. Pasca menghadapi ujian berat dalam rumah tangga, Inara memutuskan untuk bangkit dan menata hidupnya kembali lewat jalur pendidikan, penguatan spiritual, dan kewirausahaan. Ia aktif mengaji, kembali kuliah, dan mendirikan bisnis fesyen muslim. Dalam beberapa tahun terakhir, namanya kembali bersinar bukan karena gosip, tapi karena kontribusinya di berbagai forum keislaman dan acara edukatif, termasuk peluncuran platform Inara AI yang memperkuat branding-nya sebagai figur muslimah cerdas dan visioner. 

Dalam acara Santri Summit 2025, Inara tampil sebagai salah satu bintang tamu yang paling ditunggu, membagikan kisah perjalanan hidupnya dari dunia gemerlap hiburan menuju jalan hijrah yang lebih bermakna. Di atas panggung Santri Summit, Inara menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai keislaman di era digital. Ia mengajak para santri dan generasi muda untuk tidak hanya melek teknologi, tapi juga tangguh secara iman. 

"Kalau laki-laki nggak sibuk dengan ilmu, ya bisa sibuk dengan syahwat. Perempuan juga kalau nggak belajar, bisa hanyut dalam prasangka dan perasaan," ujarnya lantang, disambut tepuk tangan santri serta audiens dari berbagai penjuru negeri yang hadir di Auditorium Harun Nasution. 

Di tengah kehangatan acara Santri Summit 2025, salah satu peserta bertanya “bagaimana cara menyemangati teman yang sedang bermasalah karena jauh dari agama tanpa membuat mereka merasa terhakimi?” Inara menjawab dengan senyum menenangkan. m“Dakwah itu nggak harus dilabeli dakwah,” ujarnya. “Kalau teman kita belum berhijab, misalnya, nggak perlu langsung dikasih dalil atau hadits. Karena sebenarnya, mereka juga tahu. Yang mereka butuh, bukan penghakiman, tapi contoh yang nyata." 

Menurut Inara, kekuatan dakwah justru lahir dari tindakan yang konsisten dan penuh empati. Ia mencontohkan, ketika mendengar adzan, cukup katakan dengan lembut, “Yuk, sholat yuk.” Kalau ditolak? “Ya udah, bisa dibalas begini, ‘Kalau aku sih banyak maunya, makanya aku mau lebih deket sama yang punya hidup ini.Simpel tapi nyentuh. Tanpa tekanan, tapi tetap mengarah pada hidayah.”Inara mengajak para peserta untuk menjadi penyampai kebaikan yang tidak menggurui, namun menjadi teladan yang menginspirasi. Menurutnya, penampilan yang stylish tidak harus bertentangan dengan adab. Bahkan dengan berpakaian baik, menjaga akhlak, dan berbicara lembut, seseorang bisa menjadi syiar hidup yang diam-diam mengetuk banyak hati. 

Namun, dakwah tak selalu mudah. Dalam sesi yang sama, muncul pula curahan hati peserta lain: “Sejak mulai membangun personal branding Islami di Instagram, saya justru merasa makin sepi. Pertemanan makin sedikit. Saya suka dekat dengan Allah, tapi tidak suka dengan kekosongan ini. Apa jalan saya benar?” Pertanyaan itu membuat ruangan terdiam sejenak karena banyak yang diam-diam merasa sama. Inara lalu menanggapi dengan lembut namun dalam. “Sepi bukan berarti kamu salah arah,” jawabnya. “Kadang, Allah pisahkan kita dari keramaian agar kita lebih mendengar suara-Nya. Ketika kamu sibuk memperbaiki diri, memang tak semua orang nyaman dengan perubahanmu. Tapi percayalah, Allah sedang mempertemukanmu dengan lingkaran yang lebih baik, bukan lebih banyak, tapi lebih bernilai.” 

Di tengah era media sosial dan krisis makna, suara seperti Inara Rusli menjadi napas segar: bahwa berdakwah bisa dilakukan tanpa suara lantang, dan berjuang mendekat kepada Allah tak harus ramai. Terkadang, cukup dengan menjadi pribadi yang istiqomah, sabar, dan konsisten. kita sudah berdiri sebagai cahaya kecil di jalan orang lain yang masih gelap. Inara Rusli bukan lagi sekadar mantan artis, ia kini hadir sebagai simbol kebangkitan perempuan muslim modern—yang berani berubah, berdaya secara ekonomi, dan tetap teguh memegang akhlak dan agama.  INSIGHT PRIBADI FROM ME (rill, jujur banget ini kaa) Jujur, aku pribadi sangat sangat termotivasi. Gaya bicara dia tuh lembut, tapi isi omongannya dalem banget. Tidak menggurui, tapi menohok. Rasanya kayak lagi ditampar pakai sutra. wkwk , dari ungkapan-ungkapan Kak Inara, aku jadi sadar, bahwa kita tuh bisa jadi agen perubahan—tanpa harus ribut. Cukup lewat teladan kecil, sikap positif, dan keberanian buat beda. 

MATERI NYA BERDAMPAK NGGA KE AKU? 

Yes, Of Course Kak.

Aku dapet pemahaman baru soal dakwah yang relevan buat zaman sekarang. Tentang pentingnya jadi pribadi yang istiqomah, yang ngajak orang tanpa bikin mereka ngerasa dihakimi. aku juga dapet semangat baru buat terus ngedeketin diri ke Allah, meski kadang jalan itu sepi dan gak populer. 

