Hadapi, Jalani dan Syukuri

Hadapi, Jalani dan Syukuri

Oleh: Agil Sofia Isnaeni


Orang Berjalan (Sumber:Tookapic)

Bermula dari anak yang hanya mengikuti kehendak orang tuanya, si anak tersebut pun tanpa berfikir panjang mengikuti semua arahan dan menjalankan perintah dari kedua orang tuanya. Dia memulai hidupnya di dunia antah brantah yang sama sekali tidak ia kenali, dia ingin menangis saat pertama kali di tinggalkan orang tuanya di dunia yang tidak ia kenali itu. Tapi ia berkeyakinan dan membuat kata2 yg dia yakini "Carilah jalan hidup yang penuh rintangan, karna pelaut hebat tidak terlahirkan dari laut yang tenang". Dan berpegangan dari kata tersebut ia mulai menjalani kehidupannya di dunia antah brantah itu. Dia memulai dengan " bismillah" ia memulai kehidupannya... dari mulai yang awalnya dia menangis dan terus menangis demi sedikit kehidupannya dimulai, ia mulai terbiasa dengan kehidupannya yang penuh rintangan tersebut. 

Setiap jalan yang ia lewati, ia sering mengeluh dan ingin pasrah saja, karena dia ternyata masih trauma akan masa kelamnya dulu, ia adalah orang yang berparas hitam, dekil dan pendek ditambah ia yang tidak mempunyai teman, hanya 1 sampai 2 orang saja teman yang ia miliki, dari kejadian-kejadian tersebut ia sering teringat akan trauma masa kelamnya tersebut. Tapi sedikit demi sedikit ia mulai membangun kepercayaan dirinya untuk tidak insecure lagi, dan berani menyapa semua orang walaupun tidak semua orang membalas sapaannya, tetapi ia meyakini bahwa ia sudah berusaha melakukan hal itu, dia berfikir masa bodo akan balasan apa yang akan diterimanya. 

Dari percaya diri yang sudah dibangunnya Ia memulai mengikuti beberapa organisasi yang ia sukai dan berfikir bisa mengembangkan bakatnya, tetapi rintangan banyak terjadi dan fikiran tidak percaya diri kembali menghantuinya, dengan ditambah tidak semua orang menerimanya. lalu ia memulai mencari teman yang bisa menerima dia apa adanya dan bisa selalu menemani dia disaat senang walaupun sedih. Tetapi ternyata teman yang ia yakini bisa selalu menemaninya ternyata hanya "people came and go". 

Dari situ ia mulai berfikir keras bagaimana caranya ia bisa selalu bahagia dan tidak tertekan dengan kegiatannya yang sudah terlanjur ia terjuni, dengan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa dia setiap malam menangis dan mengeluhkan kegelisahannya karena ia bisa tenang kembali setelah mengeluhkannya. Kini, dari kejadian-kejadian yang sudah ia jalani dan hadapi dia mulai terbentuk menjadi kepribadian yang mandiri dan tidak bebergantung kepada orang lagi. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16