Tidak apa-apa
Tidak apa-apa
Maret 01, 2021
Oleh: Pagi
Dewasa menjadi keharusan setelah usia yang di standarisasi manusia kian bertambah. Semakin sering merajuk dan menangis seperti anak kecil. Semakin sering tersenyum dan mengucap tak apa kian ringan.
Kemarin sudah gagal. Tak hanya sekali. Ratusan kali. Rupanya hari ini lebih parah lagi.
Dahulu, terus mendaki semakin tinggi setiap harinya menjadi sebuah mimpi. Sekarang, yang terpenting tidak lebih buruk dari hari kemarin. Cukup seperti itu saja. Mimpi memang masih banyak. Tetapi harapan yang dilambungkan tak benar-benar berharap untuk menjadi kenyataan yang sempurna.
Dewasa seolah menjadi seperti itu-itu saja.
Tidur sebagai obat amnesia dengan problematika yang ada; bangun dan kembali kepada aktivitas yang itu-itu lagi. Rasa malas bukan menjadi hal yang hadir dengan jarang lagi. Sepanjang hari menjadi waktu untuk mengeluh dan berharap hari segera petang. Kembali dari hingar bingar orang-orang sekitar; melelap dan melupa pada apa pun yang sudah terjadi hari ini.
Apakah rasa lelah ini adalah efek yang hadir setelah masa yang terlalu bersemangat saat kecil? Mari tertawa, anggap ini lelucon untuk meredakan pikiran yang penuh sejenak.
Sehancur apa pun hari-hari setelah menjadi dewasa, bukankah akhirnya kita juga akan tetap mengatakan tidak apa-apa? Kita tahu bagaimana kondisi diri yang sudah rapuh. Tapi toh kita akan tetap saja melanjutkan hidup ini.
Jadi? Tidak apa-apa
Hidup yang paling hancur pun memiliki satu bagian paling berarti. Jika sampai hari ini belum ada satu hal pun yang berarti, kita hanya belum menemukannya.
Komentar
Posting Komentar