KOMPARASI IRONI
Pesantren, dunia putih penuh berkah dan kealiman. Para santri terkadang sibuk dengan diri mereka masing-masing, seperti hanya sibuk dengan dirinya sendiri.
Mereka berkumpul di satu ruangan, tapi tidak berbicara satu sama lain. Kulihat mereka sibuk dengan sebuah buku kotak seukuran saku. Terkadang mereka tertunduk sambil berjalan, tidak melihat alur setapak jalan, mereka serius tertunduk sibuk sendiri membaca buku kotak seukuran saku mereka. Buku suci itu berisi pesan-pesan. Pesan fakta tentang sejarah yang telah dunia lewati, cerita tentang kehidupan saat ini hingga kisah pasti yang akan terjadi nanti. Buku suci itu mengirim pesan yang membuat bahagia, memberi kabar tentang musibah yang mendera. Semuanya fakta menelisik hati, tak ada dusta. Mereka membaca, menghafal, mengerti dan memahami pesan suci dari sang Khalik. Adapula yang menyetor hafalan mereka, atau sekedar bermurojaah menjaga pesan suci yang ada di hati mereka. Itulah yang kulihat dari mereka.
Di sini, di tengah metropolitan ini kulihat diriku pun sama dengan mereka. Aku berkumpul bersama teman-temanku, handai taulanku, dan keluargaku tapi kami juga sibuk dengan diri sendiri. Tak ada obrolan, karena kami sibuk dengan kotak seukuran saku milik kami. Aku pun terkadang berjalan sambil tertunduk melihat kotak kecilku yang pipih, tersenyum melihat kabar yang ada di sana, kadang pula miris melihat banyaknya berita yang tak sedap beredar di dunia. Kotak kecil itu memberiku kabar tentang apa yang terjadi kemarin dan sekarang, namun belum tentu itu benar sesuai fakta karena tergantung perspektif mereka yang menyebar. Berita itu juga berisi apa yang terjadi, namun hanya angan-angan belum pasti dan tak menentu. Kotak kecil itu memenjaraku, hampir saja membuatku terlupa akan dunia sekitarku yang kukira nyata dalam kotak itu. Hampir terlupa bahwa aku bisa saja terlena.
Aku dan almarhum kesantrianku
Komentar
Posting Komentar