skrip(shit)
Ciputat, 12 Maret 2021
Banyak kata-kata di twitter yang bisa menggambarkan keadaan ku sekarang. “ saat seseorang dalam keadaan sedih, dia merasa orang paling sedih di dunia”. Aku merasa seluruh dunia tertawa di atas kesedihan ku, seolah semua orang menertawakan kesedihan yang sedang aku alami, membenci tawa mereka seolah kesedihan ku bukan apa apa, dan merasa tidak adil, kenapa hanya aku yang mengalami nya. Tidak ada yang bisa aku lakukan saat ini selain mendengarkan lagu mellow dengan volume penuh, mendengar setiap bait lagu dengan penuh penghayatan seolah lagu tersebut menggambarkan keadaan hati ku saat ini, dan ketika lagu nya habis, rasa sedih ku juga ikut berkurang. Bodohnya, aku memilih untuk mendengarkan lagu mellow selanjutnya yang sudah ku rangkum dalam satu playlist, dan melanjutkan kesedihan ku sampai terlelap.
Terlintas di pikiranku, kenapa aku berlarut larut dalam kesedihan seperti ini? Kenapa aku memaksa diriku untuk bersedih sedangkan hati ku sudah kuat?
Aku mulai tersadar dari keadaan ‘orang paling sedih di dunia’ dan mulai merasa lapar. Sebagai makhluk hidup yang berusaha mempertahankan kehidupan, aku mencari makanan di dapur dan nihil, apa yang diharapkan dari dapur anak kos pemalas sepertiku. Tapi karena lapar yang tidak bisa ditunda, aku menghilangkan rasa malas dan mulai memasak nasi, mengambil air untuk merebus mi instan, dan memanaskan wajan untuk memasak ikan kaleng yang tersusun sangat banyak dengan berbagai varian rasa, kali ini aku memilih yang original.
Saat menunggu air rebusan mendidih, aku larut dalam pikiran, kenapa aku bisa se lapar ini? Ah, ternyata aku tidak makan dari kemarin, seketika aku takjub dengan rasa sedih, ternyata kesedihan dapat menunda rasa lapar, which is bisa berguna untuk mengatur berat badan dan disaat akhir bulan, aku bisa menghemat hanya dengan berlarut dalam kesedihan.
Setelah makan, aku juga mulai merasa gatal di sekitar leher, ini bukan alergi mie instan pastinya karena aku sudah mengonsumsi makanan tersebut rutin setiap hari selama 4 tahun, gatal karena tidak mandi selama 2 hari, seprei yang belum diganti selama seminggu serta cuaca panas. Ah, aku sudah merasa lengket di seluruh badan, rasanya daki sudah menumpuk sangat tebal. Mengambil handuk dan peralatan mandi yang masih penuh, aku berbelanja seminggu yang lalu setelah mendapat transferan, bersyukur karena aku tidak menunda membeli peralatan mandi, karena sekarang aku berharap mandi dalam arti mandi yang sebenarnya yaitu membersihkan diri menggunakan sabun dan shampoo. Rambut panjang ku membutuhkan waktu yang lama untuk keramas, aku kembali terlarut dalam pikiran. Aku bukan lah orang yang dapat menahan perasaan. Aku selalu mengekspresikan semua perasaan yang aku rasakan, di saat sedih aku menangis, saat bahagia aku tertawa, saat kesal dan marah aku akan berteriak dan meluapkan amarahku dan saat aku menyukai seseorang aku akan mengatakan kepadanya bahwa aku menyukai nya. Tapi mengingat keadaan ku saat menjadi ‘orang paling sedih di dunia’, kurasa itu terlalu berlebihan. Aku menghabiskan 30 jam ku hanya untuk bersedih, sangat tidak berguna. Aku mengingat tulisan orang di twitter ‘orang yang paling kuat adalah dia yang masih tersenyum saat sedih atau dikecewakan’, agaknya aku sedikit tidak setuju dengan tulisan itu, menurutku orang yang paling kuat adalah orang yang jujur kepada dirinya sendiri dan berani mengekspresikan perasaan sesuai apa yang dirasakan tanpa takut anggapan orang lain kepadanya. Hatiku, milikku, oleh sebab itu orang lain tidak bisa mengaturku untuk menjadi kuat disaat aku benar benar tidak mampu untuk berdiri dan memahami apa yang terjadi.
