INDONESIA VS COVID 19

 

INDONESIA VS COVID 19

Penulis: G

Tepat sekitar bulan Februari, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pemberitaan adanya dugaan warga negara Indonesia yang tersuspect corona disease 19 (COVID-19). Pemberitaan virus corona sendiri telah mencuat pada akhir tahun 2019 yang saat itu telah terjadi wabah di daerah Wuhan, China. Virus corona merupakan penyakit yang diduga akibat virus SARS-2 akibat mutasi dari virus corona, dan penyakitnya disebut sebagai COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). Virus ini menyerang bagian pernapasan dan memiliki manifestasi klinis seperti infeksi saluran penapasan (batuk, pilek dan sesak). Namun kini, banyak manifestasi klinis tidak spesifik yang terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Pada mulanya, keadaan di Indonesia masih baik-baik saja dan masih belum ada persiapan dalam menghadapi kemungkinan virus tersebut akan sampai ke Indonesia. Banyak pihak yang merasa ini bukanlah masalah serius.  Komoditas ekonomi keuangan, pendidikan, pariwisata berjalan normal layaknya tidak terjadi apa-apa. Hingga akhirnya pada bulan Februari 2020, terdapat pasien tersuspect corona virus. Hal ini menjadi perhatian lebih bagi beberapa pihak. Namun, masih saja komoditas pariwisata,pendidikan, ekonomi terus berjalan seolah tidak terjadi apa-apa. Hingga akhirnya, setelah kejadian tersebut, muncullah berita semakin bertambah banyaknya pasien dengan kasus terduga corona. Dalam menyikapi hal ini, pada mayoritas maysrakat semua masih tampak biasa saja. Walaupun demikian, ada pula beberapa instansi sudah mulai berhati-hati terhadap penyebaran virus penyakit ini. Salah satunya, seperti di UIN Jakarta, mahasiswa dihimbau untuk terus menjaga kesehatannya dan dihimbau untuk melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Hal ini terus berlanjut seiring dengan adanya peningkatan angka kasus terduga COVID-19 yang terus meningkat. Tingginya angka kasus terduga COVID-19, mendorong pemerintah untuk mengambil langkah serius dalam menekan angka penyebaran kasus COVID-19. Maka pada sekitar akhir Maret 2020 terbitlah kebijakan pemerintah yang disebut sebagai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Beberapa upaya terus dilakukan demi menekan angka penyebaran virus corona. Hal ini diantaranya, diadakannya pembelajaran secara daring (baik dari tingkat SD hingga perkuliahan), adanya anjuran dan istilah #dirumahsaja, adanya pembatasan perjalanan keluar negeri, adanya anjuran melakukan budaya hidup sehat, kebijakan WFH (Work From Home), penutupan mall dan beberapa tempat wisata, hingga meminimalisir pasien yang mengunjungi RS ( bila tidak terlalu urgent, maka dianjurkan untuk tidak ke RS). Ternyata, kasus corona virus ini tidak hanya terjadi di China dan Indonesia saja, namun wabah ini telah merebak ke berbagai penjuru di dunia, dan telah menjadi sebuah pandemi.

Pada mulanya, terjadi panic attack di Indonesia. Seluruh masyarakat yang panik dengan adanya virus ini berbondong-bondong membeli alat pelindung diri untuk dirinya. Hal ini berdampak pada lonjakan harga dan permintaan barang pelindung diri  yang semakin tinggi. Dampaknya adalah banyak tenaga kesehatan yang kekurangan alat pelindung diri yang sesuai standar dalam menangani kasus positif corona. Namun, ternyata bagi sebagian masyarakat Indonesia tidak habis akal. Banyak bermunculan inovasi dalam membuat alat pelindung diri bagi para tenaga kesehatan.

Selain itu, media informasi elektronik seperti televisi, setiap harinya terus menggaungkan info terkait penyebaran kasus COVID-19 di Indonesia. Tentunya hal ini harus ditangani oleh semua pihak, terkhusus dalam hal ini tenaga medis, karena tenaga medis yang lebih paham terkait penangan pasien corona. Tersiar kabar bahwa para tenaga medis berjibaku dalam menangani pasien COVID-19 dengan semangat yang sungguh dan kesabaran yang tinggi. Mengenakan pakaian khusus dan harus memastikan dirinya sudah aman sebelum berinteraksi dengan keluarga di rumah. Miris melihat betapa angka penyebaran yang ada di Indonesia cukup tinggi. Lebih miris lagi ketika melihat berita dan realita yang ada di masyarakat masih banyak yang tidak mengindahkan instruksi untuk dirumah saja serta menerapkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat (mencuci tangan dan mengenakan masker). Banyak dari masarakat yang merasa bahwa COVID-19 ini adalah penghalang bagi mereka dalam mencari nafkah dan merasa bahwa COVID-19 itu tidak ada, serta tidak berbahaya. Ini merupakan dua dimensi yang sangat berbalik.

