Cerita Ramadhan yang Belum Usai
Cerita Ramadhan yang Belum Usai
1/
Ketikan
tanganku belum usai
Saat
pandemik mulai merangkul negeri ini
Aku
pun harus berbenah diri
Berdiam
di bawah atap tanpa mengikuti keinginan hati untuk pergi
Ada
yang berbeda pada Ramadhan kali ini
Tidak
lagi kujumpai langkah-langkah teman sekelas
Atau
fenomana punggung melengkung dan wajah tertidur
Yang
ada hanya sekotak layar dengan wajah online
Dan
sepenggal rekaman perkuliahan yang selesai terekam
2/
Mataku
menatap gerimis dari balik kaca bus mini
Kuduga
langit juga sedang muram melihat bumi hari ini
Meski
kudapati jalanan masih ramai
Aku
tahu bahwa yang cemas hari ini bukan hanya hatiku
Kutatap
kembali gerimis yang sudah usai dari balik kaca bus
Rupanya
kakiku sudah sampai di pelataran kampung yang melahirkanku
Meski
sepotong pelangi sedikit mengukir di bibirku
Aku
tahu ada potongan-potongan kecil kekhawatiran yang berdesir memenuhi hatiku
Potongan
kecil itu berbicara tentang Ramadhan tahun ini yang berbeda
Bapak
tidak bisa pulang meski hanya sekadar menuai jumpa
Walaupun
Bapak bisa saja menaiki transportasi gelap yang mampu mengantarkannya pulang
Tapi
Bapak tahu, pulang adalah pilihan yang lebih menakutkan
Karena
baik Bapak ataupun kami, tidak ada yang menyadari siapa yang mampu meningkatkan
kasus konfirmasi di negeri ini
3/
Negeri
Cepatlah
pulih dan kembali
Aku
hanya ingin,
menangkap
binar mata milik teman sekelas
juga
memeluk erat Bapak tanpa rasa cemas
-Pagi
Komentar
Posting Komentar