MY OPINION ABOUT KAK INARA

Ya, I Know di luar sana masih banyak yang sinis ke Kak Inara. Ada yang bilang dia pansos, ada juga yang nyinyir karena dia buka cadar habis cerai. Tapi menurut aku, dia manusia. Punya fase, punya alasan, punya perjalanan spiritual yang gak semua orang paham. Dan yang aku lihat sekarang adalah Sosok Inara yaitu perempuan kuat yang berani berubah, berani bersuara, dan tetap berdiri dengan akhlak dan hati yang lembut. ~ Kalau semua orang bisa kayak dia—yang sadar posisi, tapi tetap positif—mungkin dunia ini bakal lebih adem. ~ xixi

 

 

Jayanti Mandasari

Di era media sosial seperti sekarang, kita sering merasa insecure saat melihat pencapaian orang lain atau ketika postingan kita tak mendapat banyak perhatian. Padahal, niat kita dalam bermedia sosial seharusnya bukan semata-mata untuk mencari validasi dari manusia, melainkan ridha Allah. Tak apa jika viewers sedikit, asal niat kita lurus dan setiap unggahan bernilai pahala di sisi-Nya. Media sosial jangan dijadikan tolok ukur harga diri, apalagi sampai menjauhkan kita dari Allah. Karena sejatinya, segala kenikmatan yang membuat kita lalai dari- Nya adalah musibah, sedangkan segala derita yang justru membuat kita semakin dekat kepada Allah adalah anugerah yang tak ternilai.

 

 

Aisyah Aulia

kita sebagai manusia pasti pernah tidak konsisten, sebaik apapun kita, sejago apapun kita. saat kita tidak konsisten pasti menyalahkan diri sendiri, dan pasti pernah merasakan untuk tidak melanjutkan yang sudah tertinggal. cara agar kita dapat konsisten yaitu dimulai dari komitmen meskipun itu mood atau ga mood. Kesuksesan kak fardi meski dalam keadaan mood atau ga mood, dengan adanya dia kolab dengan google, influencer lainnya, itu semua dimulai dari menulis dan komitmennya. Kita bisa menjadi sosok yang berbeda dalam 90 hari, jika ada orang yang merasa dia belum puas dengan dirinya, pada hari pertama ambil keputusan dalam 90 hari kedepan kawan2 akan mendapatkan hal yang berbeda karena jika kita tidak puas dengan apa yang kita lakukan tetapi kita melakukan hal yang sama dalam 90 hari kedepan juga mendapatkan hal yang sama seterusnya.

 

Kanaya Cantika

Makna Kehidupan dan Pertolongan Ilahi dalam Perspektif Religius

Setiap manusia pasti pernah berada di titik paling rendah dalam hidupnya. Perasaan terjatuh, merasa tidak berharga, bahkan sampai merasa tidak memiliki siapa-siapa, adalah pengalaman yang nyata dan tidak sedikit orang mengalaminya. Dalam momen seperti itu, banyak orang merasa kehilangan arah, seolah tidak ada yang benar-benar memahami atau peduli. Kita bisa saja membagikan sesuatu di media sosial—tulisan, lagu, atau ungkapan hati—namun tetap merasa tidak dilihat dan tidak dimengerti. Rasa asing terhadap diri sendiri pun muncul, seolah eksistensi kita kehilangan makna. Namun di balik keterpurukan itu, ada satu hal yang seharusnya tidak kita lupakan: pertolongan Allah yang selalu hadir, meski sering kali tidak terlihat secara kasat mata. Ketika manusia larut dalam masalah dan terlalu fokus pada penderitaan, solusi seolah tertutup rapat. Padahal, dengan mengalihkan fokus dari masalah menuju detik demi detik kehidupan yang terus berjalan, kita bisa mulai menyadari bahwa semua cobaan itu pasti berlalu. Dan ketika waktu telah membawa kita melewati semua itu, kita akan sadar bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri. Allah selalu bersama kita dalam bentuk yang paling halus sekalipun. Pertolongan Allah terkadang datang dengan cara yang sangat lembut, hingga kita tidak menyadarinya. Kita mungkin mengira bantuan datang dari teman, guru, atau orang-orang terdekat, padahal sejatinya itu adalah pertolongan Allah yang disampaikan melalui mereka. Allah bisa menyampaikan pertolongan-Nya lewat pintu mana saja, dan itulah bentuk kasih sayang-Nya yang tidak bisa disamakan dengan siapa pun. Karena itu, jangan pernah merasa menjadi penyelamat untuk diri sendiri karena sejatinya semua itu datang dari-Nya. Yang perlu kita lakukan hanyalah meminta. Allah mencintai hamba Nya yang memohon, bahkan dengan bahasa yang paling sederhana sekalipun. Tidak perlu kata-kata indah atau doa panjang yang rumit, cukup sampaikan keinginan dan keluh kesah kita dengan jujur dan penuh keyakinan. Allah Maha Mendengar, dan Dia tahu isi hati kita bahkan sebelum kita

mengucapkannya. Dalam kehidupan yang penuh ujian ini, mari belajar untuk tidak hanya mengeluh pada masalah, tapi juga belajar mencari makna dan solusi. Ketika kita merasa tidak mampu, ingatlah bahwa Allah-lah sebaik-baik tempat bergantung. Maka, teruslah berharap, teruslah meminta, dan teruslah percaya bahwa pertolongan Allah itu nyata, bahkan ketika kita tidak menyadarinya.

 

 

PENUGASAN JURNALISTIK CSSMoRA UIN JAKARTA 

Ulasan materi: wirda mansur 

Disusun oleh: Wiwin Nurdianti_keperawatan_2024 

Wirda Mansur:  

