Memetik Mawar



Oleh : Pemetik Mawar

Sudah lama rasanya jari ini tidak memetik keyboard sejak rangkaian kata “pemungut bayangan” disebarkan. Entah apa yang membuat ide ini kembali muncul, seolah tanpa berkordinasi dengan otak sehingga langsung memerintahkan jemari ini memuat paragraf yang sejatinya tidak seharusnya dikeluarkan. Padahal “hal ini”, rasanya dulu telah tertumpuk rapi dibawah lembaran – lembaran kayu yang telah lapuk. Tapi kenapa ini muncul kembali, “bagaimana cara menyikapinya?” “haruskah hal ini ditanggapi atau dibiarkan”,pertanyaan demi pertanyaan melayang layang menyelimuti kepala ini. “Haruskah kau menggadaikan Dia demi dia?” pertanyaan yang sudah pasti jawabannya namun masih banyak orang terjebak didalamnya. Ah rasanya “virus” ini semakin tak terkendali dan semakin cepat menyebar ke seluruh tubuh ini.

Tidak tau lagi mau diapakan “hal ini” sungguh nurani ini tidak mau hal ini terjadi, tetapi dorongan ini kenapa semakin keras dan berat?. “Ya rabb memang hal ini fitra tapi untuk sekarang bukan waktunya untuk ini, masih banyak hal seharusnya lebih diprioritaskan” sebuah teriakan kecil keluar dari mulut ini dalam sujud di senja kala itu. Tapi sudahlah, ini hanyalah masalah waktu dan hal ini akan hilang dan terpendam kembali, hanyut bersama basuhan air suci-Mu, tenggalam bersama sujudku kepada-Mu.
Memang sebuah mawar terlihat indah dan mempesona sehingga akan menarik siapapun yang melihatnya. Tapi perlu diketahui banyak duri yang akan menyakiti kita jika terburu buru memetiknya dan tidak berhati hati ketika mengambilnya. Yang perlu diingat sekali lagi, sang pengatur alam telah memberikan janji-Nya dalam lembaran lembaran-Nya (QS. 24:26). Dan sekali lagi hal ini menjadi nasehat sekaligus kekuatan untuk menekan pertumbuhan virus ini yang semakin membesar. Semoga selalu memantaskan diri bukan demi dia tapi Dia.
Seperti yang disampaikan bang azhar nurun ala “Kesendirian adalah saat-saat berharga di mana kita benar-benar mengasah ibadah, kemampuan, kepribadian dan pencarian ilmu yang sebaik-baiknya. Kesendirian mengajarkan kepada kita, betapa sulitnya medan kehidupan. Kesendirian mengajarkan ketangguhan sebagai insan tatkala berbagai rasa sedih, gelisah, rindu dan benci menerpa. Kesendirian adalah moment untuk mengasah diri bermentalkan kemandirian. Seperti kepompong dalam kesendiriannya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. Untuk saat ini hanya Allahlah tempat sandaran dan pegangan yang terbaik.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16