Setelah mandi aku memilih pakaian yang bagus untuk memulai hari yang sudah siang ini, melihat cermin untuk memulai perawatan wajah. Wah, lihatlah siapa di cermin itu? wajah kusam dengan mata bengkak bukti aku menangis terlalu lama, hidung berkomedo dengan jerawat yang mulai tumbuh di area dahi akibat tidak membersihkan wajah. Sekarang aku mulai membenci keadaanku menjadi ‘orang paling sedih di dunia’, perawatan yang aku gunakan rutin setiap harinya seolah tidak berguna melihat keadaan wajahku yang jauh dari kata glowing. Ah, karena rasa sedih aku lupa membersihkan make up tipis yang masih menempel di wajah sehingga muncul beruntusan yang sangat sulit menghilang. Aku mulai menyesalinya, seharusnya aku membersihkan wajah terlebih dahulu sebelum berlarut dalam kesedihan. Tapi apakah terpikirkan untuk membersihkan wajah dengan perasaan campur aduk? Aku rasa tidak, namun kedepannya aku harus lebih bijak dalam mengekspresikan nya, tidak terlalu berlebihan namun tidak menahan nya sehingga membuat dada terasa sesak dan sulit bernapas.
Wajah pemberian tuhan ini sudah terlihat sedikit lebih baik dan segar. Make up tipis dan lip tint ternyata sangat membantu penampilan untuk kembali terlihat ‘baik-baik saja’. Kerudung segi empat simpel dengan warna cerah membuat ku terlihat lebih muda dan bersemangat. Gamis dengan warna pastel menjadi pilihan ku hari ini, berharap hari ini tidak sesuram hari kemarin dan hari hari sebelumnya. Tote bag hitam bergambar emoticon smile ku isi dengan masker kain dan handsanitizer sebagai perisai disaat pandemi penyakit menular yang menyerang dunia saat ini, hp yang di sambungkan powerbank karena aku terlalu sibuk meratapi kesedihan sampai lupa mengisi daya, aku semakin membenci keadaanku menjadi ‘orang paling sedih di dunia’. Mengambil 3 buah pulpen sebagai alat perang dan mendekati tong sampah untuk memungut kembali apa yang ku buang kemarin. Setumpuk kertas yang penuh dengan coretan tinta merah di mana mana.
Menghembuskan nafas sejenak dan mengambil nafas dalam untuk menguatkan hati dan pikiran, aku mengumpulkan kembali kertas tersebut menjadi tumpukan yang rapi sesuai dengan halaman, ada sedikit noda kecap di lembar paling terakhir namun aku tetap memasukkan tumpukan kertas tersebut ke dalam totebag, lembaran ini sangat berharga. Sekarang aku benar benar menyesali apa yang aku lakukan kemarin, membuang lembaran proposal penelitian ke dalam tong sampah setelah di revisi oleh dosen pembimbing, revisian yang seolah meminta ku untuk membuat ulang proposal itu dari awal karena lembaran itu benar benar penuh dengan coretan.
Memakai masker sebelum keluar rumah, dan menyempurnakan penampilan dengan sepatu putih agar memudahkan ku untuk berjalan dari satu tempat ke tempat lain nya. Aku menyampirkan totebag ke bahu kanan, menenteng tas lainnya berisi laptop dengan tangan kiri kemudian mengunci pintu kamar dan menyembunyikan kunci nya di dalam salah satu sepatu yang tersusun pada rak sepatu di depan kamar.
Bismillahirrahmanirrahim
Semangat revisian, Toga menantiku.
HWR
Komentar
Posting Komentar