Adalah sosok inspiratif yang dikenal sebagai penulis muda, hafizah Al-Qur’an, dan seorang business woman. Sejak tahun 2016, ia telah menerbitkan tujuh buku yang sebagian besar berisi curahan hati, kisah hidup, serta pelajaran dari pengalaman dirinya maupun orang lain. Bagi Wirda, menulis bukan sekadar aktivitas, melainkan sarana untuk menyembuhkan luka batin dan menyampaikan hal-hal yang sulit diungkapkan dengan lisan. Ia percaya bahwa setiap manusia lahir tanpa mengetahui secara pasti apa tujuan hidupnya, namun sejatinya kita semua memiliki misi yang sama: beribadah kepada Allah. Dalam perjalanannya, Wirda menekankan pentingnya memiliki kepekaan—kemampuan untuk merasakan dan menangkap makna di balik setiap peristiwa. Menurutnya, kepekaan membuka jalan datangnya berbagai peluang. Ia juga pernah merasakan rasa minder, namun ia belajar untuk selalu membawa segala perasaan dan masalah kepada Allah. Ia percaya bahwa doa akan selalu dijawab, meskipun melalui proses dan usaha yang tidak selalu mudah. Hafalan Al-Qur’an yang ia selesaikan menjadi bukti kesungguhannya dalam menjalani proses spiritual dan kedisiplinan diri. Bagi Wirda, penghargaan terbaik sebagai penulis bukanlah materi, tetapi saat seseorang berkata bahwa tulisannya mewakili perasaan yang tak mampu mereka ungkapkan sendiri. Kisah hidup Wirda mengajarkan bahwa menulis bisa menjadi media penyembuhan, dan bahwa kepekaan serta kesadaran spiritual adalah kunci dalam menjalani hidup dengan makna.

 

Shofiyya Sakinatuz

Makna Kehidupan dan Pertolongan Ilahi dalam Perspektif Religius

Setiap manusia pasti pernah berada di titik paling rendah dalam hidupnya. Perasaan terjatuh, merasa tidak berharga, bahkan sampai merasa tidak memiliki siapa-siapa, adalah pengalaman yang nyata dan tidak sedikit orang mengalaminya. Dalam momen seperti itu, banyak orang merasa kehilangan arah, seolah tidak ada yang benar-benar memahami atau peduli. Kita bisa saja membagikan sesuatu di media sosial—tulisan, lagu, atau ungkapan hati—namun tetap merasa tidak dilihat dan tidak dimengerti. Rasa asing terhadap diri sendiri pun muncul, seolah eksistensi kita kehilangan makna. Namun di balik keterpurukan itu, ada satu hal yang seharusnya tidak kita lupakan: pertolongan Allah yang selalu hadir, meski sering kali tidak terlihat secara kasat mata. Ketika manusia larut dalam masalah dan terlalu fokus pada penderitaan, solusi seolah tertutup rapat. Padahal, dengan mengalihkan fokus dari masalah menuju detik demi detik kehidupan yang terus berjalan, kita bisa mulai menyadari bahwa semua cobaan itu pasti berlalu. Dan ketika waktu telah membawa kita melewati semua itu, kita akan sadar bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri. Allah selalu bersama kita—dalam bentuk yang paling halus sekalipun. Pertolongan Allah terkadang datang dengan cara yang sangat lembut, hingga kita tidak menyadarinya. Kita mungkin mengira bantuan datang dari teman, guru, atau orang-orang terdekat, padahal sejatinya itu adalah pertolongan Allah yang disampaikan melalui mereka. Allah bisa menyampaikan pertolongan-Nya lewat pintu mana saja, dan itulah bentuk kasih sayang-Nya yang tidak bisa disamakan dengan siapa pun. Karena itu, jangan pernah merasa menjadi penyelamat untuk diri sendiri—karena sejatinya semua itu datang dari-Nya. Yang perlu kita lakukan hanyalah meminta. Allah mencintai hamba Nya yang memohon, bahkan dengan bahasa yang paling sederhana sekalipun. Tidak perlu kata-kata indah atau doa panjang yang rumit, cukup sampaikan keinginan dan keluh kesah kita dengan jujur dan penuh keyakinan. Allah Maha Mendengar, dan Dia tahu isi hati kita bahkan sebelum kita

mengucapkannya. Dalam kehidupan yang penuh ujian ini, mari belajar untuk tidak hanya mengeluh pada masalah, tapi juga belajar mencari makna dan solusi. Ketika kita merasa tidak mampu, ingatlah bahwa Allah-lah sebaik-baik tempat bergantung. Maka, teruslah berharap, teruslah meminta, dan teruslah percaya bahwa pertolongan Allah itu nyata, bahkan ketika kita tidak menyadarinya.

 

ULASAN PEMBICARA: Kak INARA RUSLI 

by : Ilham Fitra Gunawan. NR 

Santri Summit 2025 – “Menjaga Nilai Islami di Era Gen Z” 

1.     Informasi Singkat tentang Pembicara_Kak Inara Rusli adalah figur publik yang telah melewati banyak fase kehidupan yang terekam jelas oleh publik. Sebagai seorang artis, penyanyi, sekaligus influencer, perjalanan hidupnya penuh warna: dari dunia hiburan, kehidupan rumah tangga, hingga keputusannya berhijrah dan tampil dengan cadar. Ia dikenal sebagai sosok yang kuat, teguh pendirian, dan tidak takut untuk bersuara ketika prinsip keimanannya teruji. Dalam beberapa tahun terakhir, ia aktif berdakwah melalui media sosial dan kegiatan-kegiatan edukatif berbasis nilai Islami.

2.     Tema dan Materi yang Disampaikan 

Dalam sesi talkshow bertema “Menjaga Nilai Islami di Era Gen Z”, Inara tampil dengan penuh ketulusan dan ketegasan. Ia tidak hanya berbicara sebagai figur publik, tetapi sebagai seorang muslimah yang sedang terus belajar memperbaiki diri. Pesan-pesan yang ia sampaikan sangat membumi dan relevan, terutama bagi generasi muda yang sedang menghadapi banyak tekanan sosial dan kebingungan identitas. 

Beberapa poin penting dari pemaparannya antara lain: 

1. Pentingnya menjadi diri sendiri yang tetap berpegang pada nilai Islam meskipun hidup di tengah ekspektasi publik dan dunia digital yang penuh distraksi. 

2. Hijrah adalah proses yang panjang dan pribadi, bukan semata soal penampilan, tetapi tentang keberanian memilih jalan yang diridai Allah. 

3. Kebaikan harus tetap dilakukan, sekalipun kita pernah disakiti. Menurutnya, justru melalui luka-luka hidup, manusia diberi kesempatan untuk bertumbuh. 

