Hariku
Oleh : Mai (2013)
Hariku, kini hariku berubah.
Entah mengapa semua menjadi sepi senyap tanpa penghuni .
pagiku, matahariku, bunga-bungaku kemanalah mereka.
Pergi tanpa suara tanpa pamit senyap begitu saja. Kemanalah
nyanyian rumput kala pagi itu, langit biru berhiaskan pelangi , kemanapula
perginya .
sepi hilang dan senyap, mungkin kini hariku berhiaskan warna
warna kelabu.
Warna-warna gelap yang sepikan pagiku.
Persetan dengan kau itu, menjenuhkan suasana, membuat semua
menjadi semakin keruh dan gila. Diamlah sejenak apa sulitnya, selalu saja ingin
dimengerti dan marah kepada rumput-rumput ku dengan begitu angkuhnya.
Memang semua dunia
takut padamu,, takut akan hal kecilmu.
Tidak sama sekali tidak, apalah yang perlu ditakutkan darimu
.
Pagiku, matahariku, symphoni rumputku , kembalilah.
Kembali temaniku, karena warna-warna itu mulai meninggalkan
ku.
Kutau, walau bagaimanapun, kau akan tetap kembali kan ,
temaniku kala malam-malam sepiku. Nyanyikan lagu rindu akan bulan yang lama tak
kunjung datang.
Biarkan mereka sibuk dengan kehidupannya, apalah aku yang
masuk dalam kehidupan mereka.
Tetap saja bukan bagian dari warna warna itu.
Biarkan aku tetap bersamamu, pagiku dan symphoni
rumput-rumputku.
Biarkanlah kukembali
pada kehidupan damaiku, menggambar semua dengan warna-warnaku meski tak semua
orang tau, meski semua orang tak mengerti.
Duniaku pelangiku, tetaplah bukan bagian dari kehidupanmu.
Kau, apalah kau.
Mesi ku tetap
berusaha untuk memahamimu.
Namun tetaplah saja, duniamu tetap tak menerima warna yang
kubawa, mungkin karena kau terlalu tak mengenaliku, atau mungkin warna ku yang
terlalu sulit dalam duniamu.
Kamu, apalah kamu, meski awalku begitu mempercayaimu.
Menganggapmu mengerti dan mau menerimaku.
Mendorongku hingga
langit ke tujuh.
Namun di akhir, kamu tetaplah ternyata menjadi kamu yang
kukenal dulu, bukan terakhir kali ku mengenalmu.
Kamu taburkanku
diantara bunga-bunga itu, buang begitu saja.
Dia, ya memang dari awal ku tak nyaman dekatinya,
meski diakhir kucoba
tuk percaya, namun ternyata, tetaplah sama.
Pelangiku tak
diterima olehnya, mungkin karena lemahnya aku, tak terlihat apa-apanya aku, ya
biarkanlah mungkin kuhanya dapat menari diatas tulisan-tulisan ini.
Terimakasih, terimakasih untukmu ,kau dan dia.
Terimakasih karena telah menjadi bagian dari warna
kehidupanku.
Komentar
Posting Komentar