Rindu Palsu Ramadhan









by: Fakhrul Firdaus

“Wahai Ramadhan, apakah benar rindu ini hanya sebatas kepura – puraan?” pertanyaan yang begitu saja terlintas di benak ini. Tidak terasa memang, mungkin seperti baru kemarin kita berucap doa “ Ya Allah berkahilah kami di bulan rajab dan bulan sya’ban dan sampikanlah kami di bulan ramadhan”. Dan sekarang Ramadhan sudah diujung pelupuk mata, tak sabar rasanya ingin cepat bersua denganmu. Sungguh rindu ini sudah tidak bisa dibendung lagi, rinduh yang merontah – rontah ingin segera disampaikan dengan yang dirindu. Tapi “apakah rindu ini suci?” Sesuatu yang masih mengganjal pada diri ini
            Hari – hari menjelang Ramadhan yang dilalui tanpa peningkatan kualitas ruhiyah yang significant atau bahkan semakin melemah. Jangankan menghafal lembaran – lembaran kitab Allah, membacanya pun kadang – kadang kita enggan atau bahkan tidak ada waktu seolah diri ini adalah manusia paling sibuk di dunia ini. Yah begitulah, kertas - kertas anime lebih kita nikmati sebagai rutinitas mingguan yang selalu kita tunggu terbitan barunya. Entah apa yang terjadi, firman – firman-Mu yang Engkau turunkan berabad – abad tahun silam kepada Rasul-Mu seolah menjadi pajangan rumah yang di museumkan. Sekali lagi “apakah rindu ini suci, wahai Ramadhan?”
            Rindu ini semakin semakin menggila wahai Ramadhan, tapi surau – surau masih jarang kami kunjungi. Seperti ada yang menahan kaki ini untuk melangkah, bahkan untuk berdiri di awal waktu pun sangat susah. Malam kami pun disibukkan dengan alam mimpi yang begitu panjang yang seolah memenjarakan kami dalam ketidakpastian. Sepertiga terakhir pun banyak kami habiskan dengan aktivitas duniawi dengan dalih tuntutan mencari ilmu. Mungkin kau mulai meragukan rindu ini, wahai ramadhan. Tapi sudahlah, kedatanganmu akan segera tiba dan rencana ketika bertemu denganmu sudah kami susun dengan sangat rapi.
            Wahai Ramadhan, dalam benakmu pasti berfikir”apa yang kalian lakukan ketika bertemu denganku?” -  setiap malam denganmu, masjid akan terasa sesak dengan ratusan hamba  yang berdiri menghadap penciptanya. Sesekali anak – anak kecil berlarian dengan petasan yang seperti menjalar bunyinya dari satu tempat ke tempat lain. Kami pun bangun lebih awal untuk menghimpun tenaga dengan ditemani lawakan di layar kaca yang sejatinya tak lucu sama sekali. Kami pun sudah menjadwalkan agenda berbuka kami “hari ini dengan X, hari ini dengan Y dsb” tapi kembali, apakah ini yang kau inginkan wahai Ramadhan? Apakah engkau merasa hanya dianggap sebagai rutinitas pertemuan biasa tanpa ada output ketika kau pergi?
            Wahai Ramadhan engkau pasti tertawa melihat tingkah laku kami. terlepas dari itu beberapa bagian dari kami sangat menantimu dengan ketulusan hati mereka, bahkan mereka seolah tidak mau terpisah denganmu. Malam malam mereka pun mereka habiskan dengan kemesraan yang tiada habisnya dengan Sang pengatur alam. Hanya doa yang bisa kami ucapkan” wahai Ramadhan, luluskan kami dalam universitas satu bulan ini.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Magis Fajar Di Ufuk Timur

Milad CSSMoRA UIN Jakarta Ke-16