4. Peran perempuan dalam dakwah sangat penting. Ia mendorong muslimah Gen Z untuk tidak merasa kecil atau terbebani dengan stigma. Menurutnya, tampil di depan umum tidak selalu berarti membuka aib, selama dilakukan dengan niat yang lurus dan konten yang membawa manfaat. 

“Kesan & Insight Pribadi” 

Kehadiran Kak Inara memberikan kesan mendalam karena ia berbicara dari pengalaman nyata, bukan sekadar teori. Ia tidak mencoba menjadi sempurna atau menutupi masa lalu, justru ia mengajak peserta untuk belajar mencintai takdir, menerima diri, dan melangkah ke depan dengan lebih bijak. Satu hal yang paling berkesan adalah ketika ia mengatakan,“Jangan takut menjadi baik hanya karena kamu pernah disakiti. Justru dari sana Allah ingin kita belajar memuliakan hidup ini.” Kalimat ini menjadi pengingat bahwa hijrah bukan untuk terlihat suci, tetapi untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan tenang bersama Allah.

“Manfaat dan Dampak Materi” 

Apa yang disampaikan oleh Kak Inara memiliki dampak besar bagi peserta, terutama santriwan dan santriwati yang tengah tumbuh dalam pergolakan identitas di era digital. Ia memberikan contoh bahwa public figure bisa tetap istiqamah dan produktif dalam jalur Islami. Bahwa pilihan hidup yang taat pada agama bukanlah penghalang untuk berkarya justru menjadi pondasi yang menguatkan semua langkah. Pesannya memperkuat narasi bahwa generasi santri harus berani hadir di tengah masyarakat, membawa misi dakwah dalam bentuk apapun—baik itu melalui konten, komunitas, ataupun karier. Kak Inara memiliki kekuatan naratif yang kuat dan jujur, serta mampu membangun koneksi emosional dengan audiens. Namun, dalam kesempatan ini, akan lebih memperkaya jika ia menambahkan pengalaman konkret dalam menghadapi stigma terhadap muslimah bercadar, terutama di dunia profesional dan media. Pengalaman-pengalaman seperti itu bisa memperluas perspektif peserta tentang tantangan nyata di lapangan. Selain itu, penekanan pada aspek keilmuan juga bisa menjadi poin penguat, seperti bagaimana ia tetap belajar dan menyeimbangkan peran spiritual dengan karier. Hal ini akan semakin mempertegas bahwa dakwah bukan hanya tentang penampilan atau gaya hidup, melainkan juga tentang ilmu dan kualitas. Kehadiran Kak Inara Rusli dalam Santri Summit 2025 membuktikan bahwa hijrah bukan hanya perjalanan rohani, tapi juga perjuangan sosial. Ia adalah representasi dari generasi muslimah yang sedang tumbuh dengan luka, tapi tidak kalah. Yang memilih untuk tetap tampil dan menguatkan, meski dunia tak selalu berpihak. Ia menunjukkan bahwa menjadi santri bukan hanya identitas masa lalu, tapi bisa menjadi visi hidup di masa depan. Dakwah tidak melulu dari podium atau panggung ceramah—kadang cukup dari satu kata yang tulus, satu sikap yang konsisten, atau satu konten yang menyentuh.

 

Halwa Zahrotil Jannah, PBSB FK 2024

Dalam acara Santri Summit 2025 yang diselenggarakan oleh UIN Jakarta pada 29 Juni 2025, Risty Tagor menjadi salah satu pembicara dalam sesi talkshow bertema “Motivasi Hidup Generasi Muda Berbasis Kesehatan Mental dan Spiritualitas Islam”. Dalam kesempatan tersebut, Risty berbagi pengalaman pribadi yang menginspirasi. Risty Tagor Menghadapi Titik Terendah dalam Hidup: Risty mengungkapkan bahwa ia pernah berada di titik terendah dalam hidup dan sempat berprasangka buruk terhadap jalan hidup yang ditetapkan Tuhan. Namun, ia menyadari bahwa hidup adalah tentang ikhtiar terbaik.

Pentingnya Berbagi Cerita: Ia menekankan pentingnya berbagi cerita dengan orang terdekat sebagai langkah awal saat mengalami tekanan mental. Mengungkapkan perasaan adalah langkah awal untuk membebaskan diri dari beban pikiran yang membuatnya berprasangka buruk.

 

Ulasan terkait pembicara Acara Santri Summit 2025: Shakira Amirah (Oleh: Rihhadatul Aisy) 

1.     Informasi singkat tentang pembicara: Shakira Amirah, seorang nama yang tak asing lagi di kancah prestasi akademik, membagikan wawasan berharganya di Acara Santri Summit 2025. Sebagai mahasiswa KOAS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang gemilang, Shakira telah mengukir berbagai pencapaian, di antaranya publikasi 10 jurnal internasional, menyabet gelar Pemenang Class of Champions, dan dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi baik di tingkat Fakultas Kedokteran UI maupun Nasional. Kehadirannya di Santri Summit tentu menjadi inspirasi bagi banyak peserta. 

2.     Materi atau Topik yang di Sampaikan 

Dalam sesinya, Shakira Amirah membahas beberapa poin krusial yang relevan dengan perjalanan meraih impian dan pengembangan diri. Peran Keluarga dalam Pengambilan Keputusan: Shakira menyoroti pengaruh besar keluarga dalam menentukan arah hidup seseorang. Ia menegaskan bahwa latar belakang orang tua, seperti profesi dokter yang digeluti orang tuanya, memang dapat memengaruhi pilihan karier. Namun, Shakira dengan tegas menyatakan bahwa hal tersebut bukanlah satu-satunya faktor penentu. Ia menekankan pentingnya usaha dan kerja keras sebagai jembatan menuju impian. "Usaha tidak akan mengkhianati hasil," tegasnya, sembari mengingatkan akan peran keyakinan dan doa kepada Allah SWT. Pesan ini memberikan harapan bahwa ada banyak jalan untuk menemukan passion, terlepas dari latar belakang keluarga. 

