Takjil dalam Perspektif Kesehatan



Oleh: dr. Ahmad Muhyi (CSSMoRA UIN Jakarta 2008)



Salah satu definisi puasa menurut beberapa keterangan berarti tidak makan atau minum mulai subuh hingga Maghrib. Di Indonesia lama puasa berkisar antara 12-14 jam. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi keseimbangan energi dan cairan tubuh yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Dalam ajaran agama Islam dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa, yang disebut disebut dengan takjil sesuai dengan  hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang (umat Islam) senatiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (Muttafaqun ‘alaih) . Rasulullah Saw biasa melakukan takjil dengan memakan kurma. Karena itu, sebagai bentuk usaha melaksanakan sunnah Rasul, dalam masyarakat takjil biasa dilaksanakan dengan makanan atau minuman ringan yang manis. Salah satu makna ajaran Islam menganjurkan kita untuk menyegerakan berbuka puasa adalah pengaruh takjil tersebut terhadap kesehatan tubuh kita.

Selama berpuasa tubuh akan menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi agar tubuh bisa menjalankan aktivitas sehari-hari. Santapan di waktu sahur akan diolah menjadi glukosa lalu diproses menjadi sebuah energi dan panas tubuh. Energi yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada kondisi diam tubuh (basal metabolic rate) serta pada saat beraktivitas. Karbohidrat dalam sirkulasi darah diedarkan ke seluruh tubuh terutama dalam bentuk glukosa darah dan jika berlebih akan disimpan sebagai glikogen (gula otot) di hati dan otot. Cadangan glikogen ini hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan energi kurang dari 1 hari. Maka, glukosa memegang peranan sebagai sumber energi utama untuk sebagian besar sel dan salah satu yang terpenting adalah membantu kerja sel otak.

Berbeda dengan karbohidrat atau zat gula, dua sumber energi penting tubuh lain adalah lemak dan protein. Zat lemak yang telah dicerna beredar dalam darah dalam bentuk asam lemak bebas dan disimpan dalam bentuk trigliserida di jaringan lemak pada tubuh. Lemak merupakan cadangan energi yang utama dan merupakan sumber energi utama selama berpuasa, jika ketersediaan glukosa tubuh menurun. Selain itu, protein diedarkan dalam darah dalam bentuk asam amino, disimpan dalam bentuk protein tubuh terutama otot. Kapasitas cadangan energi protein tidak besar, karena apabila terus dipakai maka akan terjadi gangguan fungsi dan struktur tubuh, karena protein banyak berfungsi sebagai jaringan penyusun dan senyawa fungsional untuk kehidupan sel tubuh lain.

Sekilas mengenai metabolisme ketika puasa, kadar glukosa dalam makanan yang tidak terpakai untuk produksi energi akan disimpan dalam bentuk glikogen yang nantinya akan dipakai pada saat glukosa dalam darah habis. Pada keadaan normal cadangan glikogen akan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dalam waktu 10-12 jam, dan setelah cadangan tersebut habis, tubuh akan melakukan pembongkaran lemak (lipolisis) menjadi asam lemak dan gliserol untuk diubah menjadi asetil KoA sebagai bahan dalam siklus oksidasi seluler yang akan sangat penting untuk membentuk energi. Dengan adanya proses tersebut, kadar gula darah akan dipertahankan dalam kondisi seimbang agar tubuh bisa beraktifitas dengan baik saat puasa. Tetapi kadar glukosa darah yang menurun saat berpuasa jika dibiarkan terlalu lama akan mengakibatkan badan terasa lemas, lapar dan yang terpenting adalah suplai glukosa ke otak semakin sedikit sehingga dapat menimbulkan rasa pusing dan gangguan konsentrasi. Selain itu, puasa juga akan membuat cairan tubuh berkurang sehingga tubuh akan mengaktifkan hormon yang menghambat pengeluaran cairan tubuh terlalu banyak sehingga jumlah air kencing juga berkurang dan lebih pekat. Pada saat cairan tubuh semakin berkurang maka otak akan memberikan sinyal rasa haus dan apabila kondisi ini terlalu lama dibiarkan tentu bisa mengakibatkan dehidrasi. Supaya kadar gula darah dan cairan tubuh bisa segera kembali normal, ajaran agama Islam telah menganjurkan agar segera menyegerakan berbuka saat waktu telah tiba.

Lantas mengapa Rasulullah memberikan contoh takjil menggunakan kurma bukan makanan berat berupa nasi ataupun roti? Kadar karbohidrat yang sederhana dalam kurma lebih cepat diserap oleh tubuh sehingga gula tersebut akan bisa cepat digunakan untuk metabolisme sel. Sedangkan makanan berupa nasi ataupun roti ini merupakan karbohidrat kompleks yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dipecah menjadi glukosa agar bisa diserap oleh tubuh. Selain itu pada saat berpuasa sistem pencernaan akan istirahat dalam waktu yang cukup lama, sehingga makanan atau minuman untuk takjil ini sangat bermanfaat untuk membuat sistem pencernaan bisa beradaptasi dahulu sebelum menerima makanan yang lebih berat seperti nasi. Apabila makanan berat langsung masuk maka akan mengakibatkan sistem pencernaan akan bekerja lebih berat dan ini bisa menimbulkan gangguan sistem pencernaan apabila dilakukan terus menerus.

Hikmah lain dari takjil adalah ia merupakan hal yang sederhana dan tidak membutuhkan waktu banyak sehingga kita dapat mempersiapkan diri untuk shalat Maghrib dengan baik karena kita tahu waktu untuk mengerjakan shalat Maghrib itu singkat. Maka, dapat disimpulkan bahwa keuntungan takjil dalam segi kesehatan adalah mempercepat kadar gula darah dan cairan tubuh kembali normal. Sedangkan dalam segi ibadah kita pun dapat melakukan shalat Maghrib diawal waktu karena keutamaan shalat itu dikerjakan pada awal waktunya.
Wallahu a’lamu bish showaab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidur Berkualitas: Fondasi Kesehatan dan Produktivitas

Cara Sederhana Mencegah Penyakit Menular di Lingkungan Kampus

Pengaruh Keberadaan Ruang Interaksi Komunitas Universitas (RIKU) terhadap Kesehatan Mental