OPTIMALKAN BONUS DEMOGRAFI MELALUI PERBAIKAN GIZI ANAK INDONESIA
OPTIMALKAN BONUS DEMOGRAFI MELALUI PERBAIKAN GIZI ANAK INDONESIA
Oleh Naela Hidayati Asfiya
(Sumber Gambar : https://www.jawapos.com/)Indonesia sebagai negara berkembang harus segera bersiap menghadapi bonus demografi dengan menyiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul. Bonus demografi ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik agar Indonesia bisa menjadi negara maju. Berkaca dari negara lain dengan status maju, pemerintahnya banyak menginvestasikan modal di sektor kesehatan karena menyadari pentingnya sektor ini sebagai dasar dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul. Tidak hanya dari segi pendidikan, tetapi juga kesehatan. Pembangunan suatu negara harus didasari dengan sistem kesehatan yang baik dan berkeadilan di setiap komponennya agar pembangunan pendidikan bisa diselaraskan dengan derajat kesehatan masyarakat yang baik.
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) merupakan salah satu fokus utama pembangunan kesehatan karena proses perkembangan dan pertumbuhan manusia ditentukan oleh seribu hari pertama kehidupan dimulai dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Jika kesehatan ibu terutama ibu hamil terjaga dengan baik, maka akan lebih mudah untuk mengontrol status kesehatan anak-anak dan bayi dalam kandungannya. Oleh karena itu, pemberian asupan gizi yang cukup pada masa seribu hari pertama kehidupan tersebut menjadi penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Asupan Gizi sendiri dapat mempengaruhi pertumbuhan, ukuran, jumlah, dan fungsi mulai dari tingkat sel hingga sistem organ yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, mental, dan sosial manusia.
Konsekuensi kesehatan yang ditimbulkan dapat bervariasi sesuai dengan jenis ketidakseimbangan zat maupun nutrisi dalam tubuh sehingga setiap kasus memiliki cara penanganan yang berbeda-beda. Asupan gizi yang diterima setiap anak akan menentukan status gizi anak tersebut. Status gizi anak tidak hanya dipengaruhi oleh asupan yang diterimanya setelah lahir, tetapi juga nutrisi yang didapatnya saat dalam kandungan dan status gizi sang ibu. Ibu hamil dengan status gizi buruk dan anemia dapat membawa dampak buruk bagi kondisi sang ibu itu sendiri dan bayi dalam kandungannya, seperti pendarahan, infeksi, bayi lahir secara prematur, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan neonatal.
Selain itu, status gizi juga dapat mempengaruhi daya tahan tubuh anak dalam melawan penyakit, resiko obesitas, stunting, serta penyakit degeneratif lainnya. Kerugian yang didapat dari status gizi yang buruk ini tidak dapat digantikan di kemudian hari dan memiliki efek buruk jangka panjang bagi generasi selanjutnya. Status gizi buruk dapat disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung. Kekurangan asupan nutrisi merupakan penyebab langsung terjadinya gizi buruk, sedangkan faktor-faktor tidak langsung yang menyebabkan gizi buruk meliputi pola asuh, sanitasi, air bersih, dan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat dapat melakukan upaya promotif dan preventif untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan dari status gizi buruk ini.
Upaya preventif dan promotif merupakan upaya yang lebih baik dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif hal ini dikarenakan sulit mengubah status gizi dari anak yang sudah terlanjur berstatus gizi buruk. Sedangkan usaha promotif yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan jika dilihat dari faktor tidak langsung dengan cara mempromosikan pelayanan gizi baik di puskesmas maupun posyandu yang disertai dengan perluasan layanan di daerah dengan pelayanan yang kurang, mempromosikan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sebagai langkah awal pencegahan penyakit, serta melakukan edukasi terkait gizi seimbang mulai dari masa pra kehamilan, kehamilan hingga menyusui. Edukasi terkait makanan pendamping ASI (Air Susu Ibu) dan pola asuh yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak juga tidak boleh diabaikan.
Salah satu dampak dari gizi buruk yang menjadi masalah berkepanjangan di negeri ini adalah stunting. Saat ini, pemerintah terus menggalakkan program untuk mencegah bertambahnya kasus stunting di Indonesia. Dalam penanganan kasus stunting terdapat beberapa kelompok yang perlu dievaluasi dan mendapatkan perhatian khusus. Kelompok tersebut antara lain adalah kelompok usia masa kehamilan (sebelum kelahiran) dan kelompok usia batita (bayi tiga tahun). Kelompok tersebut merupakan tahapan penting bagi optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Upaya promotif dan preventif yang bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara mempromosikan menu makanan pendamping ASI (Air Susu Ibu) yang mudah didapat dan terjangkau dengan memanfaatkan pangan lokal demi memenuhi kebutuhan gizi anak atau membuat program untuk membantu para ibu membuat MPASI bersama, mengkonsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, skrining anemia, dan pemantauan perkembangan balita.Pada akhirnya, segala upaya promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif terkait kesehatan gizi yang dilakukan tenaga kesehatan dan pemerintah diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang kesehatan, hal tersebut dapat menjadi dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan guna mengoptimalkan bonus demografi demi terciptanya Indonesia yang sehat dan maju.
Komentar
Posting Komentar