Eka

Jika "satu ditambah satu" sama dengan "dua",
mengapa "aku ditambah kamu" tidak sama dengan "kita"?

Justru,
"satu ditambah dua" sama dengan "tiga".
dan,
"kamu ditambah dia" sama dengan "keluarga".

Padahal kau tahu dia itu "dua",
sebuah bilangan genap yang tak perlu digenapi. 
Dan kau tahu aku itu "satu",
sebuah bilangan tunggal yang perlu dilengkapi. 

Faktanya,
kau tahu dia mendua,
dan aku satu yang setia. 
Kenyataannya,
kau berlari untuk melengkapinya,
dan meringkuk memunggungiku,
tanpa tahu aku membutuhkanmu untuk menggenapiku. 

Aku adalah satu,
yang akan tetap setia berdiri sendiri mengejarmu. 
Engkau adalah satu,
yang akan tetap setia berlari mengejar angka dua demi menciptakan sekelompok tiga yang pada akhirnya kau sebut sebagai keluarga.
Dia adalah dua,
yang tak perlu angka satu agar menjadi lengkap.
Sebab jika kau tambah satu,
keseimbangannya akan lenyap. 

Sebetulnya siapa yang setia? 
Aku yang satu,
dia yang telah jelas menduakanmu,
atau kau yang masih juga mendoakannya? 

Siapa yang satu? 
Aku atau kamu? 

Aku mungkin akan tetap menjadi satu.
Sebuah bilangan tunggal yang hanya menjadi awal,
tanpa mampu meminta menjadi akhir.

Tidak apa,
aku masih bahagia karena kita masihlah sama.
Kita sama-sama satu,
saling berlari untuk menggenapi dan melengkapi,
aku menggenapimu,
kau melengkapinya.
Kita sama-sama satu,
saling menaungi dan memayungi,
aku menaungimu,
dan kau memayunginya.

Aku berdoa,
Semoga kau dapat melengkapinya, 
Dan aku kuat menggenapimu. . .

Dalam doaku.

__________
15 bulan satu. 
Turi Putih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16