SUNGGUH KALIAN HARUS #DIRUMAHSAJA

Terlebih bagi masyarakat pada kawasan zona merah covid-19, aku padamu.

Dewasa ini, pembicaraan nasional dan global tertuju pada pandemik Covid-19 beserta variasi upaya penangganannya. Masing-masing negara serius menangani pandemik ini, tak terkecuali Indonesia. Mesti tergolong pada kelompok negara dengan kejadian Covid-19 pada second waves, Indonesia nyatanya tak benar-benar siap menghadapi ancaman pandemik tersebut. Dan ya, terhitung sejak kasus 01 covid-19 yang ditemukan di Depok pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia menjadi 1 dari 159 Negara dengan kejadian covid-19, luar biasa. Sebagai penyelenggara yang sah atas segala hal yang terjadi, pemerintah RI mulai menegakkan upaya tindak lanjut terhadap perkembangan covid-19. Serangkaian kebijakan dan penanganan langsung dilaksanakan, diantaranya, yang paling utama dan pertama, adalah social distancing, pengambilan jarak sosial, dimana presiden Jokowi pada tanggal 15 Maret 2020 berpidato “... saatnya kita bekerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah...” yang kemudian viral dengan tagar #dirumahaja.

Langkah strategis tersebut dilakukan setelah sebelumnya pada tanggal 10 maret 2020, pada kasus ke-27 covid-19, hasil tracking deteksi dini menunjukkan adanya anomali sumber penularan dimana kasus ke-27 diduga bukan berasal dari sumber penularan kluster jakarta ataupun imported case. Benar, praduga mengarah pada dugaan telah terjadinya transmisi lokal semenjak ditemukannya kasus 27 covid-19 pada tanggal 10 maret 2020. 

Pemerintah dapat merencanakan namun masyarakat yang menentukan. Begitulah kira-kira gambaran atas apa yang terjadi di Indonesia. Alih-alih mematuhi himbauan dari pemerintah pusat mengenai #dirumahaja, masyarakat justru tetap sembrono dan beraktivitas seperti biasa. Tak sepenuhnya disalahkan, himbauan yang belum multisentris ini memang tidak sempurna dimana beberapa instansi perusahan masih tetap saja memberlakukan jam kerja normal kepada para pegawainya. Dan jelas, masyarakat terdiri dari berbagai tingkatan dan ada kelompok masyarakat yang tidak makan apabila tidak bekerja hari itu juga. Tak sepenuhnya membela, sebagian masyarakat memang benar-benar sengaja untuk abai. Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang diliburkan justru menjadi momen kumpul keluarga dan bersenang-senang diluar rumah. Pun beberapa aktivitas publik masih saja berjalan seperti biasa. Edukasi dan kesadaran diri yang kurang jelas menjadi salah satu modif dibalik ini semua. 

Bukan berarti tidak berdampak apa-apa, setidaknya, hasil surveilans covid-19 RI pada tanggal 20 maret 2020 menunjukkan dalam selang waktu 18 hari, ditemukan 369 kasus positif covid-19. Setidaknya penyajian data berikut memberikan anda sedikit pandangan kedepan. Grafik 1 pemodelan forecasting covid-19 14 hari kedepan.

Grafik 1 pemodelan forecasting covid-19 14 hari kedepan

Berdasarkan pada laporan tanggal 20 maret 2020, penulis mengolah menjadi sebuah model prediksi peramalan (forecasting) dengan metode exponential smoothing damped trend dengan derajat kepercayaan 95% sebagaimana yang terdapat pada Grafik 1. Garis biru merupakan prevalensi kejadian covid-19 berdasarkan pada laporan Kementerian Kesehatan RI, sedangkan garis merah adalah hasil proyeksi peramalan dengan garis merah putus-putus sebagai batas atas-bawah dari prediksi. Dalam model ditambahkan garis hitam sebagai pembanding yang merupakan hasil regresi linier sederhana dari data covid-19 selama ini. berdasarkan Grafik 1, peramalan 14 hari kedepan (dari tanggal 20 maret 2020) menunjukkan bahwa kemungkinan prevalensi kasus covid-19 akan terus bertambah (baik itu hasil prediksi, batas atas, maupun batas bawah) dengan pergerakan naik yang signifikan. Bahkan pegerakan pada batas bawah prediksi sudah melebihi hasil pergerakan covid-19 pada asumsi linier (garis merah putus-putus lebih tinggi daripada garis hitam). Secara detail dapat dilihat pada tabel 1. 
Tabel 1 Tabel hasil forecasting
No
tanggal
Prediksi prevalensi kasus
Batas bawah-atas prediksi
No
tanggal
Prediksi prevalensi kasus
Batas bawah-atas prediksi
1
21 maret
452
384-519
8
28 maret
1097
567-1627
2
22 maret
544
442-646
9
29 maret
1189
565-1813
3
23 maret
637
484-789
10
30 maret
1281
557-2004
4
24 maret
729
516-942
11
31 maret
1372
545-2200
5
25 maret
821
539-1103
12
1 april
1464
528-2400
6
26 maret
913
554-1272
13
2 april
1555
506-2604
7
27 maret
1005
564-1447
14
3 april
1647
481-2812

Hasil pemodelan ini juga menunjukkan nilai Rsquared sebesar 0,956 yang artinya 95,6% model mampu menjelaskan perkembangan covid-19. Tentu forecasting ini dapat terjadi hanya apabila kondisi sosial masyarakat kita tidak berubah. Selain informasi peramalan, pada grafik 1 diatas, apabila individu masih berperilaku normal dengan tidak melakukan social distancing pada tanggal 20 maret, maka individu tersebut telah sukses menjadi salah satu perantara terjadinya transmisi yang menyebabkan terjadinya kasus pada rentang tanggal 25 maret-3 april. Apa yang terjadi? Risiko jejaring penularan semakin besar dan tentu juga berkontribusi pada penambahan jumlah kasus. Sebagai pembanding, pada grafik yang sama, sebagaimana pertama kali ditemukannya transmisi lokal pada tanggal 10 maret, yang artinya, perilaku tidak melakukan social distancing pada tanggal 10 maret tentu memiliki kontribusi terhadap terjadinya kasus pada rentang tanggal 15-24 maret. Lihat pada grafik 1 dan bandingkan peluang besarnya kasus yang ditemukan? Tentu berbeda. Karena pola penyebaran covid-19 seperti hitung-hitungan faktorial dimana semakin hari, faktorial yang muncul akibat perilaku tidak social distancing akan semakin besar dan menghasilkan peluang jumlah kasus yang semakin besar pula.

Sebagai ranah refleksi, temuan kasus pada rentang 15-24 maret nanti bisa saja menjadi temuan kasus sebab perilaku tidak menjaga jarak pada tanggal 10 maret. Artinya, handai saja, semenjak pemerintah memberitakan terjadinya transmisi lokal pada tanggal 10 maret, dilanjut dengan penerapan social distancing yang extreme dan efektif, tentu gelombang pandemi covid-19 akan mereda setelah tanggal 24 maret nanti. Setidaknya begitulah estimasi hitung-hitungan matematika berbicara. Pada akhirnya, perilaku kita yang sama, dengan tidak melakukan social distancing, akan memiliki dampak bahaya yang semakin besar dari hari ke hari. tak perlu menunda, tak perlu menunggu, ini dapat kita lakukan sekarang juga, dimulai dari diri kita sendiri, mari #dirumahsaja. 

Apabila dirasa manfaatnya, dapat dibagikan. 
Tulisan ini murni tanggung jawab dari saya selaku penulis, Tabik! 

Syee Nee
Cssmora UIN Jakarta

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16