TANTANGAN DAN STRATEGI SOLUTIF LONJAKAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI INDONESIA
TANTANGAN DAN STRATEGI SOLUTIF LONJAKAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI INDONESIA
Oleh: Difara Aurelia Risnanthea
(Sumber Gambar : https://unair.ac.id/)
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular semakin menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI dan berbagai studi ilmiah, pola hidup tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta pola makan yang buruk menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi PTM. Artikel ini mengulas tren kenaikan PTM, faktor penyebabnya, dampaknya bagi masyarakat, serta strategi efektif untuk menanggulanginya.
Laporan Jurnal Kedokteran Indonesia mencatat bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2023 menunjukkan bahwa 34,1% penduduk Indonesia mengalami hipertensi, sementara diabetes telah mencapai 11% pada populasi dewasa (Kemenkes RI, 2023).
Peningkatan penyakit tidak menular memiliki dampak yang luas bagi masyarakat. Dari sisi ekonomi, pengobatan PTM membutuhkan biaya tinggi, baik untuk pemeriksaan rutin, obat-obatan, maupun perawatan medis jangka panjang, yang memberikan beban besar bagi individu dan sistem kesehatan negara. Selain itu, penderita PTM sering mengalami penurunan produktivitas akibat keterbatasan fisik atau komplikasi yang muncul, sehingga berdampak pada ekonomi nasional secara keseluruhan. Tekanan pada sistem kesehatan juga semakin meningkat akibat lonjakan pasien PTM, menyebabkan kepadatan fasilitas kesehatan, antrean panjang, serta memperbesar beban kerja tenaga medis.
Beberapa faktor risiko utama menyebabkan meningkatnya kasus PTM yaitu perubahan gaya hidup menjadi lebih sedenter akibat perkembangan teknologi membuat banyak orang lebih banyak duduk dan kurang bergerak, sehingga meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik (WHO, 2024). Selain itu, pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, gula, dan garam, menjadi faktor utama penyebab diabetes dan hipertensi. Studi dalam Jurnal Gizi Indonesia menemukan bahwa pola makan tinggi lemak jenuh dan rendah serat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 40% (Jurnal Gizi Indonesia, 2024). Kurangnya edukasi kesehatan juga menjadi faktor yang berkontribusi dalam peningkatan PTM, di mana minimnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin dan gaya hidup sehat membuat banyak individu terlambat menyadari kondisi kesehatannya.
Strategi pencegahan PTM harus dilakukan secara menyeluruh. Kampanye gaya hidup sehat melalui media sosial, sekolah, dan komunitas dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat dan olahraga teratur. Pemerintah juga perlu menerapkan regulasi dan kebijakan publik, seperti pajak pada produk tinggi gula serta memberikan subsidi untuk bahan makanan sehat guna mendorong kebiasaan makan yang lebih baik. Selain itu, peningkatan fasilitas preventif di pusat kesehatan harus lebih menitikberatkan pada upaya pencegahan seperti penyuluhan gizi dan olahraga komunitas, bukan hanya pengobatan. Program kesehatan di tempat kerja juga dapat membantu menekan faktor risiko PTM dengan menyediakan makanan sehat di kantin, mengadakan kegiatan olahraga bersama, serta pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan. Teknologi juga berperan penting dalam pemantauan kesehatan, di mana aplikasi kesehatan dan perangkat wearable seperti smartwatch dapat membantu masyarakat memantau tekanan darah, kadar gula, dan jumlah aktivitas harian, sehingga meningkatkan kesadaran untuk hidup lebih sehat.
Strategi pencegahan PTM harus dilakukan secara menyeluruh. Kampanye gaya hidup sehat melalui media sosial, sekolah, dan komunitas dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat dan olahraga teratur. Pemerintah juga perlu menerapkan regulasi dan kebijakan publik, seperti pajak pada produk tinggi gula serta memberikan subsidi untuk bahan makanan sehat guna mendorong kebiasaan makan yang lebih baik. Selain itu, peningkatan fasilitas preventif di pusat kesehatan harus lebih menitikberatkan pada upaya pencegahan seperti penyuluhan gizi dan olahraga komunitas, bukan hanya pengobatan. Program kesehatan di tempat kerja juga dapat membantu menekan faktor risiko PTM dengan menyediakan makanan sehat di kantin, mengadakan kegiatan olahraga bersama, serta pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan. Teknologi juga berperan penting dalam pemantauan kesehatan, di mana aplikasi kesehatan dan perangkat wearable seperti smartwatch dapat membantu masyarakat memantau tekanan darah, kadar gula, dan jumlah aktivitas harian, sehingga meningkatkan kesadaran untuk hidup lebih sehat.
Komentar
Posting Komentar