Upaya pengobatan pasien COVID-19 terus dilakukan dalam berbagai penelitian. Berbagai seminar online pun kerap dilakukan. Hal ini sebagai upaya penyebarluasan paham mengenai informasi tentang virus dan informasi bahwa betapa cepat dan mudahnya virus ini menular. Keseluruhan pekerjaan dan aktivitas dilakukan secara daring dan dari rumah saja. Namun, entah karena masyarakat Indonesia yang tidak tahan ketika berdiam diri di rumah saja, atau karena adanya penurunan pada sektor ekonomi di Indoensia, atau karena dirasakegiatan secara daring tidak efektif dilakukan, atau mungkin dikarenakan adanya pertimbangan lain, maka tak lama setelah itu, timbullah apa yang disebut sebagai New Normal.

Konsep new normal mulai didengungkan sekitar bulan Mei 2020. Konsep ini menerapkan transformasi dalam penyesuaian diri menghadapi virus corona. Berbagai protokol kesehatan ditegakkan di berbagai tempat dalam upaya mendukung konsep new normal di Indonesia. Konsepnya adalah hidup berdampingan dengan virus corona.

Disamping itu, angka penyebaran virus corona terus bertambah. Beberapa RS ada yang kewalahan menangani pasien yang terus berdatangan. Dalam hal ini , tak jarang banyak dokter dan tenaga medis lain yang gugur dalam menangani pandemi ini. Namun, apa daya, kebijakan sudah dikeluarkan, konsep new normal sudah mulai terealisasikan. Tantangannya adalah semua aspek dan lini kehidupan harus siap dalam menghadpai kehidupan new normal ini.

Hingga kini, Indonesia termasuk salah satu negara dengan kasus positif corona terbanyak di dunia. Angka kejadian terus bertambah, diikuti pula dengan banyaknya pahlawan COVID-19 yang gugur. Namun kehidupan di era baru terus berlanjut. Banyak tempat rekreasi dan pariwisata yang buka dengan menerapkan protokol kesehatan. Beberapa sekolah mulai membuka sistem luring dalam proses belajar mengajar dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Disamping itu, upaya menekan angka penyebaran COVID-19 terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan menggunakan vaksin. Hingga pada Juli 2020, tersiar kabar bahwa pemerintah memesan vaksin dari luar negeri. Namun tidak hanya berhenti disitu, berbagai upaya penelitian terhadap penemuan vaksin di indonesia terus berkembang. Hingga kini pada Agustus 2020, penelitian terkait vaksin sedang dalam tahap uji klinis .

Persiapan dalam penangan penyebaran virus corona terbilang belum dipersiapkan dengan matang. Hal ini dapat dilihat dari upaya dan kebijakan yang tidak konsisten dan terkesan adanya simpang siur informasi yang beredar di masyarakat. Tidak hanya itu, ketidaksinergisan antara pemerintah dan masyarakat belum terbangun cukup baik. Hal ini dapat dilihat dalam realitanya masih banyak masyarakat yang belum mematuhi protokol kesehatan ketika beraktivitas di luar rumah serta adanya anggapan miring terkait penyakit corona virus ini. Namun, upaya yang terus dilakukan dari berbagai pihak yang terus menerus tanpa kenal lelah memperbaiki diri, memeprsiapkan diri dan tentunya memberikan edukasi yang baik menjadi sebuah kekuatan positif, terbentuknya sikap optimistis bahwa Indonesia bisa menghadapi pandemi ini. Tentunya dalam mencapai hal tersebut diperlukan adanya sinergistas dari seluruh pihak. Saya yakin dan optimis bahwa semoga Indonesia tetap semangat dan benar-benar bisa pulih serta kembali baik-baik saja dalam menghadapi pandemi ini.Sehingga akhirnya pertempuran ini berakhir, dan kemenangan ada di tangan kita semua.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16