Hai Amarah

Amarah bertebaran di langit langit kehidupan
Bak jamur bermunculan di musim hujan
Tanpa mengenal apa dan siapa yang di permasalahkan
Mereka merongrong layaknya serigala di hutan belantara

Amarah mencuat dari rahim dengki
Menyalurkan iri dari satu manusia lalu merasuk ke dalam hati
Menjadi bongkahan benci
Yang menjijikan untuk di amati

Amarah enggan berhenti
Meski sebagian berkata "cukup karena manusia berujung mati"
Amarah tetap menjadi amarah
Tak kan diam meski di bungkam janji tertepati
Tapi anehnya
Amarah tak hangus meradang jika di suap dolaran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16