PULANG
PULANG*
1/
Detik
demi detik mengiringi aku pulang
satu
bulan terpasang di atas
satu
resah terlahir di dalam.
Jalan
sepi,
tapi
pacu tak bisa ku kebut lagi
pohon-pohon
merapihkan tempat tidur
kunang
berseliweran dan hatiku yang nyala-redup
menguntai
jarak yang begitu panjang.
Jalanan
berbatu itu menggoyang
kemudi
dan isi kepalaku bersamaan
album
luka lama terlempar keluar
kenangan
jatuh dari lacinya dan angan-angan
pecah
berserakan di kepala.
Sepanjang
itu, mata memaksa
fokus
pada cahaya di depan
tapi kepala
sibuk menyusun nostalgia di dalam.
Angin memaksa masuk disela-sela ingatan
memeluk
tubuhku yang dingin
menjaga
hatiku tuk selalu ingin.
Pak
polisi bilang
“jangan
berkendara dengan luka—
di badan
dan di kepala”
tapi
aku
harus pulang Pak.
2/
Jumat,
12 Maret
dini
hari
wartawan
berkerumun disana
di
jalanan yang harusnya sepi itu
ia
tergeletak
matanya
sayup tanpa nyawa
tubuhnya
dingin tanpa ingin.
Di
jalanan yang harusnya sepi itu
ia mati
satu
bulan terpadang di muka
satu
resah hilang selamanya.
3/
“suamimu
sampai mana nak?”
tanya
ibu padaku
“ilham
sudah sampai bu”
duka tak
menjelma air mata
juga
ratap yang panjang membirukan udara
“selamat
berpulang, sayang”
Bojonegoro,
15 Maret 2021
*Jujur sudah sangat lama sekali saya tidak menulis
puisi. Kata-kata begitu sukar untuk disusun apalagi diwujudkan. Terima kasih
kepada Denta yang sudah memberi kepercayaan kepada saya. Puisi ini mungkin
hanyalah fiktif belaka, terbentuk dengan latar belakang rutinitas mingguan saya
untuk pulang ke rumah. Terlepas dari semua itu, saya harap kamu dapat
menikmatinya, Tabik!
Jabat
Hangat,
Syee Nee
Komentar
Posting Komentar