Paragraf-Paragraf Menjadi Manusia




Selamat malam, selepas membaca “Menjadi Manusia belajar dari Aristoteles” karya Romo Franz magnis-Suseno, cendekiawan Filsafat Etika Indonesia, paragraf-paragraf ini kutulis. Kamu harus melanjutkan membaca tulisan ini dan membaca bukunya (kamu bisa ambil di aku kalau mau) apabila:
1. Kamu suka dengan filsafat
2. Kamu suka dengan nilai-nilai etika dan moral
3. Kamu membutuhkan alasan untuk hidup
4. Kamu tipe orang yang sebenarnya sibuk tapi selalu mengaku tak ada kerjaan dan gabut

Seolah menjadi intisari kecil yang sentral dalam dunia etika-moral, Romo Magnis memulai menjabarkan pemikiran Aristoteles dengan sebuah pertanyaan “masih relevankah nilai-nilai filsafat yunani kuno untuk diterapkan oleh kita manusia modern di abad ke 21 ini?” penjelasan mengenai pertanyaan itu beliau jabarkan dengan mudah, mengalir dan ringan. Dimulai dari konsep kehidupan dan tiga alasan dasar kita bahagia, adalah nikmat, filsafat, dan politik. Penjelasan yang benar-benar ringan seolah kamu merasa bahwa tanpa membaca buku ini pun kamu telah mengetahuinya. dan tentu, karena memang nilai-nilai etika dalam buku ini adalah hal-hal mendasar, yang barangkali kamu tak menikmati hidupmu saat ini, baca buku ini. Pembahasan oleh beliau kemudian diantarkan pada konsep kebijaksanaan, persahabatan dan cinta diri. Pertanyaan-pertanyaan “apakah kita mampu membawa arah yang benar dalam hidup kita?” “apakah puncak dari egoisentris kita adalah kebahagiaan bagi kita?” dan “apakah persahabatan harus dipertahankan ketika sahabat kita berubah?” akan terjawab dalam akhir buku ini.

Namun, sebagaimana akhir adalah saran dan kesimpulan, maka aku akan menyarankan kamu yang memiliki sikap skeptisisme, membaca buku ini ibarat “kita didepan, sebagaimana yang dijelaskan nanti, dan kita dibelakang, sebagaimana yang sudah dijelaskan” jelas karena buku ini hanyalah seperti ringkasan kecil dari buku besar etika Nikomacheia milik Aristoteles. Selain itu, sebagaimana yang sudah dihimbau berkali kali oleh sang penulis, konsep filsafat etika milik aristoteles disusun sebelum konsep agama monoteis ada dan berkembang, sehingga dengan ini, relevansi peran filsafat dalam pengaturan kehidupan pasca dunia manusia kurang dapat dijelaskan, atau sengaja tidak dijelaskan lebih mendalam oleh penulis demi kepentingan topik yang fokus.

Tabik,
Syee Nee

NB : Buku ini tersedia bagi yang menginginkannya, oh iya, pembaca yang baik adalah mereka yang setelah membaca ikut mendukung blog ini dengan berpendapat, berkomentar, menyukai, dan membagikan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16