Memungut Bayangan
Oleh: Pemungut Bayangan
Kembali, tangan ini diperbudak oleh pikiran yang tak jelas arah dan tujuannya – sebuah
kotak berukuran sekitar 7 x 7 meter lengkap dengan berbagai perangkatnya
menjadi korban jemari ini yang mulai berlari diatas kotak ”QWERTY”. Sebuah
pertemuan yang sunyi yang dibuka beberapa menit yang lalu menjadi bubar sekita
kala sebuah jari tengah memukul gerbang kotak dengan sangat halus. Ya memang
tidak begitu mengganggu tapi cukup kuat untuk memecah keheningan kala itu.
Tidak ada yang ingin disampaikan hanya saja masih bingung apa yang sebenarnya
terjadi. Sebuah rasa senang tapi menyakitkan, sebuah rasa rindu tapi
menyedihkan, ah tak tau lagi apa yang
dirasakan. Semuanya terasa bercampur aduk berdesak berdesak – desakkan seakan
saling berebut untuk dikeluarkan paling pertama. Ya, rasa yang akhir – akhir muncul
berdampingan dengan datangnya sebuah bayangan.
Bayangan itu tiba – tiba datang dan terus mengikuti
kemanapun kaki ini melangkah seperti datangnya tsunami beberapa tahun silam di
negeri serambi mekkah yang terus menerjang apapun yang ada didepannya. Ingin sekali
melepas bayangan itu tapi sebuah rasa perih bak
luka basah yang langsung ditetesi cairam asam selalu timbul seketika
melepas bayangan itu. Terkadang desiran angin yang datang menyampaikan sebuah
petikan dan ketukan semakin membuat bayangan itu makin mendekat. Entah apa yang
mau diperbuat, hanya keadaan diam yang menyakitkan yang saat ini tergenggam erat
di tangan ini. Namun sungguh, jika tidak dilepas maka kecemburuan dari pemberi
kehidupan bersiap menyambut di depan gerbang. Ah sudahlah tidak mau memikrikan bayangan itu lagi, “itu adalah hal yang fitra saudaraku, jangan
disesali yang penting bagaimana kita menyikapinya” kata seorang senior.
Memang tidak mau membuangnya, tapi juga tidak mau
memilikinya jika belum saatnya. Hanya
saja menyimpannya didasar tumpukan buku paling bawah untuk saat ini mungkin
sebuah pilihan yang bijak untuk dikeluarkan lagi di kemudian hari. Biarlah ia
terus menjadi bayangan yang terus menemani kata – kata yang terucap dalam sujud
ini di setiap malam. Sudahlah, kini
saatnya memunguti kembali tujuan awal, tujuan yang berceceran, berserakan, dan
tujuan untuk apa kita diciptakan.
Komentar
Posting Komentar