TAMPAK MANIS RASANYA
Oleh :
Syee Nee
Ahad, 18 september 2016, Saat pikiran dan hati mencoba tuk memfokuskan
pada satu rasa. Sebuah rangkaian kata di beberapa hari terakhir seolah terus
menggema di telinga. “Ahlan Wa sahlan”, ucapan yang tak asing bagi santri-santri
di pesantren. Kata penyambutan yang sering terdengar saat tiba dihadapan kita
sosok yang istimewa. Namun, kumpulan kreatifitas lah yang mengubah koar-koar
itu menjadi sesuatu yang sangat berbeda. Memaksa kami tuk berkumpul di suatu
tempat, tuk lebih hangat, tuk lebih dekat pada hadirnya sosok istimewa yang
baru, pada sosok CSSMoRA 2016.
Catatan ini kuawali dengan
berkumpulnya kami pada tepian pasar. Sorak-sorak pedagang yang mencoba tuk
menarik pelanggan tertutup samar oleh rintikan air langit yang tak kuasa
menahan lajunya. Waktu terus berjalan meninggalkan lalu-nya, seperti halnya
disini, kakak-kakak terus berdatangan, mencoba menunjukan antusiasme yang
tinggi. Dengan bergiliran, satu per satu masuk ke dalam bus. Saat ini, 2 bus
bertulis 102 dimuka berjajar seolah menunggu terisi oleh kami semua. Seorang
kakak, berdiri didepan pintu bus sambil memanggil-manggil semua. Ku masih ingat
betul, kak Thoriq, Moch. Thoriq Assegaf Al-Ayubi lebih tepatnya. Kakak dengan
perangkai kain hijau yang sangat tampak besar di tubuhnya, berbaur anggun
dengan celana hitam polos berbahan kain. Dia terus menerus memanggil kami
semua, dan mengecek satu per satu, adakah yang masih blom hadir? Singkat
cerita, bacaan doa mengawali perjalanan kami. Perjalanan yang tak jauh namun
bermakna, perjalanan menuju tempat yang menjadi saksi akan kekeluargaan yang
dijunjung diatas segala perbedaan warna.
Tak berselang lama, kaki ini pun
menginjakan pijakannya diatas bumi TMII, sebuah tempat lambang kesatuan. Kami
pun terkesan akan lingkungan yang disuguhkan, sungguh menghibur hati yang mulai
sibuk akan tugas kuliah ini. tak lama, ketakjuban pun pecah oleh suara
membahana kelompok loki, yang dengan beraninya, mendeklarasikan akan sikapnya
yang sombong, sungguh hal yang menarik, mengingat biasanya, sifat-sifat positif
yang selalu ditempelkan pada yel-yel kelompok. Tidak cukup sampai disana,
seolah mengindari keheningan, alunan lagu “aku ra popo” unjuk gigi dengan
pembawaan yang asyik oleh kelompok ironman. Seolah tak mau dianggap kalah,
lemah. Secara berurutan kelompok kuning wolverine, captain amerika, dan si
abu-abu thor mencoba tuk lebih menguncang suasana TMII.
Matahari semakin meninggi,
selaras pada semakin bergejolaknya semangat kami semua. Misi demi misi kita
lalui dengan serius, enjoy, dan canda tawa. Tak terasa sore mulai menengok,
pertanda acara kan segera diakhiri. Di penghujung sesi, mungkin hal ini yang
membuatku merasa menjadai orang paling bahagia di dunia, saat kami mulai menuju
masjid tuk menghadap kepada tuhan yang maha esa. Bermula saat tak sengaja
berdekatan, dengan ritme suara mesin kendaraan yang melintas, semakin menambah
suansa indah kala itu. Sebuah ucapan basa-basi kulontarkan, berniat tuk memecah
kediaman. Syukurlah, respon yang baik terucap darinya. Seolah menikmati
obrolan, aku yang terus menerus bertanya, dengan dia yang dengan anggunnya
berusaha terus untuk menjawab. Sampai tak terasa, kaki tlah terhenti didepan
pintu gerbang masjid. Dalam hati, merasa diri sangat bersalah akan obrolan itu,
akan kebodohan diri yang selalu mencoba bertanya hanya untuk tetap menghidupkan
suasana. Dalam diri, hadir suasana kagum pada dirinya, masih sebatas kagum,
belum menyentuh akan rana cinta yang sebenarnya. Namun dari sana, ku mengerti
akan sesuatu, entah bagaimana sesuatu tersebut apabila digambarkan, yang pasti
satu hal yang ku mengerti, akan munculnya rasa manis dalam diri ini, hanya
kepada dirinya.
Komentar
Posting Komentar