[MENURUT KU] CUACA BURUH SEBUAH BUKU PUISI

-sebuah review yang sedikit oleh Syee Nee

Judul : Cuaca Buruk Sebuah Buku Puisi
Penulis : Ibe S. Palogai
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2018
Tebal : 92 halaman
ISBN : 9786020384061 // 9786020384078 (digital)

JAS MERAH, sebuah akronim unik yang mungkin menjadi salah satu akronim yang paling kita ingat dalam pengetahuan kita, selain posyandu dan puskesmas. Sebuah pernyataan dan himbauan tentang pentingnya sebuah sejarah bagi kehidupan. Sadar atau tidak, belajar sejarah menjadi sebuah alasan kantuk kita ketika duduk diruang kelas Madrasah. Kukira aku juga begitu sampai waktu di sebuah toko buku, sebuah buku kecil bersampul hijau dengan kepemilikan IBE S. PALOGAI dan sinopsis belakang yang penuh tanda tanya dari Afrizal Malna kutemukan.
Bermodal keliatan mengolah kata dan bermain makna, kukira Ibe S Palogai menjadi salah satu penyair yang bermain cerita melalui puisi-puisi yang indah dan teki. Bermodal kisah sejarah lokal miliknya, pria asal Takalar, Sulawesi Selatan ini mampu mengemas menjadi 40 puisi yang runtun bergandeng menjadi sebuah dokumenter sejarah yang paling menarik untuk dibedah. Tentunya dengan kiasan-kiasan bahasa lokal yang tetap ia tonjolkan yang menjadi suatu perbedaan dan khas. Sebagaimana kesan dari Afrizal Malna terhadap bukunya, salah satu ungkapan dalam puisinya : bukankah liang kubur diletakkan disampul buku agar kau tak keliru menebak ke mana rantau membawa kekasihmu – yang ditutup dengan tanda tanya (?), merupakan sebuah kematangan diksi dan analogi yang patut kalian beli dan nikmati.
40 puisi Ibe S Palogai akan mengajakmu kembali ke tanah Sulawesi ratusan tahun yang lalu, menjadi saksi akan keramahan kata dan kemarahan duka. setelah membacanya engkau kan tau bahwa derita adalah sumber cerita namun dendam adalah beban yang harus segera kau bebaskan.
Alat peraga Perang
Ia duduk berpangku tangan
Di hadapannya sebuah peta membentang
Ia pandang dengan mata mengenang
Dua musim hujan telah ia kuasai

Di kursinya ia duduk seperti tersangka
Tak mampu mengakui kesalahannya
Di atas peta berserakan mayat-mayat maya
Dengan darah menggenang nyata

Pukul dua malam ia membuka jendela
Hujan jatuh dan tak sanggup menyentuh tanah
Hanya searsir peta yang menggenang
“semoga hujan mengubur mereka”
Ibe S Palogai (Cuaca Buruk Sebuah Buku Puisi, 2018)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16