Titik Awal ; Tempat Kembali



Pernah aku berhenti pada suatu masa.
Pikirku ;
Berjalan ke depan, jurang menghadang.
Mundur ke belakang, dinanti penyesalan.
Bergerak ke kiri, disambut sakit hati.
Bergerak ke kanan, sesosok kenangan merindukan.

Hingga kepala mulai kutundukkan.
Dan memulai keteracuhan.
Aku tak acuh!

Hingga kau menyapa, menyuguhkan tawa kebahagiaan.
Membuatku ;
Bergerak, berlari melompati jurang menantang.
Berani menghunus pedang, melawan penyesalan.
Beretorika, mendebat sakit hati yang berteriak bersahutan.
Mengambil kain, lalu menghapus kenangan.

Hingga kepala yang tertunduk, perlahan terangkat.
Memaksa mata membuka dari ketertutupan.
Aku mulai acuh.

Hingga aku tersadar.
Kau hanya sekedar menyapa.
Menyunggingkan senyum pada orang dibalik punggungku, punggung penuh gores luka.
Kau berjalan ke arahku, bukan untuk mendekapku.
Nyata ; kau berjalan untuk mendekapnya.

Padahal ;
Kuhidangkan sepiring manis cinta, yang kupetik susah payah dari ujung senja.
Kubawakan segelas merah kasih sayang, yang kusadap dari ujung jiwa.
Kuracik dan kuhidangkan dengan sebaris keikhlasan dan janji suci menuju akad nikah.

Aku terbangun dari lamunan semu soal sosokmu.
Sial! Aku tertegun.
Jarakku denganmu padahal hanya seperjangkahan saja.

Kau ucap selamat tinggal, berakhirkan senyum manis diujung langkah.
Senyum yang hanya melahirkan sebuah pengharapan dan sisa kebahagiaan.

Aku kembali ;
Berhenti pada suatu masa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidur Berkualitas: Fondasi Kesehatan dan Produktivitas

Cara Sederhana Mencegah Penyakit Menular di Lingkungan Kampus

Pengaruh Keberadaan Ruang Interaksi Komunitas Universitas (RIKU) terhadap Kesehatan Mental