Mengembangkan Kelebihan dan Mengatasi Kekurangan: Topik selanjutnya yang menarik perhatian adalah pandangan Shakira tentang kelebihan dan kekurangan diri. Ia berpendapat bahwa menemukan kelebihan mungkin terasa sulit, namun mengasahnya jauh lebih mudah. Sebaliknya, kekurangan dapat diupayakan untuk diatasi. Shakira memberikan contoh pengalaman pribadinya saat merasa kurang dalam berbahasa Inggris, namun dengan latihan rutin setiap hari, hal itu bisa dikejar dan dikuasai. Ia mengajak audiens untuk tidak terpaku pada kekurangan, melainkan fokus menonjolkan kelebihan yang dimiliki.

Peluang Publikasi Jurnal dalam Pengabdian Masyarakat (Kesehatan): Pertanyaan menarik muncul dari audiens mengenai kemungkinan membuat jurnal saat melakukan pengabdian dalam bidang kesehatan. Shakira dengan lugas menjawab bahwa hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Ia menjelaskan bahwa publikasi jurnal dari pengalaman pengabdian dapat menjadi pembelajaran berharga bagi tenaga kesehatan lain, bahkan bisa menjadi inspirasi atau dimodifikasi untuk praktik yang lebih baik di masa depan. Ini menunjukkan bahwa kontribusi nyata di lapangan dapat diabadikan dan disebarluaskan untuk kemajuan bersama. 

Secara keseluruhan, pemaparan Shakira Amirah di Santri Summit 2025 tidak hanya membagikan kisah suksesnya, tetapi juga memberikan panduan praktis dan motivasi bagi para peserta untuk terus berjuang meraih impian, mengoptimalkan potensi, dan memberikan dampak positif bagi sesama. 

 

3.     Kesan atau Insight Pribadi 

Kesan pertama yang muncul dari materi yang disampaikan Shakira Amirah adalah bahwa ia bukan hanya seorang akademisi berprestasi, melainkan juga sosok yang sangat membumi dan inspiratif. Diskusi mengenai peran keluarga dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam memilih karier, sangat relevan dan membuka mata. Penekanan bahwa usaha dan keyakinan kepada Tuhan adalah kunci, bahkan tanpa latar belakang keluarga yang serupa, memberikan harapan dan motivasi besar. Insight penting lainnya adalah perspektif tentang kelebihan dan kekurangan. Fokus pada mengasah kelebihan daripada terpaku pada kekurangan yang bisa diusahakan adalah pola pikir yang sangat positif dan memberdayakan. Contoh kemampuan berbahasa Inggris yang bisa ditingkatkan dengan latihan rutin menunjukkan bahwa ketekunan dapat mengatasi segala keterbatasan. 

 

4.     Manfaat atau Dampak dari Materi yang Dibawakan 

Motivasi dan Inspirasi: Materi ini sangat memotivasi audiens, terutama para santri yang mungkin sedang bergumul dengan pilihan karier atau merasa kurang percaya diri. Pesan bahwa "usaha tidak akan mengkhianati hasil" dan "masih ada Allah" memberikan dorongan spiritual dan praktis. Pola Pikir Positif: Penekanan untuk menonjolkan kelebihan daripada terpaku pada kekurangan membantu membentuk pola pikir yang lebih positif dan proaktif dalam menghadapi tantangan. Aplikasi Praktis: Diskusi mengenai potensi pembuatan jurnal saat pengabdian di bidang kesehatan sangat relevan bagi audiens di bidang medis atau yang tertarik pada riset. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi dan pembelajaran bisa terjadi di mana saja, bahkan di tengah kegiatan pengabdian. Ini juga membuka pemahaman tentang bagaimana kontribusi kecil dapat bermanfaat besar bagi orang lain dan pengembangan ilmu pengetahuan.

 

5.     Opini Kritis 

Generalisasi Peran Keluarga: Meskipun ditekankan bahwa keluarga sangat berpengaruh, mungkin akan lebih menarik jika ada sedikit nuansa tentang bagaimana menghadapi situasi ketika dukungan keluarga tidak sejalan dengan passion pribadi, atau bagaimana menavigasi ekspektasi keluarga yang tinggi. Ini akan memberikan panduan yang lebih komprehensif bagi audiens dengan beragam latar belakang keluarga. 

Studi Kasus Jurnal Ilmiah: Untuk poin tentang pembuatan jurnal saat pengabdian, akan lebih kuat jika ada contoh konkret atau studi kasus singkat yang dibagikan. Misalnya, Shakira bisa menceritakan secara singkat salah satu pengalamannya membuat jurnal di tengah kegiatan pengabdian. Ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan inspirasi yang lebih nyata bagi audiens yang ingin mencoba. Pengembangan "Passion": Shakira menyampaikan bahwa ada banyak jalan dalam menemukan passion. Namun, bisa jadi akan lebih mendalam jika ada penjelasan singkat mengenai metode atau langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk menemukan passion tersebut.

 

Calysta Salsabila

Mengenal sosok Rinaldi Ibrahim 

Dalam Festival Santri Summit 2025 yang mengusung tema “Kontribusi Santri untuk Negeri”, ribuan peserta berkumpul di Auditorium Harun Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di antara deretan pemateri yang sangat menginspiratif dikalangan generasi muda , salah satu sosok yang mencuri perhatian adalah Kak Inal seorang apoteker muda yang aktif, profesional, dan penuh semangat pengabdian. Kak Inal tumbuh dengan prinsip kuat: “Ilmu harus dikembalikan kepada umat.” Bagi Kak Inal, ilmu bukan sekadar untuk diri sendiri, tapi harus berdampak, memberi arti, dan menyentuh kehidupan banyak orang. 

