EKSISTENSI HEPATITIS A DI INDONESIA
EKSISTENSI HEPATITIS A DI INDONESIA
Oleh:
Nohan A.
Menjaga kebersihan merupakan kunci sukses untuk hidup
sehat dan terbebas dari gangguan penyakit, terutama penyakit menular. Perilaku
mencuci tangan yang baik dan benar, mandi minimal dua kali sehari, membuang
sampah pada tempatnya, dan mencuci pakaian dengan bersih merupakan suatu hal
sederhana untuk menjaga diri dari terpaparnya virus dan bakteri yang ada di
lingkungan sekitar. Namun sangat sayangkan, sebagian masyarakat justru
mengabaikan dan meremehkan menjaga kebersihan yang sederhana seperti itu.
Akibat dari sikap ketidakpedulian menjaga kebersihan
tersebut memiliki dampak buruk yang tidak seharusnya muncul di tengah kehidupan
masyarakat. Salah satu dampaknya yaitu munculnya penyakit hepatitis A.
Permasalahan ini dapat berakibat buruk dan menjadi wabah apabila tidak segera
ditangani oleh masyaarakat dan tenaga kesehatan. Menurut
Infodatin Kemenkes, 2014 menyatakan bahwa hepatitis adalah peradangan pada
sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,
obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak yang berlebih, dan penyakit autoimun.
Penyakit peradangan hati atau lebih sering dikenali
dengan hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Pada hepatitis A
merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A (HVA). Ada
lima jenis penyakit hepatitis, yaitu A,B,C,D, dan E. Dua dari virus ini
yaitu hepatitis A virus (HAV) dan virus hepatitis E (HEV) dapat ditularkan
melalui kotoran, paparan oral dari yang terinfeksi ke individu yang rentan,dan
makanan ataupun minuman.
Pada bagian ini, salah satu hepatitis yang terjadi di
Indonesia dan menjadi wabah yaitu hepatitis A. Penyakit ini memiliki periode
adaptasi dari 4 sampai 10 minggu yang diperlukan untuk mendeteksi jumlah dari
HAV antigen dalam sel yang terinfeksi. Diagnosis spesifik dari infeksi HAV
melalui antibodi serum imunoglobulin M (IgM). Cara utama transmisi HAV yaitu
melalui kotoran, transfer tangan orang ke orang, konsumsi makanan atau air
yang terkontaminasi, makanan yang belum dimasak, seperti salad, buah, selada,
roti lapis, kue mengkilap atau es, dan beberapa produk susu.
Penyakit hepatitis A dapat menular di semua usia. Pada
umumnya sering terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa. Ciri dari hepatitis
adalah penderita mengalami demam ringan, nafsu makan menurun atau hilang,
pembesaran hati ringan, mual-mual, merasa nyeri dan sedirkit sakit pada hati,
urin berwarna gelap dan mengandung birirubin, dan sklera mata menguning.
Penyakit ini sering terjadi di negara berkembang namun
tidak menutup kemungkinan akan terjadi di negara maju. Kondisi wilayah di
negara berkembang dengan potensi makanan yang terkontaminasi atau infrastruktur
sanitasi air yang buruk merupakan komponen penting yang berperan dalam pesatnya
perkembangan penyakit hepatitis A. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa
pengaruh dari iklim dan perilaku manusia sangat penting.
Pada tahun 2019 Indonesia sudah dua kali terkena wabah
hepatitis A yaitu wilayah Pacitan dan Depok. Kejadian ini terjadi bertepatan
dengan musim kemarau di wilayah Pacitan dan di penghujung musim kemarau pada
wilayah Depok. Pada kondisi musim kemarau, memungkinkan terjadi kekeringan dan
kekurangan air pada wilayah tersebut. Hal ini menyebabkan ketersediaan air
berkurang dan terjadi pola kehidupan berhemat air yang mempengaruhi perilaku
masyarakat mengenai pola mencuci tangan, mencuci baju, menjaga kebersihan diri
dan lingkungan menjadi tidak telaten.
Pada kasus wabah hepatitis A yang terjadi di Depok dan
Jember mempunyai persamaan, yaitu pedagang makanan tidak mencuci tangan dengan
bersih setelah melakukan aktivitasnya sehingga makanan yang dipegang terpapar
virus tersebut. Keadaan seperti ini merupakan tanggung jawab bersama baik dari individu,
masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah. Bagaimana cara menigkatkan
kesadaran diri terhadap dampak kesehatan di masa yang akan datang. Baik dari
sikap, perilaku, dan pola pikir masyarakat umum harus segera diubah menuju ke
arah yang saling peduli terhadap sesama.
Berbagai kegiatan dapat dilakukan dan dicanangkan
untuk mencegah penyakit hepatitis A. Upaya yang dapat dilakukan seperti
pemberian imunisasi, memberikan pengetahuan kepada masyarakat, melakukan pola
hidup bersih dan sehat (PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan untuk mencegah
kontaminasi kotoran pada makanan dan minuman, pemberian vaksin,dan yang paling
penting adalah menjaga imunitas diri.
Pentingnya menjaga kebersihan sudah diatur di dalam
Alqur’an surah Al-Baqoroh ayat 222:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menyukai
orang-orang yang mensucikan diri. Mensucikan diri mempunyai makna menjaga kerbersihan
diri sendiri dari kotoran dan sesuatu yang najis. Dalam hadis riwayat Muslim
dan Tirmidzi yaitu:
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ
“Bersuci itu separoh keimanan” (HR. Muslim)
اَلنَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ
“Kebersihan itu sebagian dari iman” (HR. Tirmidzi)
Ayat dan hadis di atas sudah mampu menjadi bukti
kejelasan bahwa di dalam agama Islam sudah mengatur bahwa kebersihan merupakan
hal yang paling penting dan di utamakan bagi umat manusia.
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penyebab, cara
penularan, dan pencegahan hepatitis A dapat disimpulkan bahwa penyakit ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sangat mudah menular dan berhasil
menjadi wabah di bagian wilayah tertentu di Indonesia.
Berbagai upaya pencegahan dan penaggulangan mengenai
penyakit hepatitis akan berhasil jika didukung dari semua pihak dan seluruh
sektor. Point penting yang menjadi acuan dalam permasalahan ini adalah
ketelatenan dan kesadaran setiap individu untuk menjaga kerbersihan. Penyakit
tidak akan terputus rantai penularannya jika manusia tidak berperan karena
perubahan akan dimulai dari dirinya sendiri.
Syukron
BalasHapus