Halo.,
Lagi untuk kesekian
kalinya aku bangun dan melihat beberapa kasur
yang biasanya berada diseberang kasurku telah
tiada. Lama kelamaan semua pergi dan
berjalan sendiri menjalani kehidupannya
masing-masing. Kehidupan yang telah dibuat
berdasarkan keputusan masing-masing pribadi. Bukankah begitu? Seseorang
ditakdirkan untuk menjalani dan memilih kehidupannya sendiri. Pergi untuk menjemput dan menggapai
cita-cita yang selama ini telah digantungkan di langit-langit kamar. Membawa
cita-cita tersebut terkemas dalam tas besar yang akan dibawa pulang. Tak
meninggalkan sisa mimpi di kamar bersama. Hanya meninggalkan bayang tentang
betapa hebatnya mimpi tersebut apabila benar terwujud kelak. Itulah yang
beberapa temanku katakan kepadaku. Yah, setidaknya aku menghargai usaha mereka
untuk menghiburku yang kini masih
bimbang dengan
cita-citaku.
Bagaimana mungkin aku
menahan mereka yang hendak pergi? Bagaimana mungkin aku dapat menahan mereka
yang dengan semangat ingin mewujudkan cita-citanya? Bukankah hal terbaik adalah
dengan melepaskan mereka? Agar tetap terkobar semangat
menggapai dan mewujudkan impian pribadi? Ya, ternyata tak selamanya melepaskan
berhubungan dengan hal yang menyedihkan. Setidaknya melepaskan mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka memang
sedikit membuat kesedihan, tapi bukankah menjadi lebih sedih lagi apabila tetap
terus menahan tanpa bisa berbuat untuk mewujudkan mimpi tersebut? Ya, memang jauh tak selamanya buruk. Setidaknya
ketika berjauhan kita masing-masing masih dapat terus berbuat hal baik yang
akan menghantarkan kita menuju cita-cita yang kita inginkan kelak. Well,
baiklah jika begtitu aku hanya ingin menulis beberapa kata yang mungkin tak
dapat kusampaikan kepada seluruh temanku yang dengan semangat tinggi sedang melakukan banyak usah untuk mewujudkan
cita-citanya. Biarkanlah setidaknya aku menulis untuk semua, untuk kalian,
siapapun yang masih percaya akan kekuatan mimpi-mimpi dan tetap berusaha untuk
mewujudkannya. Tapi, tetap saja aku
berharap semoga kamu membacanya.
“Halo teman, apa kabarmu
yang kini tengah berada entah dimana? Aku masih disini. Mungkin jalanku masih
disini. Entahlah aku
tak tahu esok, mungkin saja
aku sudah tak disini lagi. Bagaimana dengan dirimu? Apakah masih berada di
tempat yang kau inginkan? Apakah telah berbuat sesuai apa yang kamu inginkan
dahulu? Melakukan langkah-langkah nyata menuju
terwujudnya cita-citamu? Sudah sejauh mana langkah-langkah itu kau ambil dan perbuat?
Huh,
terima kasih. Jika kau tanya untuk apa, aku hanya akan menjawab untuk
semangatmu. Untuk keyakinan yang membara demi mewujudkan cita-citamu. Ya, kamu
telah menularkan keyakinan untuk bangkit dan percaya selalu akan kekuatan dari
mimpi.
Hey, tahu
tidak? Kamu benar. Beberapa ramalan yang
kamu ucapkan kepadaku dulu, sebelum kita berpisah. Apa kamu masih mengingatnya?
Kamu benar ramalanmu terwujud. Pertama, ramalan tentang rasa ketika memiliki
mimpi. Kamu benar. Rasanya sangat menyenangkan memiliki mimpi. Rasa semangat
selalu saja timbul dan membara tatkala menjalani usaha meraih mimpi. Yah,
walaupun tak bisa dipungkiri kebosanan sesekali datang menghampiri. Kamu benar
lagi, ternyata dunia itu luas dan betapa banyaknya manusia yang tercipta di
muka bumi. Bertebaran di bumi-Nya. Membuatku menemukan banyak keajaiban
tempat-tempat yang telah tercipta. Kamu tahu lagi? Kali ini kamu benar lagi.
Aku mendapatkan pengganti kerabat dan teman. Banyak sekali karakter yang
kutemukan. Ada yang supel, baik, tegas, disiplin dan lainnya. Walau kutahu
tidak semua manusia sempurna dan pasti memiliki kekurangannya masing-masing.
Setidaknya dengan kekurangan tersebut kita menjadi belajar untuk menerima
keadaan. Belajar untuk menjadi terus merendah. Bukan, bukan rendah diri tapi
hanya rendah hati. Belajar untuk menerima kehadiran orang lain yang dapat
melengkapi kekurangan tersebut. Walau kutahu mungkin orang tersebut belum
ditakdirkan datang saat ini. Tapi aku yakin suatu saat nanti, pasti ia kan
datang. Benarkan? Itu yang kamu ucapkan kepadaku. Untuk selalu terus yakin dengan
apa yang bisa kamu yakini dan kamu anggap pantas untuk diyakini.
Entah apa
kabarmu sekarang, sekali lagi terima kasih dariku. Oh iya hampir lupa, ada
ramalan yang kamu selalu ucapkan kepadaku. Dan ramalan (sebelum) terakhir,
ternyata benar. Sejatinya perjalanan adalah perjalanan untuk pulang bukan untuk
pergi. Tempat untuk pulang dimana tersimpan luapan rindu hanya satu, keluarga.
Ya, kamu benar. Dulu aku mengira aku akan menemukan banyak hal di luar sana.
Ketika aku pergi dari istanaku dan menjelajah. Ya, aku mendapatkan banyak hal
di luar sana. Tapi tetap saja tak dapat dipungkiri, ada rasa yang sebenarnya
tidak kutemukan di luar sana. Entahlah, rasa itu hanya kutemukan di istanaku.
Yah, dengan penghuninya tentunya, mereka bernama keluarga.
Hm,
baiklah aku akan membahas sedikit tentang ramalan terakhirmu. Kamu tahu, tak
selamanya kamu benar. Aku tak mengatakan bahwa ramalan teakhirmu itu salah. Aku
juga tak mengatakan ramalanmu benar. Karena ramalan itu belum kurasakan. Masih
ingatkah kamu tentang ramalanmu itu? Kamu meramalkan kita akan bertemu lagi.
Suatu saat. Entah kapan, kamu tak menyebutkannya. Tapi, aku sadar itu tak akan
terwujud dalam waktu dekat ini. Entahlah, aku tak begitu yakin apoakah kamu
ingat dengan ramalan terakhirmu ini. Kuharap ini terjadi. Ya, semoga saja. Kamu
tahu? Aku menulis ini agar suau saat dimana pun kamu berada, aku berharap
setidaknya tulisan ini sempat kamu baca dan perhatikan. Mungkin jikalau kitapun
tak bertemu tak apa. Semoga bertemu dengan tulisanku ini dan aku sudah mengatakan
apa yang ingin kukatakan, sebuah ucapan terima kasih. Sekali lagi, terima kasih
dan semoga kamu masih terus memperjuangkan mimpi-mimpimu begitu pula dengan
aku.”
Yogyakarta,
8 Januari 2017
-G-
Emang ga ada penulisnya ato gmana min ??
BalasHapusMungkin ga mau riya' hehehe