Awal Yakin Pilih Karier 

Ketika ditanya tentang apa yang membuatnya yakin memilih kariernya sekarang, Kak Inal menjawab: "Saya punya mimpi besar, saya ingin dikenal banyak orang, tapi bukan hanya sekadar dikenal—saya ingin dikenal karena kontribusi yang saya berikan."Mimpi besar itulah yang menjadi bahan bakar semangatnya. Ia mencoba banyak jalur, banyak bidang, berusaha menemukan mana yang paling sesuai dengan dirinya. Hingga akhirnya, jalur PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) menjadi titik terang dan awal mula perjalanan besar itu dimulai. Salah satu hal yang membuat Kak Inal merasa paling hidup adalah ketika orang lain datang dan merasa nyaman bercerita. Ada kebahagiaan tersendiri ketika ia bisa menjadi tempat berlabuh cerita bagi orang lain.“Saya bahagia ketika orang lain merasa didengar. Kadang bukan solusi yang mereka cari, tapi teman yang bisa mengerti. Dari situ saya belajar banyak bahwa menjadi bermanfaat itu bisa dimulai dari hal kecil,” katanya. Kini, Kak Inal dikenal sebagai apoteker muda yang bukan hanya sibuk di dunia profesional, tapi juga aktif memberi dampak lewat edukasi kesehatan, tulisan, dan konten-konten bermakna. Baginya, setiap konten yang ia buat adalah bentuk tanggung jawab. Dan ada satu pesan yang paling kuat dari dirinya untuk generasi muda yang masih ragu terhadap langkahnya, Kak Inal dengan tegas menyampaikan: “Jangan pernah ragu sama dirimu sendiri. Mungkin sekarang belum terasa, tapi suatu hari nanti kamu akan merasakan sendiri dampaknya.”

 

Aisyah Ainulyakin

Makna Kehidupan dan Pertolongan Ilahi dalam Perspektif Religius

Setiap manusia pasti pernah berada di titik paling rendah dalam hidupnya. Perasaan terjatuh, merasa tidak berharga, bahkan sampai merasa tidak memiliki siapa-siapa, adalah pengalaman yang nyata dan tidak sedikit orang mengalaminya. Dalam momen seperti itu, banyak orang merasa kehilangan arah, seolah tidak ada yang benar-benar memahami atau peduli. Kita bisa saja membagikan sesuatu di media sosial tulisan, lagu, atau ungkapan hati namun tetap merasa tidak dilihat dan tidak dimengerti. Rasa asing terhadap diri sendiri pun muncul, seolah eksistensi kita kehilangan makna. Namun di balik keterpurukan itu, ada satu hal yang seharusnya tidak kita lupakan: pertolongan Allah yang selalu hadir, meski sering kali tidak terlihat secara kasat mata. Ketika manusia larut dalam masalah dan terlalu fokus pada penderitaan, solusi seolah tertutup rapat. Padahal, dengan mengalihkan fokus dari masalah menuju detik demi detik kehidupan yang terus berjalan, kita bisa mulai menyadari bahwa semua cobaan itu pasti berlalu. Dan ketika waktu telah membawa kita melewati semua itu, kita akan sadar bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri. Allah selalu bersama kita—dalam bentuk yang paling halus sekalipun. Pertolongan Allah terkadang datang dengan cara yang sangat lembut, hingga kita tidakmenyadarinya. Kita mungkin  mengira bantuan datang dari teman, guru, atau orang-orang terdekat, padahal sejatinya itu adalah pertolongan Allah yang disampaikan melalui mereka. Allah bisa menyampaikan pertolongan-Nya lewat pintu mana saja, dan itulah bentuk kasih sayang-Nya yang tidak bisa disamakan dengan siapa pun. Karena itu, jangan pernah merasa menjadi penyelamat untuk diri sendiri—karena sejatinya semua itu datang dari-Nya. Yang perlu kita lakukan hanyalah meminta. Allah mencintai hamba-Nya yang memohon, bahkan dengan bahasa yang paling sederhana sekalipun. Tidak perlu kata-kata indah atau doa panjang yang rumit, cukup sampaikan keinginan dan keluh kesah kita dengan jujur dan penuh keyakinan. Allah Maha Mendengar, dan Dia tahu isi hati kita bahkan sebelum kita

mengucapkannya. Dalam kehidupan yang penuh ujian ini, mari belajar untuk tidak hanya mengeluh pada masalah, tapi juga belajar mencari makna dan solusi. Ketika kita merasa tidak mampu, ingatlah bahwa Allah-lah sebaik-baik tempat bergantung. Maka, teruslah berharap, teruslah meminta, dan teruslah percaya bahwa pertolongan Allah itu nyata, bahkan ketika kita tidak menyadarinya.

 

Nama: Alya Kafa Nahdlia

Angkatan: 2024

Prodi: Kesehatan Masyarakat

Risty Tagor memberi Penguatan Motivasi Gen Z melalui Pendekatan Kesehatan Jiwa dan Spiritualitas Islam dalam Santri Summit 2025

Tangerang Selatan, 29 Juni 2025 – Seminar Santri Summit 2025 digelar di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengahadirkan berbagai narasumber yang sukses dan menginspirasi, salah satunya adalah Ka Risty Tagor sebagai narasumber talkshow “Motivasi Hidup Generasi Muda Berbasis Kesehatan Mental dan Spiritualitas Islam”. Acara ini diikuti oleh 2 ribu peserta dari berbagai institusi, pesantren, dan kampus di wilayah Jabodetabek.

Tentang Pembicara

Ka Risty Tagor dikenal sebagai mantan artis sinetron yang kini aktif dalam kegiatan dakwah, parenting Islami, komunitas hijrah, serta advokasi Kesehatan mental Perempuan. Beliau juag membagikan dakwahnya lewat karya-karya mulai dari Tulisan, suara, serta perannya sebagai ibu. Melalui berbagai pengalamannya, Ka Risty membagikan bagaimana prespektif Islam dalam mengahadapi tekanan dan bangkit dari masa lalu.

