Di sudut warung UINSA

"Dalam kitab 'Futuhat Al-Makkiyah' -karya seorang Wali Quthub yang wafat pada 1240 M, seorang bersandang nama Ibnu 'Arabi, menyatakan bahwasanya ;
'Roti, air, juga segala makanan, minuman, pakaian, tempat, masing-masing memiliki ruh yang lembut dan dibebani tanggung jawab oleh Tuhan' mereka saja ada tanggung jawabnya loh!?" Tutur Jomplang kepada Bedhes dan Thulup.

Thulup tiba-tiba tertawa, membenarkan perkataan yang tersembur dari mulut rival main kelerengnya itu.
"Setuju, Plang. Dalam Al-Quran juga sudah disebutkan, Yusabbihu lillahi maa fis samaawaati wa maa fil ardh, segala yang ada di bumi dan langit itu bertasbih kepada Allah. Termasuk hehewanan, tetumbuhan, hehujanan, eawanan, pepohonan, rerantingan, bebatuan, tetanahan, bebesian, pepakaian dan selainnya. Mereka bisa berlaku baik padamu, atau sebaliknya, bisa murka padamu. Mereka juga bisa mendoakan kebaikan untukmu, atau sebaliknya, mendoajan kehancuranmu. Sapa mereka seperti halnya engkau menyapa manusia sesamamu -hewan (manusia tak berakal) tak termasuk. Bukankah mereka bertasbih kepada Tuhannya sebagaimana engkau? Lalu, masihkah kau meremehkan mereka?"

Thulup menjelaskan dengan membabibuta sembari jari ditodongkan kepada Jomplang dan Bedhes. Sok menguliahi sekali si Thulup ini.

"lah Lup, itu yusabbihu jadi khobar muqoddam? gak cukup jadi fiil fail aja?" Bedhes keluar dari topik.

"Lah Dhes, mbok ya mbahas lainnya! Wes ora wayahe mbahas nahwu shorof!" Thulup terpicu, sembari menghisap Djarum dalam-dalam, ia menegaskan kembali.

"ente kuliah soal sapa menyapa makhluk tuhan Lup, tapi si Wulan tiap nyapa ndak kamu gubris, mbok ya disapa balik!? teori, Lup!! Teori!!" Jomplang membalas todongan jari Thulup beberapa hisap rokok yang lalu.

"wes wes, wong namanya ndak suka yoo ndak bisa dipaksa toh? nyapa mboh ndak, aku ra remen kok. daripada kusapa balik, dia malah berharap?! siapa yang sakit? dia sendiri!! aku juga berusaha melindungi hatinya meski aku ndak suka!? uwes ah!! back to topic maneh!!"
Kali ini Jomplang terdiam. Rupanya Thulup selangkah lebih maju mengenai masalah hati daripada dirinya.

"Tapi alhamdulillah, di Majelis tiap Shubuh itu, selalu ada hadiah Al-Fatihah untuk bumi dan langit, juga untuk penduduk yang mendiami keduanya. kalau ndak salah lafadznya ;
ilaa hadhroti ardhika wa samaa'ika wa maa fii himaa wamaa bainahumaa"
Thulup menambahi. Sengaja ia kembalikan ke topik utama, entah untuk mengalihkan kisah bersama Wulan, atau memang sengaja ingin membahas lebih dalam tentang makna menghargai dan menyapa sesama.

Bedhes menghela napas sembari membuang puntung rokoknya yang telah wafat beberapa menit lalu karena habis dihisap angin.

Tiba-tiba semut kranggang menggerutu diatas batu sembari mengacungkan jari tengah.
"Diyampuut!! lek mbuwak gabuse rokok ndontok2 sek syuu!! atek gidale nemplek kabeh, gedembel sisan!! masalahe iki kenek raiku syuu!! ngipi opo aku ya Allaah dadi makhluke sampean seng paling cilik dewe!?"

"Lah mbok kiro ngunu tok? Gidhale iki yoo mengurangi kesuburanku put!!" Tanah ikut menimpali.

"Mripatku kok kedhutan iki, onok seng ngerasani koyoke!" Bedhes berseloroh sambil memegang matanga sendiri -yang jelas bukan mataku, apalagi matamu.

"oalah pancen manungso iki gak tau peka!! teori tok teori tok!!"
Tak mau kalah rugi, bekicot menimpali sambil beringsut pergi. Mencari lelowongan yang bersih setelah tempatnya beristirahat diludahi Thulup beberapa saat lalu.

Begitulah obrolan 3 jejaka itu yang akhirnya bersimpulkan teori tak berpraktek. Ah sudahlah, aku tak mau banyak berkomentar. Kubayar gorenganku saja, lalu pergi. Ah iya, tak lupa, mengambil sisa puntung dan abu dalam asbak untuk dibuang ke tempat yang semestinya -tempat sampah katanya.

"Buk piro totale?"

"Patang ewu, le."

"Nyoh bu, matur nuwun. Iki isi asbake tak buwake sek buk." ujarku sambil menyodorkan duit warna abu dua lembar sambil berlalu mencari tong sampah.

Kulihat ketiga pemuda itu masih berdebat mengenai bumi dan seisinya sambil 'nyepur' Dji Sam Soe dan Djarum, sedang tanaman, kursi, tanah, batu, kecoak, semut, kadal dan sejenisnya mungkin sedang memaki mereka sambil mendoakan keselamatan untuk diri sendiri.

Di Sudut Warung UINSA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16