Materi yang Disampaikan

Dalam sesi talkshownya, Ka Risty memberikan pengalamannya tentang pernah merasa lelah dengan kehidupan. Ka Risty menyampaikan bahwa beliau menghadapi banyak masalah dan mengalami sakit sehingga muncul prasangka buruk bahkan sempat berfikir untuk melukai diri sendiri. Sampai pada suatu titik, Ka Risty tersadar bahwa belum tentu kita akan hidup sampai titik ini. Jadi apa yang kita lakukan? Ikhtiar. Ikhitiar untuk sembuh dan bangkit. Ikhitar untuk lebih baik dari hari ini. Dan mulai memikirkan apa yang harus dilakukan sekarang. Ka Risty juga menyampaikan jangan pernah untuk memikirkan masalah, jangan pernah memikirkan kegelisahan. Tapi pikirkan apa yang akan kamu lakukan. Karena masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan. Hidup akan terus berjalan, jadi pikirkan apa yang akan kamu lakukan, bukan yang sudah terjadi. Menurut Ka Risty lingkungan membawa pengaruh bagi kehidupan, hidup kita dikelilingi banyak orang-keluarga, teman, sahabat, bahkan pasangan. Namun kadang justru orang yang paling dekatlah yang menyakiti kita sendiri. Ka Risty juga berkata sahabat itu ada masa kadaluwarsanya, jadi carilah sahabat Jannah, sahabat yang akan terus menemani dan mensupprot kita. Jadikan sahabat mereka-yang pernah menyakiti kita jadi sahabat hikmah untuk kita.m Terakhir kalimat penutup dari Ka Risty “Jadilah pribadi yang jujur dan berani, serta terus berkembang menjadi versi diri yang lebih baik dari kemarin. Karena saat kita bersyukur, hidup akan terasa lebih indah dan penuh makna.”

Kesan dan Manfaat

Seruu banget acaranya, disamping narasumbernya yang hebat dan menginspirasi, kita juga bertemu orang lain yang lebih hebat. Selain itu, juga menambah relasi pertemanan. Kemudian tema yang dibawakan dari masing-masing narasumber sangat relate dengan kehidupan yang dijalani. Setelah mendengarkan materi dari masing-masing narasumber, menjadi lebih semangat dalam bekarya, menyadari bahwa akan ada perubahan jika kita mencoba dan berani melakukan sesuatu, kita akan menjadi seperti mereka apabila kita berani dan menunjukkan kemampuan kita, dan mengapresiasi diri sendiri serta lebih bersyukur pada apa yang sudah diberikan dalam hidup.

 

 

ULASAN MATERI: MENJAGA NILAI ISLAMI DI ERA MODERN 

Oleh: Nasywa Durrun Ainaani Angkatan 2023 

Materi oleh: Rasul Amin 

 

Di era modern saat ini, banyak tantangan yang dihadapi dalam menjaga nilai-nilai Islami. Rasul Amin dalam pemaparan materinya memberikan berbagai tips dan prinsip agar umat Islam tetap istiqamah di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi. 

1.     Prinsip "Apa yang Kita Tanam, Itu yang Kita Tuai" 

Rasul Amin mengingatkan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan hari ini akan berdampak di masa depan, sebagaimana yang tercermin dalam Al-Qur'an surat Al-Zalzalah. Oleh karena itu, setiap langkah yang kita ambil sebaiknya didasari oleh nilai-nilai kebaikan dan kedekatan kepada Allah. Pilihan teman juga menjadi tolok ukur: apakah mereka membawa kita lebih dekat kepada Allah atau sebaliknya. Bahkan dalam aktivitas bermedia sosial, kita dianjurkan untuk selalu bertanya: "Apakah ini bermanfaat?" Etika dalam mengetik juga penting karena akan mencerminkan karakter dan akan dipertanggungjawabkan kelak. 

2.     Menyikapi Media Sosial dengan Bijak 

Media sosial kerap menjadi sumber perbandingan diri yang tidak sehat. Rasul Amin mengajak kita untuk mengganti persepsi dan perasaan saat melihat pencapaian orang lain. Sebaiknya, doakan kebaikan untuk mereka sambil tetap berusaha meraih impian kita sendiri. Setiap orang punya perjalanan dan jatahnya masing-masing. Dengan tidak iri dan selalu mengapresiasi orang lain, kita membuka pintu relasi dan keberkahan yang lebih luas. 

3.     Kebaikan Kecil Membuka Pintu Keberuntungan Besar 

Tidak ada alasan untuk berhenti berbuat baik. Bahkan, kesempatan besar seperti diundang ke luar negeri atau mendapatkan rezeki tak terduga bisa jadi buah dari kebaikan-kebaikan kecil yang kita lakukan. Rasul Amin menekankan bahwa kita bisa lelah ketika berbuat baik kepada makhluk, namun Allah tidak pernah lelah dalam mencatat dan membalas kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Thaha, siapa yang melakukan kebaikan akan hidup baik. 

4.     Menjaga Shalat dan Kebersihan Hati 

Shalat, khususnya shalat Subuh, adalah amalan yang sering diremehkan namun sangat penting. Rasul Amin menekankan agar kita memaksimalkan shalat dan memperbanyak doa untuk orang lain, karena doa tersebut akan kembali kepada diri kita sendiri. Selain itu, menjaga ucapan dalam berbicara dan selalu bersyukur atas apa yang dimiliki akan menjaga kebersihan hati.

Materi ini mengingatkan kita semua bahwa meskipun zaman terus berkembang, prinsip-prinsip Islami tetap relevan dan menjadi fondasi hidup yang kokoh. Dengan menjaga niat, memperbaiki amal, dan selalu bergantung kepada Allah, insya Allah kita akan senantiasa berada di jalan kebaikan. 

Aisyah Nurla

Rasul Amin: Menanamkan Nilai Islami, Menuai Kebaikan di Era Gen

Suasana auditorium UIN Syarif Hidayatullah Jakarta siang itu terasa hangat. Para santri dari berbagai latar belakang memenuhi kursi-kursi yang tersedia, antusias mengikuti talkshow Santri Summit yang salah satunya bertajuk ”Menjaga Nilai Islami di Era Gen Z”. Sesi ini menghadirkan tiga pembicara inspiratif: Ahmad Widani, Inara Rusli, dan Rasul Amin. Rasul Amin, sosok muda yang baru saja pulang dari Kanada, tampil dengan aura tenang namun penuh energi. Dalam sesi tersebut, ia membagikan pandangan mendalam tentang bagaimana generasi muda dapat menjaga nilai-nilai Islami di tengah arus modernitas dan era digital yang serba cepat. 

Menjaga Konsistensi di Tengah Perubahan 

Rasul memulai dengan sebuah prinsip sederhana namun kuat: ”Apa yang kita tanam hari  ini adalah yang akan kita tuai di masa depan.” Menurutnya, menjaga nilai keislaman bukan  tentang hal-hal besar semata, tetapi tentang konsistensi dalam kebaikan, sekecil apapun itu. ”Patokannya adalah shalat,” ungkapnya. ”Terutama Subuh. Kalau kita sudah bisa menjaga  subuh, insya Allah hari kita akan lebih teratur dan penuh keberkahan.”  Baginya, konsistensi lahir dari disiplin. Tidak harus dalam langkah besar, tetapi dalam  kebiasaan kecil yang dilakukan terus-menerus. Ia mencontohkan bagaimana saat berada di Kanada,  ia terus berusaha menjaga rutinitas ibadah meski dalam lingkungan yang sangat berbeda dengan  Indonesia.

Kebaikan yang Mengundang Kebaikan 

Rasul juga menekankan bahwa setiap kebaikan, sekecil apapun, tidak akan pernah sia sia. ”Apresiasi hal kecil sangat penting. Bahkan hanya dengan memberi like pada story teman atau  mendoakan orang lain diam-diam, kita sudah menanam kebaikan,” katanya. Ia bercerita tentang bagaimana kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan tanpa pamrih  kadang kembali dalam bentuk keberkahan yang tak terduga. ”Bisa jadi kita mendapatkan banyak  kebaikan tiba-tiba. Itu mungkin hasil dari kebaikan kecil yang pernah kita lakukan, bahkan yang  kita sendiri sudah lupa,” jelasnya. 

Tidak Ada Alasan untuk Berhenti Berbuat Baik 

Saat ditanya apakah ia pernah merasa lelah untuk terus menjadi orang baik, Rasul  menjawab dengan mantap, ”Tidak ada alasan untuk berhenti berbuat baik.” Ia juga mengutip pesan  dari Inara Rusli yang hadir sebagai pembicara, ”Kalau kita berhenti jadi orang baik, siapa yang 

akan menjadi contoh untuk anak-anak kita? Siapa yang akan mendoakan orang tua kita yang telah  tiada? Siapa yang akan mengangkat derajat keluarga kita?”Menurut Rasul, menjadi orang baik bukan soal siapa yang melihat atau membalas, tetapi  tentang membangun hubungan baik dengan Allag. ”Kalau Allah sudah senang dengan kita,  apapun yang kita minta akan dimudahkan,” katanya dengan penuh keyakinan. 

Bijak Bermedia Sosial di Era Gen Z 

Sebagai generasi muda yang akrab dengan dunia digital, Rasul memberikan pesan penting  tentang bermedia sosial. “Bijaklah dalam bermedia sosial. Kata-kata itu kuat. Apa yang kita tulis  bisa menjadi doa, atau sebaliknya, bisa menjadi bumerang,” pesannya. Ia mengingatkan peserta untuk tidak terjebak dalam membandingkan diri dengan orang  lain yang terlihat sempurna di media sosial. “Beda persepsi, beda feel, beda kenyataan. Setiap  orang sudah punya jatah masing-masing dari Allah. Fokus saja pada diri sendiri, perbanyak syukur  dan doa,” ujarnya  Kunci Sukses: Dekat dengan Al-Qur’an. Di akhir sesi, Rasul berbagi tips yang menjadi pegangan hidupnya untuk menjaga nilai  Islami. “Semakin dekat kita dengan Al-Qur’an, semakin dekat pula kita dengan kesuksesan.  Mulailah dengan membaca satu ayat sehari, kemudian tingkatkan. Kuncinya adalah konsistensi,”  jelasnya. Ia juga mengajak para peserta untuk membiasakan berdoa, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. “Doakan orang lain seperti kita mendoakan diri kita sendiri. Itulah bentuk kasih sayang sesama muslim,” katanya. Tak lupa, ia menegaskan pentingnya rasa syukur. Menurutnya, rasa syukur adalah kunci untuk tetap bahagia meski dalam kondisi apapun. “Bersyukur itu bukan hanya ucapan, tapi juga tindakan. Dengan bersyukur, hati kita jadi lebih lapang,” tambahnya. 

Penutup: Menjadi Generasi yang Menjadi Teladan

Talkshow siang menjelang sore itu diakhiri dengan tepuk tangan hangat dari para peserta.  Pesan-pesan yang disampaikan Rasul Amin terasa sederhana namun dalam, membekas di hati setiap pendengar. Ia membuktikan bahwa menjadi Gen Z yang islami bukan berarti ketinggalan zaman, justru menjadi pondasi untuk menghadapi tantangan zaman. Dengan ketekunan, disiplin, dan doa, Rasul Amin menjadi contoh nyata bahwa menjaga nilai-nilai Islami bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga membawa keberkahan yang tak terduga. Minggu depan, ia dijadwalkan untuk tampil di TV One, sebuah langkah baru dalam perjalanan dakwahnya untuk menginspirasi lebih banyak orang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyusuri Jejak Kesehatan: Dari Tradisi ke Teknologi Modern

Medical Training CSSMoRA UIN JAKARTA 2025

Halal Bihalal CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1446 H: Bersama Meraih Berkah, Bersama Membangun Ukhuwah